TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 31Episode : Rahasia Di Balik RahasiaTidak banyak memang yang mengetahui persis bagaimana kematian ayahnya Mahmud kala itu. Tiba-tiba saja, berita duka tersebut tersebar secara mendadak di Kampung Sarawu dan Abah Langga sendiri yang mengurus dari awal hingga penguburan. Mahmud yang kala itu tengah berada di padepokan, tiba pulang di kampung sehari setelah pemakaman.Satu-satunya orang yang tidak menerima alasan kematian ayahnya Mahmud tersebut adalah Bi Enok. Mengapa? Sebab beberapa hari sebelum lelaki itu ditemukan sudah tidak bernyawa, kepada perempuan itu dia berkeluh kesah.“Beberapa malam ini, aku seperti diikuti dan sedang diawasi oleh seseorang, Nok.” Demikian ungkapan lelaki yang dimaksud kepada Bi Enok. ”Aku sendiri tidak tahu itu siapa, t-tapi … pengaruhnya padaku seperti membuat teror menakutkan.”Semula Bi Enok berpikir, tidak mTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 32Episode : Menjelang Purnama Empat BelasWaktu pelaksanaan pernikahan pun tiba. Dilangsungkan dengan penuh meriah. Mahmud dan Sumiarsih duduk di pelaminan laksana seorang raja-ratu berada di singgasana megah. Para tetamu undangan berbondong-bondong datang silih berganti tiada henti, memberikan selamat serta doa. Tidak ketinggalan para sesepuh dan pesohor, juga Tetua Adat Kampung Sarawu, Abah Langga ditemani Targa.“Selamat, Anak Muda. Akhirnya … kau berhasil menggapai cita-citamu, hhmm? He-he,” ucap orang tua tersebut disertai seulas senyum tipis menghias di wajah. “Semoga kau bisa menikmati masa-masa bahagiamu lebih lama,” imbuhnya kembali diiringi bias tatap mata aneh.Lebih lama? Pertanyaan itu seketika timbul di dalam benak pihak mempelai lelaki. Sebuah kalimat yang memerlukan penafsiran mumpuni.“Terima kasih, Abah, atas kedatangan dan doanya,” balas Mahmud seraya meny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 33Episode : Malam Pengantin Mencekam“Apa ini, Bi?” tanya Mahmud terheran-heran sambil memperhatikan bungkusan di tangan pembantunya tersebut.Bi Enok menyerahkannya ke telapak tangan Mahmud, lalu berkata, “Makanlah ini barang satu atau dua butir ….”‘Butir?’ Kembali benak lelaki tersebut bertanya penasaran. ‘Butiran apa? Dari baunya … ini seperti ….’“ … Bawang putih,” imbuh kembali perempuan itu melanjutkan kalimat. “Jangan dulu bertanya-tanya, Juragan. Ayo, makanlah sebelum masuk ke dalam kamar.”Mahmud memang menerima bungkusan yang disodorkan oleh Bi Enok, walaupun masih diliputi rasa ragu. Beberapa kalimat pertanyaan seketika menyesaki diri, tapi desakan perempuan tersebut malah tidak mampu ditampik.Begitu dibuka, benar saja bahwa isinya adalah butiran bawang putih yang sudah dikupas bersih. Aroma khas pun
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 34Episode : Misteri Bawang PutihSumiarsih menggelosoh ke samping badan suaminya dengan napas terengah-engah. Tubuhnya dipenuhi peluh membanjir dalam keadaan polos tanpa busana. Perempuan tersebut baru saja melewati malam pengantin bersama Mahmud dengan penuh suka cita. Namun anehnya, sosok lelaki yang satu itu tidak juga membuka kelopak mata sedari awal menunaikan kewajiban pertama sebagai seorang pendamping sah.Beberapa saat sebelumnya, setelah Bi Enok keluar dari kamar, Sumiarsih lekas—bermaksud—mengganti seluruh pakaian kotor yang dikenakan oleh Mahmud. Walaupun didera perasaan malu dan ragu, tapi perempuan tersebut memaksakan diri untuk melakukannya.‘Tidak apa-apalah. Toh, Kang Mahmud sekarang sudah sah menjadi suamiku,’ membatin Sumiarsih di kala hendak menanggalkan satu per satu pakaian di tubuh Mahmud. ‘Lagipula … tidak mungkin aku membiarkan suamiku tertidur dengan pakaian
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 35Episode : Bisikan Di tengah KegelapanSumiarsih merebahkan diri di bawah himpitan tubuh suaminya. Membalas semua perlakuan dari lelaki terkasih, seraya melucuti satu per satu busana yang dikenakan.Derit ranjang pun mulai bergema setelah beberapa saat kemudian, diiringi lenguh napas-napas kedua sosok pengantin tersebut di atas pembaringan. Perlahan, Sumiarsih memejamkan mata untuk meresapi, hingga angan pun turut melayang-layang tinggi menuju indahnya puncak alam surgawi.Entah apa yang terjadi lebih lanjut, tiba-tiba saja perempuan tersebut merasakan ada keanehan yang mengentak-entak seisi kepala. Di antara pejaman mata yang terkatup rapat, mendadak benaknya seperti mengembara di tengah lorong gelap gulita. Ingin menjerit membelah jagat, tapi mulut laksana turut terkunci kuat.Seputar pandang mendadak berubah, seperti sedang berada di sebuah tempat yang tidak be
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 36Episode : Dendam Di Masa LampauSetelah beberapa bulan memasuki usia pernikahan, Sumiarsih pun hamil. Mengandung anak pertama yang kemudian terlahir dengan nama Bunga. Sungguh itu merupakan suatu kebahagiaan yang tiada terkira bagi pasangan tersebut. Terlebih lagi bagi sosok Mahmud atau Juragan Mahmud. Sejak kematian mertuanya, Ki Darsan, laki-laki tersebut lantas meneruskan usaha serta mengurusi semua warisan kekayaan yang semuanya jatuh ke tangan putri semata wayang.Kini Juragan Mahmud menjelma menjadi salah seorang pesohor Kampung Sarawu. Mendapatkan kehormatan, sekaligus hartawan terkemuka di sana. Namun hal tersebut sangat berbalik banding dengan nasib yang dialami oleh keluarga Abah Langga. Semenjak kematian Ki Darsan terdahulu, lambat laun kondisi tokoh Tetua Adat itu pun berubah. Sakit-sakitan hingga harta bendanya pun ikut terkuras demi membiayai jalan pen
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 37Episode : Prahara BermulaJuragan Sumiarsih menangis tersedu sedan sambil bersimpuh di bawah kaki suaminya. Sementara itu, raut wajah Juragan Mahmud sendiri, terlihat murka memandangi sang istri.“I-ini yang aku takutkan selama ini, Kang. Hiks-hiks … a-aku takut, A-akang akan membenciku karena masa laluku itu. Maka dari itu … hiks-hiks, a-aku lebih memilih untuk tidak berterus terang tentang apa pun mengenaiku dulu,” ucap Sumiarsih terbata-bata di antara banjir tangisnya. “Aku mohon maaf, Kang. Ampuni aku … hiks-hiks.”Perempuan itu sampai hendak menciumi kedua kaki suaminya, tapi Juragan Mahmud lekas menghindar, tersurut menjauh ke belakang disertai dengkus penuh amarah. Lelaki tersebut merasa jijik dan balik membenci, karena ketidakjujuran Sumiarsih dari awal.“Aku pikir, selama ini aku telah menikahi seorang janda terhormat,” kata Jura
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 38Episode : Pertemuan Di Antara KekisruhanSejak peristiwa perselisihan sengit tersebut terjadi, sikap Juragan Mahmud terhadap Juragan Sumiarsih, berubah drastis. Perilaku laki-laki yang satu itu menjadi dingin dan jarang mau berlama-lama berada di rumah. Waktu sehari-harinya lebih banyak dihabiskan di dermaga bersama para pekerja dan ketiga anak buahnya—yakni Dillah, Amrul, dan Syahrul—sekaligus mengurus usaha keluarga di sana. Sementara itu sosok Sumiarsih yang semula—senantiasa—terlihat semringah, seringkali tampak murung. Jelas sekali bias kesedihan terpancar dari wajahnya.Bi Enok yang turut memperhatikan kondisi rumah tangga majikannya tersebut, tidak mampu berbuat banyak. Hanya menjadi tempat curahan hati bagi Sumiarsih dan fokus membantu, mengurus, serta merawat Bunga dengan saksama.Di tengah kekalutan yang melanda pikiran, secara tidak sengaja
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 39Episode : Perang Dingin Yang MembatinPertemuan Mahmud dengan Warsih kala itu, mulai menimbulkan bilur-bilur baru di hati lelaki tersebut. Sebuah luka lama yang kembali tergores. Bersamaan dengan itu pula, impiannya yang terdahulu bersemi lagi. Sementara sikap dia terhadap Sumiarsih, justru semakin dingin.“Makan dulu, Kang,” ucap Sumiarsih di saat Mahmud pulang ke rumah. Walaupun sikap suaminya telah—dirasakan—berubah semenjak pertengkaran mereka beberapa waktu lalu, tapi perempuan tersebut masih juga berlaku lembut penuh rasa cinta. Bahkan jika tidak sedang bersama-sama, selalu dikirimkan perbekalan serta makanan ke saung di dermaga.“Taruh saja di meja makan. Aku masih belum lapar,” balas Mahmud dengan suara dan raut muka datar. Lelaki itu malah asyik sendiri bermain dengan Bunga, anak perempuan mereka.Sumiarsih menghela napas. Memper