"Jika aku tahu aku tak mendatangi dirimu sekarang ini, Alexa." Harry mulai memandang wajah Alexa dari pantulan cermin yang ada di depannya. Wanita yang baru saja meletakkan sisir di atas meja kaca yang ada di depannya itu, mau tak mau harus dipaksa untuk berbalik badan dan menatap lawan bicara dengan benar. Ini masih pagi, tetapi mood-nya sudah dirusak oleh pria sialan di depannya itu. Alexa tak habis pikir dengan Harry. Bukan salah dirinya Ace jadi seperti itu. Andai saja pria itu mau bekerjasama dengan Alexa dan mengatakan apa tujuan Harry datang sore itu, maka Alexa tak akan kembali melempar tubuh Ace untuk menjadi bulan-bulanan orang yang di dalam klub malam itu. Keadaan Ace sekarang ini adalah pilihan yang diambil oleh pria itu sendiri. Tak ada paksaan. Alexa tak suka memaksa kalau sedang membuat perjanjian. Jika tak mau, maka Alexa akan melepaskan orang itu.
"Seharusnya Ace juga menjawab hal ini kemarin. Dia bisu dan memilih untuk setia padamu, Harry
Padat merayap. Khas jalanan kota metropolitan yang tak pernah mati. Pandangan wanita cantik itu terus saja tertuju pada lantai yang ada di bawahnya saat ini. Ia melihat keadaan jalanan kota yang mulai terkesan ramai kalau siang datang. Mobil dan beberapa motor berlalu lalang di bawah sana. Memenuhi jalanan kota dengan para pejalan kaki yang menjadi komponen pendukungnya. Xena Alodie Shan, si pemilik gedung entertainment terbesar di Britania Raya tak ingin melakukan apapun untuk saat ini. Ia terus saja diam dan mengurung diri di dalam ruang kantornya. Menunggu berita baik datang padanya mengenai persiapan pembukaan audisi untuk para aktor dan aktris baru yang akan menjadi bagian dari bangunan ini.Tak berselang beberapa lama sebuah suara menyela dirinya. Ketukan pintu dengan nada ringan dan konstan menjadi pengalihan fokus untuk Xena siang ini. Ia memutar tubuhnya lalu mulai meletakkan segelas wine di atas meja dan pergi mengarah ke ambang pintu untuk membuka pintunya. Seseora
"Cari tahu siapa yang mengirim ini dan siapa yang membuat panggilan denganku siang tadi. Pastikan tempat tinggal dan semua hal yang berhubungan dengan si pengirim yang berani-beraninya mengirimkan benda seperti itu padaku di dalam bangunan Shan Entertainment!" Xena mulai naik pitam. Wanita itu meninggikan nada bicaranya untuk membuat semua orang yang ada di sekitarnya tersita fokusnya. Menatap ke arah wanita yang benar-benar kalang kabut dan kebakaran jenggot selepas kotak misterius datang padanya siang tadi. Beberapa jam berlalu. Xena mengatur banyak hal agar berita pengiriman itu tak keluar dari dalam bangunan Shan Entertainment. Tak boleh ada yang tahu kalau CEO utama bangunan ini mendapatkan sebuah teror dari orang yang tak dikenal. Berita buruk tak boleh membuat semua rencana baik Xena pupus begitu saja. Proses audisi untuk kembali membangunkan popularitas Shan Entertainment yang sudah lama terkubur mati di dalam tanah mulai bangkit dan mencuat ke permukaan harus sirna begitu s
Kepulan asap tegas mengudara. Meninggalkan wajah cantik seorang wanita yang kini mulai menyorotkan lensa matanya untuk menatap kolam ikan berukuran besar di depannya itu. Mirip danau, tetapi bukan alam yang membuatnya. Si tuan rumah pemilik bangunan besar nan mewah inilah yang sengaja menempatkan kolam besar di sana. Pemandangan khas alam dengan ribuan rumput hijau saling berjajar menjadi alas pijakannya saat ini sungguh memberi relaksasi tersendiri untuk Xena. Alexa membawa dirinya kemari. Bermodalkan secarik surat berlumuran cairan merah kental mirip darah tetapi tak berbau anyir itu lah, Alexa mengajaknya untuk berbicara di tempat yang lebih pribadi. Jauh dari jangkauan orang-orang yang bekerja di rumahnya saat ini. Tak ada yang boleh datang selain Alexa yang mengijinkan dan memerintahkan juga memanggil mereka. Pintu kaca di sana tertutup rapat dengan kunci kecil yang ada di dalam genggamannya saat ini. Ia benar-benar ingin berbincang bersama Xena secara pribadi.Alasannya
