Share

6. Ketakutan Saka

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 15:05:52

Saka keluar kamar mandi, mendapati Stela masih duduk di ruang tengah apartemen nya, Saka berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah.

"Kamu masih di sini? Pulang sana!" Saka meminta kakak perempuannya itu pergi, ia serasa di awasi sejak kakaknya itu datang.

"Kenapa? Aku hanya duduk, urus saja dirimu sekarang, pakai baju yang betul, aku bukan Clara yang tergoda melihatmu bertelanjang dada. Menjijikkan!" Stela mencemooh dengan terang-terangan lantas kembali sibuk dengan _Ultrabook_

di tangannya.

Saka ingin sekali membalas ucapan kakak namun bunyi ponsel membuat dia urung untuk beradu argumen lagi. Segera Saka membuka tas kecilnya di sisi ranjang, melihat nama "Mama" di layar ponsel membuat lelaki itu terdiam sebentar.

"Kau hubungi mama?" Tanya Saka dengan mata memicing, ia curiga pada Stela yang sudah tau masalah yang dirinya buat.

"Buat apa aku menghubungi mam." Ucap Stela acuh, matanya sibuk menatap layar laptopnya.

"Lalu kenapa mama menelepon sepagi ini?"

Stela meghela napas, lantas menatap adik lelakinya itu dengan kesal.

"Mana aku tau, Mungkin mama sudah datang ke rumahmu dan melihat kau tak ada di sana." Ucap Stela semakin membuat Saka panas dingin.

"Kau yakin?"

Mata Saka membelalak, ia tak sanggup membayangkan amaran ibunya jika tau dirinya menghilang di malam pertamanya dengan Zelinda.

Ingin rasanya Saka tak menjawab panggilan ibunya, namun dia takut itu akan menambah masalah baru, di tambah juga sang ibu jelas tak akan berhenti menelepon sampai terhubung dengan nya.

Menghela napas dengan pajang, Saka memberanikan diri mengangkat ponsel miliknya.

"Ya ma, ada apa?" Ucapnya mencoba tetap tenang.

'Lama sekali kamu angkat telepon mama Saka!' Suara dari seberang terdengar melengking, khas mamanya jika berteriak.

"Saka baru selesai mandi ma, mama di mana?" Saka bertanya dengan perasaan was-was.

'Di rumah, tapi kita ada janji bertemu kan siang ini. Kamu ingat?'

"Rumah? Di depan rumah?" Jantung Saka mulai berdegup kencang, ia juga sempat melihat Stela sama terkejutnya dengan dirinya.

'hahaha, jangan konyol Saka, mama ada di rumah mama sendiri, lagi pula buat apa mama ada di rumahmu sepagi ini."

Saka menghela napas lega saat mendengar ibunya masih berada di rumahnya sediri.

"Hahahaa, ia juga ya, ngapain mama ke rumah pagi-pagi buta begini." Ucap Saka mulai merasa tenang

'Dimana istrimu? Mama ingin bicara.'

Baru saja dirinya merasa tenang, Saka sudah kembali panik.

"Em, dia, dia, em sedang di bawah ma, aku kan di kamar sekarang dan belum berganti baju. Bagaimana jika aku hubungi mama lagi nanti."

'Ah, begitu. Baiklah jika begitu, mama tunggu telepon darimu segera. Tapi tunggu Saka, kamu tak buat masalah kan? Kamu tidak mempersulit hidup menantuku kan?'

"Tidak ma, mama tenang saja. Sudah ya, Saka mau ganti baju dulu, nanti Saka hubungi lagi."

'Baiklah, mama tunggu. Bye sayang'

Suara mamanya tak lagi terdengar dalam ponselnya, Saka langsung terduduk di tepi ranjang karena gemetar, kakinya bahkan kesemutan sekarang.

"Hah, masih punya rasa takut rupanya dirimu." Stela menatap dengan remeh.

"Tentu saja masi, jelas saja aku masih takut pada mama." Saka menjawab sembari melihat ponselnya dengan seksama. Banyak pesan masuk di sana, pesan dari Clara tentunya, wanita itu begitu marah pada sikap Stela padanya tadi.

"Ya, ya, harusnya memang begitu, jika tidak kau mungkin akan jadi gelandangan karena di tendang dari keluarga Gunawan. Aku mau pulang dulu."

Stela berdiri dari tempatnya duduk, merapikan bajunya yang sedikit kusut dan mengambil tas di sofa.

"Kau mau pulang sekarang?" Saka bertanya dengan cepat, membuat Stela menatap curiga.

"Kau akan buat masalah apa lagi setelah ini?"

"Kau tak dengar mama baru saja menelepon? Aku harus bersiap segera ke rumah dan menemui Zelinda."

Stela mengangkat kedua alisnya bersamaan

"Cobalah bersikap baik padanya, aku lihat dia wanita bak."

"Pada siapa?"

"Zelinda, istrimu." Ucap Stela kesal

"Akan aku coba. Pulanglah, aku harus segera bersiap." Ucap Saka mencoba tenang di hadapan kakaknya

Stela segera keluar apartemen Saka, dia membuka pintu dan mendapati Clara masih berdiri di depan pintu apartemen Saka.

Clara berjalan mundur saat melihat Stela keluar dan menatapnya dengan dingin.

"Kau belum pergi? Sebegitu murahnya kau sampa rela menunggu di sini selama berjam-jam?"

"Apa urusanmu?" Clara menjawab dengan dingin.

"Semua yang ada urusannya dengan Saka adalah urusanku. Pergilah sebelum aku panggil keamanan dan menyeret mu keluar dari sini."

Stela melewati Clara dengan acuh, namun perempuan itu segera berbalik dan mengikuti nya dari belakang.

"Bagaimana jika aku tak bisa melepaskan adikmu Saka? Kau tau, dia sangat mencintai aku dan aku yakin cintanya bukan sekedar cinta sesaat kan."

Stela tersenyum getir, muak rasanya mengurusi wanita murahan seperti Clara, namun demi nama baik keluarganya, Stela harus memberi wanita murahan ini pelajaran.

"Coba saja jika kau memang punya keberanian itu."

"Kau menantagku kak?" Clara membelalak, dia tak percaya Stela akhirnya mengatakan hal yang pasti dia menangkan.

Stela tersenyum sinis seolah meremehkan Clara. "Ya, coba saja dekati Saka, lantas lelaki yang kau bilang sangat kau cintai itu akan jatuh miskin karena di cabut haknya sebagai pewaris utama keluarga Gunawan."

Clara terdiam sebentar, ia lantas berusaha tersenyum meladeni Stela, meski senyum itu terlihat canggung sekarang.

"Kau kira aku akan percaya? Mana mungkin Saka di hapus dari ahliwaris."

"Karena itulah, cerdas itu peting untk seorang wanita. Dengar baik-baik Clara, kau tidak ada apa-apanya di banding istri Saka, dia wanita berkelas, dari keluarga baik-baik dan yang paling penting dia bukan perempuan gampangan. Lantas kamu kira jika Saka memilihmu dan meninggalkan berlian seperti Zelinda dia akan baik-baik saja? Keluarga kami tak akan mungkin menerimamu sebagai bain dari mereka!"

Stela bicara terus terang, dia sedang tak mau berbasa-basi kali ini, entah itu membuat Clara sakit hati atau tidak, dia tak perduli.

"Apa kau masih akan bilang cinta jika Saka hanya lelaki biasa tanpa embel-embel pewaris kekayaan? Kau masih mau juga bersamanya jika dia adalah gelandangan?"

Clara hanya diam tanoa memberi jawaban.

" Pergilah, jemputanmu sudah datang!"

Stela bicara sembari menunjuk ke arah lif, terlihat empat petugas keamaan gedung sudah berjalan mendekati Clara dan dirinya.

"Kau panggil mereka? Kenapa kau panggil scurity kemari? Aku bukan pencuri atau penjahat!"

Clara terdengar begitu kesal, selain dia merasa sangat sakit hati dengan ucapan Stela, dia juga tak menyangka wanita itu akan meminta scurity membawanya turun.

"Bawa pak, pastikan perempuan ini tak lagi punya akses naik ke lantai ini.."

"Baik nyonya, kami minta maaf atas kelalaian kami."

Clara menatap binggung saat tangannya diseret ke arah lif.

"Aku bukan pencuri! Aku kekasih tuan Saka Gunawan. Lepaskan aku!"

Clara berteriak dengan kesal, namun dua scurity tetap membawanya masuk ke dalam.