Sepasang blucher berwarna pekat itu tegas menapaki satu persatu petak ubin yang samar memantulkan bayangan tubuh jangkungnya. Pria itu menatap ke segala sudut ruangan untuk mencoba mencari celah terbaik melancarkan aksinya di sini. Senja tiba, langit menggelap setiap detiknya. Awal musim panas yang tak bisa membuatnya sedikit bersantai. Belakangan ini banyak yang harus Harry urus dan harus pria itu selesaikan dengan segera. Ia terus saja disibukkan dengan urusan ini itu yang tak kunjung reda konfliknya. Dengan tekat yang bulat, ia masuki bangunan bar dan diskotek murahan di tepi jalanan kota. Harry mengabaikan sebuah tanda peringatan untuk memberitahu bahwa bar dan diskotek belum buka di jam begini. Hanya orang bodoh yang memaksa masuk ke dalam bangunan bar yang masih kosong. Lampu malam belum berkelap-kelip tanda pesta kecil di mulai.Harry mencari sesuatu. Setiap sudut ruangan berhasil dijamah oleh pandangan mata elangnya itu. Kini ia paham benar, mengapa di tempat ini bisa
Puas! Itulah yang ada di atas wajah Harry Tyler Lim saat ini. Melihat dua orang pria berada kejar dengan rintihan di atas wajahnya juga ekspresi kesakitan yang luar biasa selepas ujung peluru menembus permukaan kakinya itu adalah kepuasan tersendiri untuk Harry. Hatinya perlahan-lahan mulai membaik saat ini. Darah yang mengalir keluar dari sela-sela jari jemari kedua pria itu kini mulai menjadi fokus untuk Harry. Ia berjalan mendekat lalu meraih dua sapu tangan miliknya dan melemparkan benda itu tepat di atas wajah dua orang pria yang masih kesakitan dengan luka tembak di kedua pergelangan kakinya."Bungkus itu dengan sapu tanganku." Harry memerintahkan. Ia berjongkok tepat di depan pria bertato di atas lehernya itu. Wajahnya mulai tak asing untuk Harry. Sampai kapanpun, Harry akan terus mengingat orang-orang seperti ini. Dosa mereka berdua bukan pasal pekerjaannya yang suka menyakiti dan main hakim sendiri. Jujur saja, Harry masa bodoh dengan hal itu. Mau mereka membunuh wan
Keindahan panorama langit malam yang menenangkan jiwa, sebuah jendela besar terbuat dari kaca tebal menjadi pemandangan alami untuk melihat malam yang disuguhkan oleh semesta kali ini. Sebuah ruangan mewah bergaya modern sedikit klasik menjadi pilihan tempat untuk Sherina Alexander Lansonia memenuhi janji makan malamnya bersama seorang pria berbadan gempal yang selalu khas dengan dasi kupu-kupu merah dan kacamata bulat yang bertengger rapi di atas hidung peseknya itu. Jamuan makan malam yang sempurna. Ia tak tahu kalau Alice Palace punya ruangan mewah dan cukup memuaskan seperti ini. Setau Alexa, kakak kandungnya itu lebih memilih mengusung tema klasik dan kuno, tetapi tetap terlihat 'mahal' untuk membangun hotelnya ini ketimbang sebuah kesan suasana yang mahal, mewah, dan elegan seperti layaknya bangunan Joy Holding's Company. Bisa dikatakan kalau seleranya dengan sang kakak berbanding terbalik.Semua yang tertata rapi di depannya adalah makanan mahal dan mewah. Daging-dagin