"Awas kau Stelw! Akan aku balas kamu!" Teriaknya kesal sebelum pintu lif tertutup dan lorong terasa sunyi.

Bab terkait

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   Pernikahan yang tak di inginkan

    Bab 1Pernikahan yang tak di inginkan.Zelin masuk ke sebuah ruangan yang indah, baju pengantin masih melekat pada tubuhnya dengan anggun, wajahnya bersemu merah kala menatap ranjang pengantin berhiaskan mawar dengan bentuk hati di tengah nya."Ini cantik sekali." Ucapnya lirih sembari mendekat melihat bunga mawar di hadapannya, wanginya bahkan semerbak memenuhi ruangan.Lampu temaram nan cantik membut suasana kamar pengantin itu menjadi lebih hagat.Zelin memperhatikan lebih seksama kamar lelaki yang kini jadi suaminya itu, merasa kagum dengan kamar yang begitu bersih dan rapi, kamar yang di tata dengan sangat baik, sehingga Zelin merasa betah juga berada di sana.Brak!Suara pintu kamar terbuka dengan kencang membuat Zelin tersentak dan menatap ke arah pintu. Lelaki yang tak asing baginya itu sudah berdiri di dekat pintu kamar, memakai jas putih yang senada dengan gaun pengatinnya.Zelin terdiam di sudut rajang, mematap dengan perasaan tak menentu saat lelaki yang baru saja menjadik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   2. Takdir yang Rumit

    Zelin kini duduk di depan cermin kamar pengantinnya. Ranjang berhiaskan bunga itu bahkan masih utuh tak tersentuh. Ia menangis semalaman di atas karpet, hingga tak tau kapan matanya terpejam dalam sesak yang tak dapat dia ceritakan. Matanya bengkak kemerahan, bahkan dia masih kesulitan bernapas sekarang. Waktu menunjukkan pukul enam pagi, dan lelaki yang baru semalam menjadikannya istri itu masih tak terlihat.Perlahan zelin melepaskan sanggul nya, melepaskan baju pegantin dan menghapus riasan yang sejak semalam tidak sempat dia bersihkan. Tubuh kecilnya kini terlihat jelas, dia bukan wanita yang buruk, wajahnya bahkan bisa di bilang sangat mempesona, tubuh indahnya terawat, kulit nya putih bak pualam, bahkan orang tak perlu mempertanyakan siapa Zelin, sebab hanya dengan melihatnya saja, mereka akan tau wanita itu memang berkelas.Tapi apalah semua yang dia miliki, jika pada akhirnya hanyalah pernikahan semu yang dia dapatkan. Jika saja dia punya nyali untuk mengatakan tidak, tentu se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   3. Kakak Ipar Sinis

    Suara bel pintu berbunyi, membuat Rani bergegas pergi ke depan dan melihat siapa yang datang. Gadis itu membuka pintu dan terkejut melihat saudara perempuan Saka sudah berdiri di depannya. "Hay Rani, Saka ada?" Belum sempat Rani menjawab, Zelinda sudah berjalan mendekati mereka "Ada siapa Rani?" Zelin yang penasaran berjalan keluar rumah juga dan melihat seorang lelaki berdiri di ambang pintu. "Eh, ini nyonya ada nyonya Stela" Ucap Rani canggung. Stela adalah kakak tertua Saka, wanita itu memang terkenal tempramen dan tak segan memaki siapapun yang menurut nya tak sesuai dengan kelasnya. "Hay Zelinda, wah sepertinya kau sangat menikmati hidup barumu ya?" Stela menatap Zelin dengan sinis, memperhatikan paras ayu Zelinda sembari menilai caranya berpakaian. Zelinda sama canggung nya dengan Rani hingga tanpa sadar dia juga memperhatikan wajah Stela yang begitu mirip dengan Saka. Dua kali mereka pernah bertemu, dan Zelinda masih tak bisa bersikap baik dengan wanita di depannya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   4. Saka yang liar

    Stela memarkirkan mobilnya di basemen apartemen besar di kotanya, bergegas dia keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam lif. Dia menekan tombol lantai tertinggi gedung itu, menunggu dengan tak sabar lif segera membawanya ke lantai yang ia tuju. Di lantai itu hanya ada dua ruang apartemen mewah, satu milik Erlando sepupunya dari pihak ibunya dan satu lagi di beli atas nama adiknya Saka Gunawan. Meski terlihat kesal dan malas, Stela akhirnya menekan juga bel yang ada di sisi pintu. Bayang wajah menyebalkan Saka membuat dirinya harus memberi adiknya itu pelajaran Klek! Suara hendel pintu di buka, seorang wanita dengan baju tidur terbuka kini berdiri di depan Erlan, rambutnya sebahu, sedikit acak-acakan dengan wajah sembab dia menetap Stela dengan terkejut. "Ada apa? Kau seperti melihat hantu di wajahku!" Ucap Stela, dia sudah memperlihatkan rasa tak sukanya pada Clara. Stela masih menatap nyalang wanita bernama Clara itu, menunjukkan bahwa dirinya memang tak suka dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   5. Kebencian Saka

    Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu. "Apa maumu kak? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan. Stela menghela napas berat, menatap kesal pada lelaki yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu. Jika saja bisa, saat ini juga ingin rasanya Stela menyeret Saka untuk berlutut dan meminta maaf pada Mama nya, karena entah sudah berapa kali Saka membuat masalah dalam keluarga nya.. "Harusnya aku memang menghajarmu Saka!" Ucap Stela kesal, ia serius dengan ucapannya kali ini, bukan sedang menggertak atau menakuti saudaranya. "Kenapa kau akan menghajarku?" Saka melirik dengan kesal. "Untuk menjernihkan pikiranmu yang kotor dan bodoh!" Saka tersenyum sinis, ia berjalan ke arah sofa, melemparkan dengan kesal tubuhnya ke atas busa yanh empuk dan menutupi kembali wajahnya dengan selimut. "Bangun! Aku masih be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   6. Ketakutan Saka

    Saka keluar kamar mandi, mendapati Stela masih duduk di ruang tengah apartemen nya, Saka berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah."Kamu masih di sini? Pulang sana!" Saka meminta kakak perempuannya itu pergi, ia serasa di awasi sejak kakaknya itu datang."Kenapa? Aku hanya duduk, urus saja dirimu sekarang, pakai baju yang betul, aku bukan Clara yang tergoda melihatmu bertelanjang dada. Menjijikkan!" Stela mencemooh dengan terang-terangan lantas kembali sibuk dengan _Ultrabook_di tangannya.Saka ingin sekali membalas ucapan kakak namun bunyi ponsel membuat dia urung untuk beradu argumen lagi. Segera Saka membuka tas kecilnya di sisi ranjang, melihat nama "Mama" di layar ponsel membuat lelaki itu terdiam sebentar."Kau hubungi mama?" Tanya Saka dengan mata memicing, ia curiga pada Stela yang sudah tau masalah yang dirinya buat."Buat apa aku menghubungi mam." Ucap Stela acuh, matanya sibuk menatap layar laptopnya."Lalu kenapa mama menelepon sepagi ini?"Stela meghela napas, lant

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   5. Kebencian Saka

    Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu. "Apa maumu kak? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan. Stela menghela napas berat, menatap kesal pada lelaki yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu. Jika saja bisa, saat ini juga ingin rasanya Stela menyeret Saka untuk berlutut dan meminta maaf pada Mama nya, karena entah sudah berapa kali Saka membuat masalah dalam keluarga nya.. "Harusnya aku memang menghajarmu Saka!" Ucap Stela kesal, ia serius dengan ucapannya kali ini, bukan sedang menggertak atau menakuti saudaranya. "Kenapa kau akan menghajarku?" Saka melirik dengan kesal. "Untuk menjernihkan pikiranmu yang kotor dan bodoh!" Saka tersenyum sinis, ia berjalan ke arah sofa, melemparkan dengan kesal tubuhnya ke atas busa yanh empuk dan menutupi kembali wajahnya dengan selimut. "Bangun! Aku masih be

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   4. Saka yang liar

    Stela memarkirkan mobilnya di basemen apartemen besar di kotanya, bergegas dia keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam lif. Dia menekan tombol lantai tertinggi gedung itu, menunggu dengan tak sabar lif segera membawanya ke lantai yang ia tuju. Di lantai itu hanya ada dua ruang apartemen mewah, satu milik Erlando sepupunya dari pihak ibunya dan satu lagi di beli atas nama adiknya Saka Gunawan. Meski terlihat kesal dan malas, Stela akhirnya menekan juga bel yang ada di sisi pintu. Bayang wajah menyebalkan Saka membuat dirinya harus memberi adiknya itu pelajaran Klek! Suara hendel pintu di buka, seorang wanita dengan baju tidur terbuka kini berdiri di depan Erlan, rambutnya sebahu, sedikit acak-acakan dengan wajah sembab dia menetap Stela dengan terkejut. "Ada apa? Kau seperti melihat hantu di wajahku!" Ucap Stela, dia sudah memperlihatkan rasa tak sukanya pada Clara. Stela masih menatap nyalang wanita bernama Clara itu, menunjukkan bahwa dirinya memang tak suka dengan

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   3. Kakak Ipar Sinis

    Suara bel pintu berbunyi, membuat Rani bergegas pergi ke depan dan melihat siapa yang datang. Gadis itu membuka pintu dan terkejut melihat saudara perempuan Saka sudah berdiri di depannya. "Hay Rani, Saka ada?" Belum sempat Rani menjawab, Zelinda sudah berjalan mendekati mereka "Ada siapa Rani?" Zelin yang penasaran berjalan keluar rumah juga dan melihat seorang lelaki berdiri di ambang pintu. "Eh, ini nyonya ada nyonya Stela" Ucap Rani canggung. Stela adalah kakak tertua Saka, wanita itu memang terkenal tempramen dan tak segan memaki siapapun yang menurut nya tak sesuai dengan kelasnya. "Hay Zelinda, wah sepertinya kau sangat menikmati hidup barumu ya?" Stela menatap Zelin dengan sinis, memperhatikan paras ayu Zelinda sembari menilai caranya berpakaian. Zelinda sama canggung nya dengan Rani hingga tanpa sadar dia juga memperhatikan wajah Stela yang begitu mirip dengan Saka. Dua kali mereka pernah bertemu, dan Zelinda masih tak bisa bersikap baik dengan wanita di depannya itu.

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   2. Takdir yang Rumit

    Zelin kini duduk di depan cermin kamar pengantinnya. Ranjang berhiaskan bunga itu bahkan masih utuh tak tersentuh. Ia menangis semalaman di atas karpet, hingga tak tau kapan matanya terpejam dalam sesak yang tak dapat dia ceritakan. Matanya bengkak kemerahan, bahkan dia masih kesulitan bernapas sekarang. Waktu menunjukkan pukul enam pagi, dan lelaki yang baru semalam menjadikannya istri itu masih tak terlihat.Perlahan zelin melepaskan sanggul nya, melepaskan baju pegantin dan menghapus riasan yang sejak semalam tidak sempat dia bersihkan. Tubuh kecilnya kini terlihat jelas, dia bukan wanita yang buruk, wajahnya bahkan bisa di bilang sangat mempesona, tubuh indahnya terawat, kulit nya putih bak pualam, bahkan orang tak perlu mempertanyakan siapa Zelin, sebab hanya dengan melihatnya saja, mereka akan tau wanita itu memang berkelas.Tapi apalah semua yang dia miliki, jika pada akhirnya hanyalah pernikahan semu yang dia dapatkan. Jika saja dia punya nyali untuk mengatakan tidak, tentu se

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   Pernikahan yang tak di inginkan

    Bab 1Pernikahan yang tak di inginkan.Zelin masuk ke sebuah ruangan yang indah, baju pengantin masih melekat pada tubuhnya dengan anggun, wajahnya bersemu merah kala menatap ranjang pengantin berhiaskan mawar dengan bentuk hati di tengah nya."Ini cantik sekali." Ucapnya lirih sembari mendekat melihat bunga mawar di hadapannya, wanginya bahkan semerbak memenuhi ruangan.Lampu temaram nan cantik membut suasana kamar pengantin itu menjadi lebih hagat.Zelin memperhatikan lebih seksama kamar lelaki yang kini jadi suaminya itu, merasa kagum dengan kamar yang begitu bersih dan rapi, kamar yang di tata dengan sangat baik, sehingga Zelin merasa betah juga berada di sana.Brak!Suara pintu kamar terbuka dengan kencang membuat Zelin tersentak dan menatap ke arah pintu. Lelaki yang tak asing baginya itu sudah berdiri di dekat pintu kamar, memakai jas putih yang senada dengan gaun pengatinnya.Zelin terdiam di sudut rajang, mematap dengan perasaan tak menentu saat lelaki yang baru saja menjadik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status