Suasananya sedang kacau tak terkendali. Semua orang mulai panik dan berdatangan dari segala penjuru arah. Mereka berlarian dengan kecepatan sedang untuk datang mengerumuni seorang wanita malang dengan bagian perut yang tertancap oleh ujung miniatur bangunan Alice Palace di tengah kolam. Darah menetes dan mengalir dari luka tusuk itu, sisi kepalanya juga mengeluarkan darah kental yang tak kalah banyaknya. Kolam ikan di bawahnya yang awalnya indah dengan lampu berwarna emas mirip cahaya bulan di atas sana kini mulai berubah menjadi merah pekat dengan aroma anyir yang mulai datang dan menyebar terbawa oleh embusan angin malam yang datang. Alexa tak kuasa menatap itu. Ia ambruk dan bersimpuh tepat di sisi bangunan kolam. Ingin meraih tubuh sang kakak, tetapi naas ia tak bisa berbuat apapun untuk saat ini. Ia hanya bisa membuka matanya lebar-lebar dengan telapak tangan yang sigap menutup celah bibir merah tuanya yang menganga lebar. Ia tak percaya, malam indah di awal musim panas dengan
"Kenapa kau membunuhnya?" Kalimat itu terus saja berulang begitu setelah seorang pria ditangkap atas kasus pembunuhan pemilik gedung besar yang ada di pusat kota. Mr. Aric tak kenal ampun selepas mendapati sang putri tercinta tewas dengan cara yang mengenaskan. Seseorang menganiaya dan melukai kepalanya hingga ia mati sebab mengeluarkan banyak darah. Tak hanya itu, mayat sang putri dilempar jauh ke bawah hingga rusak dan mengenai miniatur bangunan Alice Palace di bawahnya. Sadis, sungguh memilukan untuk putri keduanya yang melihat itu secara langsung. Alexa menyaksikan bagaimana Alice jatuh dan tertancap ujung atap miniatur. Ia bahkan memeluk sang kakak dengan pakaian putih itu. Kini darah sudah sudah memenuhi dan mengotori gaunnya.Seorang pria ditangkap selepas rekaman CCTV dibuka. Memperlihatkan bagaimana pria yang duduk dengan tatapan mata kosong itu mendorong tubuh Alice dari atap bangunan gedung. Selagi polisi mendatanginya, ia bahkan tak melawan juga tak
Kapal berlayar. Bukan hubungan dua insan yang bisa saling menyatukan dua rasa yang sama tujuannya. Kapal besar itu membawa banyak kesedihan untuk meninggalkan London. Alexa tak bisa mempertahankan apapun lagi. Bangunannya runtuh, dirinya menjadi buronan dengan kedua orang tua yang sudah mendekam di dalam penjara. Wanita itu tak bisa berbuat banyak. Pasrah dan terkesan menyerah, tetapi laju kapal ini menjanjikan sebuah kehidupan yang baru.Wanita itu duduk di sisi kapal. Ia menatap laut lepas dengan ombak sedang yang bergulung di depannya. Matanya masih sayu, kakinya sesekali terasa begitu nyeri sebab ia belum mendapatkan pengobatan yang benar-benar layak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Zia juga Dokter Lim tak bisa banyak membantunya sekarang. Katanya, yang terpenting peluru sudah keluar dari dalam kakinya. Jadi ia tak perlu mengkhawatirkan apapun sekarang ini.Duduk merenung seorang diri, sebelum akhirnya Harry menghampi
Alexa terus meneteskan air matanya. Ia hanya bisa menatap dengan sayu bangunan besar miliknya yang hancur lebur sebab bom meledak dari atas Puncak Camaraderie. Ia tak menyangka kalau inilah akhir dari kisah hidup Alexa. Wanita itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Isak tangis yang keluar bukan hanya sebab menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya, tetapi juga rasa sakit selepas kehilangan semua yang ia bangun selama sepuluh tahun terakhir. Semuanya hancur begitu saja, Mate dan Daniel benar-benar bajingan gila yang tak punya hati. Ia hanya adalah dua pria bodoh yang terlalu larut dalam dendam dan emosinya di masa lalu."Alexa ...." Mate berjongkok. Ia menarik rambut pendek wanita yang ada di depannya. Sebuah kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik itu menangis tersedu-sedu. Air mata itu mengisyaratkan kemenangan untuk dirinya. "Kau tahu ... dimana Xena dan Wriston meninggal?" tanyanya berbasa-basi. Alexa tak menjawab itu. Ia hany
"Mr. Luis Ambrosius, Anda ditangkap atas pembunuhan Mr. Joe Franky. Anda berhak diam atau menyewa pengacara." Sial! Seseorang melaporkan dirinya. Kini bukti ada di depan mata, Luis tak bisa mengelak apapun lagi. Seseorang menyimpan bukti ini dengan cara yang aman selama ini, hingga ia lupa bahwa ada orang lain selain dirinya. Luis bukan orang yang memotong jari jemari milik Mr. Joe, ia hanya membunuh pria itu juga membunuh mata-mata yang dikirimkan oleh Alexa lalu menyayat telinganya. Luis membenci anggota tubuh yang mempunyai dosa. Itu sebabnya ia melakukan hal itu. Ia tak bisa berbicara apapun selepas rekaman video amatir menampilkan betapa kejamnya ia membunuh dua orang sekaligus dalam satu malam. Kiranya, orang inilah yang ada di tempat kejadian malam itu. Ia muncul pada akhirnya. "Kau tak ingin berbicara apapun lagi, Mr. Luis?" Seorang detektif mencoba untuk menggali informasi darinya. Membuat pria yang ada di depannya itu berbicara. Luis sedari tadi han
-Laboratorium BioCell, Dokter Lim, London, Inggris-Suasana riuh, kedatangan beberapa polisi yang cukup mengejutkan Dokter Lim tak bisa dibendung lagi. Semuanya menerobos masuk, tak ada satu ruangan pun yang tak dijamah oleh mereka. Seseorang melaporkan laboratorium ini. Bukan sebab penelitian gila yang mencuat ke permukaan, tetapi sebuah laporan yang mengatakan bahwa ruangan ini menyimpan potongan jari jemari milik Mr. Joe dan seorang bocah malang bernama Daniel Denan Ambrosius. Tentu, itu adalah potongan jari manusia yang ilegal. Tak ada perjanjian untuk menempatkan itu di dalam bangunan Dokter Lim. Sekarang pria itu tahu, mengapa Mr. Cristiano datang waktu itu. Pria itu hanya ingin memastikan bahwa jarinya masih ada di dalam laboratorium ini. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan bangunan ini.Dokter Lim hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mengelak dan tak bisa berbicara banyak lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan dua polisi yang menjaga di belakan
"Pemilik gedung Shan Entertainment ditemukan tewas gantung diri di dalam apartemen pribadinya. Sebuah surat ditinggalkan oleh Nona Xena Alodie Shan terkait dengan beban yang sedang ia tanggung saat ini. Kasusnya masih didalami oleh pihak kepolisian, Nona. Tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti untuk saat ini. "Alexa memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan kasar. Ia memberikan kode pada pria yang ada di sisinya untuk segera membuka pintu mobil. Ia akan pergi menjenguk jenazah si kawan lama.Senja yang buruk, dirinya tak habis pikir jikalau semuanya terjadi begitu cepat. Alexa dan Xena bahkan belum bisa kembali bertemu selepas waktu itu. Percakapan mereka terhenti dan komunikasi mulai putus begitu saja. Ia terkejut, meksipun dasarnya Alexa enggan peduli. Ia benar-benar tak peduli dengan apa yang menimpa Xena, tetapi tetap saja. Bunuh diri? Xena bukan orang bodoh yang akan melakukan itu.&n
"Kepercayaan bisa mengubah orang baik menjadi orang jahat?" Tawa ringan muncul dari celah bibir wanita cantik yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Pandangan wajahnya tak pernah luput dari pria berjenggot tipis yang baru saja mengundangnya untuk datang. Ia terkejut, saat sang kekasih membawanya pergi ke tempat pria asing yang sukses membuat Xena Alodie Shan terperangah tak percaya. Baiklah, jika Mate Xavier masih hidup. Xena menonton berita saat pria itu menjebloskan Alexa ke dalam penjara. Ia juga mulai percaya saat media menyebut dirinya sebagai si jaksa mata satu yang kompeten. Kiranya, mata itulah yang melambangkan bahwa pria ini benar-benar Mate Xavier yang datang dari masa lalu."Lagian, kau benar-benar Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya lagi. Kali ini bukan hanya pria bertubuh kekar yang duduk di sisi meja yang mendapatkan perhatian Xena, tetapi juga sang kekasih. Alexa benar, pria ini dikendalikan oleh seseorang. Wriston tak benar-benar
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena