Share

5. Kebencian Saka

Penulis: Pramesti GC
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 16:45:05

Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu.

"Apa maumu kak? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan.

Stela menghela napas berat, menatap kesal pada lelaki yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu. Jika saja bisa, saat ini juga ingin rasanya Stela menyeret Saka untuk berlutut dan meminta maaf pada Mama nya, karena entah sudah berapa kali Saka membuat masalah dalam keluarga mereka.

"Harusnya aku memang menghajarmu Saka!" Ucap Stela kesal, ia serius dengan ucapannya kali ini, bukan sedang menggertak atau menakuti saudaranya.

"Kenapa kamu akan menghajarku?" Saka melirik dengan kesal.

"Untuk menjernihkan pikiranmu yang kotor dan bodoh!"

Saka tersenyum sinis, ia berjalan ke arah sofa, melemparkan dengan kesal tubuhnya ke atas busa yang empuk dan menutupi kembali wajahnya dengan selimut.

"Bangun! Aku masih belum selesai bicara!" Stela dengan kesal menarik selimut Saka.

Saka kembali menarik selimutnya menutupi tubuh dan duduk dengan kesal. "Cepat katakan dan pergilah!" ucap Saka kesal.

"Dengar, aku juga tak mau berada di sini juka bukan karena masalah keluarga kita."

"Ya, katakan saja dan segera pergilah" Ucap Saka kembali seakan meremehkan ucapan kakaknya.

Stela memutar hola matanya dengan perasaan kesal. dia lantas mendekat dan menatap wajah Saka dengan kesal.

"Katakan padaku Saka, Kenapa kau tinggalkan istrimu sendirian di rumah? Di malam pertama kalian?"

Stela bertanya sembari mengepalkan tangannya sendiri, berusaha menahan amarah yang bergejolak di dalam dadanya.

Saka menatap dengan terkejut wajah kakaknya itu. dari mana juga kakaknya tau dirinya meninggalkan Zelinda sejak semalam, namun kemudian dia ingat Stela memang akan tau segalanya dengan mudah jika dia mau.

"Kenapa memangnya? Dia istriku, terserah aku akan melakukan apa padanya kan?."

"Jangan bodoh Saka! Pakai otakmu sedikit!" Stela mencengkeram selimut Saka dengan kencang, membuat wajah mereka saling beradu.

"Kenapa kamu begitu marah hanya karena soal ini kak? bukankah kamu saudaraku bukan saudara Zelin?" Saka bertanya dengan binggung, sebab Stela terlihat sangat marah padanya.

"Bagaimana aku tak marah padamu Saka, kamu menikah atas persetujuan mu sendiri, lantas saat aku ke rumahmu, aku melihat istrimu sendirian pada malam pernikahannya. Bagaimana jika keluarga nya tau? Bagaimana jika mama tau!"

"Mana aku tau jika akan menikah kemarin! Aku bilang iya hanya karena malas terus di tanya kapan menikah. Kakak tau, mama mengaturnya dengan cepat dalam dua hari, aku bahkan tak siap dengan segala keadaan ini tapi mama terus saja mengancam akan mencoretku dari daftar ahliwaris nya. Mana mungkin aku rela melepaskan semuanya!."

"Aku sudah tebak! kau menikah wanita itu hanya untuk warisanmu?"

"Iya. Apa lagi? aku tak punya pilihan, mama tak pernah suka dengan Clara, dan Zelinda adalah satu-satunya jalan."

Stela menatap adiknya dengan kesal. "maksudnya kamu menenrima Zelin hanya untuk menutupi hubunganmu dengan Clara?"

"Ya begitulah."

"kami jahat sekali Saka. kamu tau, Wanita itu bahkan menunggumu semalaman Saka. Dia terlihat sangat khawatir padamu. Setidaknya bertanggung jawablah atas pilihanmu sendiri!"

Stela melipat tangannya di dada. "Aku lihat Zelinda wanita yang cantik, dia juga berkelas, setidaknya setara dengan keluarga kita, pantas saja mama selalu membanggakan menantu barunya itu." Stela mengingat kembali bagaimana mamamya begktu bangga memiliki Zelinda.

"Kenapa, kau iri padanya?" Saka bertanya dengan asal.

Stela berdecak kesal mendengar ucapan Saka.

"Aku akui Zelin tak begitu buruk, dia cantik dengan tubuh yang ideal, tapi dia bukan seleraku kak." Ucap Saka dengan santai, seolah dia pantas untuk memilih bahkan membandingkan Zelinda

"Lantas seleramu siapa? wanita murahan seperti Clara?"

"Jangan melewati batasanmu kak Stela, Clara berbeda, dia punya tempat istimewa dalam diriku!

"Minggir!"

Saka mendorong tubuh Stela menjauh darinya, wanita itu itu hampir menabrak lemari kaca di sudut ruangan.

Stela masih menahan dirinya, dia berusaha tetap tenang, kembali berbalik untuk menatap wajah Saka yang marah.

"Apa aku salah bicara? Kita berdua tau siapa Clara, Saka. Kau tak perlu menutupi kehidupan malam wanita itu."

"Dia bukan lagi wanita malam kakak, kamu dan aku tau apa alasan dia melakukan semua, itu karena sungguh dia sangat terpaksa."

"Benarkah? Cerita itu darinya juga kan? Ayolah Saka, kamu bukan anak kecil, bagaimana bisa dia bilang terpaksa jika dirinya saja menikmati nya!"

"Sudahlah kak, aku tak mau bertengkar karena Clara."

Stela berjalan ke arah Saka sekarang dengan wajah dingin, dia memastikan mata Saka bisa melihat dengan jelas matanya.

"Dengar Saka Gunawan! Aku tak perduki bagaimana kamu akan menilai wanita itu, yang jelas kamu harus segera pulang dan memberwskan masalah yang kamu buat!" Stela meminta dengan pelan.

"Kenapa? Apa mama tau aku meninggalkan rumah?" Saka tampak khawatir jika sampai ibunya tau, dia akan berada dalam masalah besar.

"Tidak, tapi mama bisa saja datang ke rumah untuk bertemu menantunya yang cantik pagi ini."

Stela menarik selimut yang menutupi tubuh Saka, membawa lelaki itu ke depan pintu kamar mandi.

"Jika harus, aku akan tetap ikut campur urusanmu dan Zelinda, aku tak mau kau buat masalah baru dan memaksa aku menyelesaikan nya. Sudah berapa kali aku terjebak dalam situasi sulit karenamu?"

Saka menggerutkan kedua alisnya dengan kesal

" Kenapa? Kamu tak mau membantuku lagi?"

"Ya, jika bisa aku akan menukarmu dengan adik lain yang lebih baik,. seperti Erlando misalnya."

"Kenapa? Kamu! kira dia lebih baik dari aku?"

"Ya! Dia jauh lebib baik setidaknya dia dewasa dan patas jadi pewaris. Ah, dia memang pewaris tunggal kan?" Stela tersenyum meledek Saka.

"Aku juga pewaris, apa bedanya?"

"Entahlah, tapi ku pikir kamu hanya beruntung jadi pewaris!" Stela menempeleng kepala Saka dengan kesal.

"Kenapa kamu terus saja memukulku! Aku bukan anak kecil lagi dan sekarang kakak bertingkah persis seperti papa!"

Saka benar-benar kesal dengan sikap kakak perempuannya kali ini..

"Ya, karena kamu bodoh makanya aku bertingkah seperti papa, siapa lagi yanag akan menyeret adik gila sepertimu ke jalan yang benar selain aku. Lagi pula apa kamu akan mendengarkan papa? Tidak kan?"

"Ya, ya kamu memang paling bisa membuat aku merasa jadi pecundang!"

"jangan banyak bicara, sekarang urus saja dirimu sebelum mama atau yang lain tau apa yang terjadi. kau pasti akan dapat masalah besar jika sampai ada yang tau kau pergi sejak semalam."

Saka menatap kesal ke arah Stela, namun wanita itu segera menutup pintu kamar mandi. Ia memang tak ingin Saka terlibat masalah sekarang, setidaknya sampai harga saham keluarga nya kembali naik. Orang-orang akan membicarakan keburukan mereka jika Saka membuat masalah dengan pernikahan yang baru sehari, dan itu pasti tak akan baik untuk saham mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   6. Ketakutan Saka

    Saka keluar kamar mandi, mendapati Stela masih duduk di ruang tengah apartemen nya, Saka berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah. "Kamu masih di sini? Pulang sana!" Saka meminta kakak perempuannya itu pergi, ia serasa di awasi sejak kakaknya itu datang. "Kenapa? Aku hanya duduk, urus saja dirimu sekarang, pakai baju yang betul, aku bukan Clara yang tergoda melihatmu bertelanjang dada. Menjijikkan!" Stela mencemooh dengan terang-terangan lantas kembali sibuk dengan _Ultrabook_ di tangannya. Saka ingin sekali membalas ucapan kakaknya, namun bunyi ponsel membuat dia urung untuk beradu argumen lagi. Segera Saka membuka tas kecilnya di sisi ranjang, melihat nama "Mama" di layar ponsel membuat lelaki itu terdiam sebentar. "Kamu menghubungi mama?" Tanya Saka dengan mata memicing, ia curiga pada Stela yang sudah tau masalah yang dirinya buat sekarang. "Tidak! Buat apa aku menghubungi mama." Ucap Stela acuh, matanya sibuk menatap layar laptopnya. "Lalu kenapa mama menelepon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   7. Hasutan Clara

    Setelah kepulangan Stela dari rumah Saka, Zelinda masih duduk di teras rumahnya, ia tak lagi berselera untuk makan, bahkan ingatan nya terus berputar pada kejadian demi kejadian bersama Saka. Zelinda menghela napas panjang, ia masih bimbang bagaimana menjelaskan pada keluarga nya bila bertemu nanti, dia bahkan tak tau di mana Saka sekarang, sementara mungkin saja kakeknya atau mama Saka datang ke mari hari ini. Lama Zelinda duduk diam di teras, hingga akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. "Nyonya tidak makan lagi?" Rani bertanya dengan pelan, gadis itu berdirii di sisi meja makan yang masih penuh. "Tidak Rani, bereskan saja mejanya, bawa pulang makanan yang kamu suka juga, masih banyak makanan di situ, sayang jika akhirnya tak termakan." "Mana boleh begitu nyonya, saya bisa di pecat nanti." Rani menjawab dengan santai, namun tangannya sudah sibuk membereskan meja makan. "Lalu, kemana makanan itu nanti akhirya?" "Ya di sini nyonya, kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   8. Perlawanan

    Pov Zelinda. Aku selalu berharap keluar dari rumah kakekku saat menikah, aku selalu berharap pernikahan ku bisa menyelamatkan aku dari sikap egois kakek, didikan kerasnya padaku dan juga hidupku yang tersandra. Namun ternyata pernikahan ini seperti membawa aku masuk ke dalam lubang yang sama, yang bahkan lebin dalam dari apa yang aku bisa bayangkan. Saka Gunawan adalah lelaki yang meminang aku dengan baik, keluarga nya begitu baik, aku tak pernah membayangka bahwa sedikitpun di hatinya tak ada cinta untuk diriku. Lelaki itu kini berdiri di depanku, entah kenapa tiba-tiba saja dia menarik aku ke dalam kamar. Dia mendekat perlahan sekarang, membuat aku juga akhirnya mundur menjauh. Aku masih terus menatap kedua matanya dengan perasaan marah dan kecewa yang bercampur. Tamparannya tak bisa aku lupakan, dia membuat aku benar-benar merasa terpuruk sekarang. "Katakan kenapa kamu akhirnya memilih menikahi aku?" Aku masih menuntutnya menjawab tanya yang sejak tadi terus membuat aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   9. Sandiwara

    Pov Zelinda. Aku sudah siap dengan dres berwarna merah muda, berulang kali juga ku pastikan make-up ku bisa menutupi segala memar akibat perbuatan Saka. Sejujurnya saat aku tau akan di jodohkan dengan Saka, aku menyukainya. Kami pernah bertemu beberapa kali di sebuah acara dan aku sudah jatuh hati padanya sejak pertama aku melihatnya. Saka adalah pria baik di mataku, aku menyelipkan namanya dalam doaku selama ini, ku pikir tak ada yang salah bila aku menaruh rasa padanya dulu, dan aku tak pernah membayangkan kami akhirnya akan berjodoh. Tapi aku tak pernah membayangka dia akan bersikap begitu mengerikan sekarang, setelah kami menikah. Brak! Brak! "Masih lama? mau sampai kapan kamu akan di dalam sana, ha!" Teriakan Saka dari luar membuat aku terkejut. Aku kembali menatap diri ini di kaca, bertemu dengan kolega keluarga Saka membuat aku sedikit canggung. terlebih aku tak ingin membuat mama Sintia kecewa. Wanita itu sangat menyayangi aku, dan dia begitu bangga memiliki menantu s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   10. Noda pada gaun

    Pov Zelinda. Kami tiba di depan hotel Pionix, salah satu hotel yang di miliki oleh mama Sintia. Aku pernah mendengar bahwa mama Sintia memang bukan orang biasa, selain dia cantik dan istri dari pengusaha ternama Jodi Gunawan, Mama Sintia juga anak dari salah satu pengusaha besar di Asia dan hotel ini adalah salah satu milik keluarganya. "Ayo sayang, kita masuk." Mama Sintia meminta aku segera turun dari mobil dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam lobi hotel. Aku sedikit terkejut saat baru memasuki pintu kaca nan megah, deretan staf bahan menejer hotel sudah berjajar menyambut kami dengan minuman selamat datang dan memberikan buket bunga yang cantik padaku. "Selamat datang nyonya Zelinda, kami dari hotel pionix mengucapkan selamat atas pernikahan nyonya dengan tuan Saka." Seorang lelaki dengan jas yang rapi menyalami aku. "Terimakasih atas sambutannya yang hangat." Aku tersenyum dengan tulus, sungguh apa yang mereka lakukan sangat menyentuhku. "Mari kami antar ke ruang pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   11. keegoisan

    Pov Saka. Perempuan macam apa si Zelinda itu, sampai dia berani menerkamku seperti singa kelaparan. Bahkan mama masih saja bersikap baik padanya, apa mama tak tau menantu kesayangannya itu baru saja menggigit anak lelakinya. Tapi mana mungkin aku bercerita pada mama, dia pasti lebih percaya pada Zelinda. "Saka!" Mama memanggil, aku kini sedang memikirkan banyak hal di dalam kepalaku ini. "Ya ma...." Aku menjawab dengan malas. "Cari istrimu sana, mama jadi khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu padanya, Saka!" Lagi, mama bersikap seolah dialah ibu kandung Zelinda, apa mama lupa jika akulah anak kandungnya. "Saka, Kenapa diam saja!" Kali ini mana menepuk pundak ku dengan kencang, membuat aku terlonjak karena terkejut. "Auh... Sakit ma!" Aku merespon dengan tak suka. "Apasih! Mama cuma menepuk pundakmu dengan tangan, bukan besi. Manja sekali!" Ucap mama terdengar tak perduli dengan sakitnya bekas tepukannya itu. Aku berdecak kesal, bagaimana aku tak berteriak jika m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   12. Tingkah Clara

    Pov : Ska Aku terkejut, bagaimana bisa dia merusak baju Zelinda? Mama pasti akan sangat marah jika sampai tau baju Zelinda rusak begitu saja. "Ini acara penting bagi Keluarga ku Clara, mama akan memberikan sahamnya padaku sebagai hadiah pernikahan Clara" "ya lalu?" "Ya lalu kenapa kamu merusak gaunnya hari ini? tak bisakah kamu bersikap baik kali ini saja, Clara?" Aku tak bisa lagi menahan rasa kesalku sekarang. Clara melepaskan tangannya dengan kesal dan kini menatapku penuh rasa tak suka. "Wanita itu masih baik-baik saja, aku hanya merusak gaunnya, bukan hidupnya seperti dia juga merusak hidupku dan menjauhkan aku darimu!" Clara bicara begitu saja lantas berjalan keluar dari pintu darurat. Aku hanya bisa tertegun dan berusaha mencerna apa yang mungkin sudah terjadi pada Zelinda. semoga saja Clara tak melakukan hal-hal yang membahayakan wanita itu. Aku segera mengikuti Clara keluar dari pintu darurat, aku ingin dia segera pergi dari tempat ini sebelum mama atau kak Ste

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   13. Hadia Dari Mama Sintia

    "Apa kau gugup?" Saka bertanya pada Zelinda dan wanita itu mengangguk dengan pelan, berulang kali terlihat menarik napasnya dalam-dalam. "Hah, ternyata perempuan galak sepertimu bisa gugup juga." Ucapnya dengan nada sinis. zelinda menatap tak suka pada Saka, sebelum menyadari dirinya masih di perhatikan oleh banyak pasang mata. Mereka berjalan masuk ke tempat pesta. Ini bukanlah pesta yang resmi, hanya pertemuan bisa untuk makan siang sekaligus bercengkrama. Sintia dan Jodi langsung mendekati orang-orang penting di sana, sementara Saka masih berdiri di tepi bersama Zelinda. "Jangan gugup atau orang akan menaruh curiga pada kita." Ucap Saka lagi, kali ini dia berusaha tersenyum pada siapapun yang melihat ke arahnya. Zelinda yang merasa semakin gugup mencengkeram lengan suaminya, membuat Saka merasa kan panas juga di tubuhnya. "Lihat ini si pengantin baru." Seorang lelaki dengan stelan jas mahal berjalan di iringi beberapa lelaki bertubuh kekar mendekati Saka dan Zelinda.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   40. Makan malam romantis

    Malam begitu cerah, bintang banyak bertaburan di langit dan angin pantai seolah menambah kesan romantis pada malam itu. "Pelan-pelan." Ucap Saka menggandeng tangan Zelinda yanv sengaja dia minta untuk menutup mata. "Kita mau kemana?" Tanya Zelinda dengan perasaan tak menentu. "sabar dulu, kita hampir sampai." Ucap Saka dan terus menuntun Zelinda ke arah tampat mereka akan makan malam bersama. Sampi di sebuah gazebo dekat pantas, Saka membuka penutup mata Zelinda. Dengan mata yang sedikut kabur, Zelin berusaha meluhat apa yang kini ada di depannya. Sebuah meja makan bulay dengan taplak putih bersih sudah ada di depannya. lilin merah menyala di tengah meja dengan makanan pembuka yang mencuri perhatian karena bentuknya yang cantik. "Apa ini?" Zelinda bertanya dengan jantung berdegup kencang, diamerasa binggung sejaligus bahagia melihat apa yang saka usahakan untuknya malam ini. Saka menarik kursi makan dan mempersilahkan Zelinda duduk, merapikan gaun wanita itu dan barulah dia d

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   39. Cinta yang mulai tumbuh

    Saka berjalan cepat ke arah hotelnya, melewati hamparan rumput yang cukup luas, dia masuk dari area kolam renang yang tak terlalu ramai. Sebelum sampai ke dalam hotel, dirinya sudah melihat Zelinda berdiri dengan tatapan binggung seolah sedang mencari seserang. "Apa yang kamu lakaukan di sini?" Ucap Saka megejutkan Zelin. lelaki itu tiba-tiba saja berdiri di belakang Zelinda. "kenapa kamu ada di sini?" Zelin bertanya lebih dulu, dia baru saja ingin mencari Saka di area pantai namun lelaki itu sudah berada di sini. "Aku, aku sudah bilang ingin jalan-jalan. kenapa?" "kamu di sini sejak tadi?" "ya, hanya di sekitar sini. Ada apa?" Tanya saka mulai merasa cemas jika Zelinda melihatnya bersama Clara. "kamu yakin?" Zelinda bertanya lagi, ia yakin betul melihat seseorang yng mirip dengan Saka berpelukan tadi. "Apa sih, aku sedang tak ingin bercanda. Ayo masuk!" Saka berjalan meninggalkan Zelinda dan masuk lebih dulu ke area dalam hotel. Dia berharap Zelinda percaya dan tak memba

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   38. Perselingkuhan yang terlihat.

    Saka memutuskan keluar dari hotel tempat nya meginap dengan Zelinda, dia lantas berjalan ke arah pantai yang jaraknya hanya perlu menyeberang jalanan yang tak terlalu ramai. menikmati pemandangan pantai yang indah, membuat Saka tersenyum sendiri. Entah kapan terakhir dirinya menikmati suasana yang begitu menyenangkan seperti saat ini. "Hay!" Sebuah suara dari belakang membuat Saka terkejut. Tangan lentik dengan kuku panjang yang terawat sudah memeluknya begitu erat. Saka berbalik dengan cepat dan melihat Clara berdiri dengan bikini seksinya yang meyala terang di tengah panasnya pantai kuta sore itu. "Clara! kamu ngapain di sini?" Saka nampak tak suka melihat kedatangan pacarnya itu, entah kenapa dia merasa kali ini harusnya Clara tak berada di dekatnya. Wajah Clara nampak kesal sekarang, ia lantas melepaskan tangannya dari Saka dan melipat tangan di dada. "Aku ingin liburan ke sini, jadi aku menyusulmu. Ingat ya, aku nggak mau kamu dekat-dekat dengan si kampungan itu!" Uc

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   37. Bulan madu.

    Zelin masih meyiapkan semua bajunya saat Saka datang dengan tergesa. wanita itu memilih diam, tak terlalu perduli dengan apa yang suaminya akan lakukan. Dia sudah menyiapkan baju Saka dalam koper, baju yang entah cocok atau tidak bagi suaminya. "Apa bajuku di sini?" Saka datang lebih siang dan tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar. "ya, bajumu ada di dalam koper ini. Aku hanya siapkan yang menurutku terpakai, jadi kamu bisa tambahka sendiri baju mana yang ingin kaku bawa. "Nggak usah, itu saja susah cukup. Sudah aku mau bersiap." Ucap Saka lantas berjalan menuju ke kamar mandi di rumah itu. Saka bahkan tak mandi di rumah Clara karena merasa terburu-buru untuk pulang. zelinda mengangguk dengan ucapan Saka, dia lantas menarik kopernya sendiri keluar kamar dan membiarkan lelaki itu bersiap. zelinda menunggu di lantai bawah, meminum segelas jus sebelum berangkat dan meminta Rani memberinya salad sayur yang masih segar. "Ada surat untuk nyonya." Rani menaruh amplop coklat di ata

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   36.

    "Apa, ke Bali?" Clara berdecak kesal mendengar Saka akan pergi bulan madu dengan Zelinda, istrinya. "Hadiah dari mama, aku tak bisa menolak Clara." Wanita itu berbalik dengan kesal dan menatap Saka dengan tajam. "Ya kamu kasih alasan apa gitu. Aku nggak rela ya kamu pergi berdua dengan wanita itu!" Ucapnya dengan tatapan tak mau kalah. "Jangan begitu Clara, aku juga tidak bisa menolak apa yang mama berikan. Jika aku tak pergi bulan madu dengan Zelin, mama bisa curiga pada kami." Clara melipat tangannya di depan dada. Mereka bertemu secara diam-diam hari ini, bertemu di rumah Clara. Saka menyewakan rumah itu untuk Clara tinggali. Saka memeluk wanita itu dari belakang dan berusaha merayunya agar mengizinkan dia pergi dengan Zelinda. Dia merasa sedang di puncak libidonya setelah kontak fisiknya dengan Zelinda pagi tadi. "Jika mama sampai curiga dan kami ketahuan, aku bisa kehilangan semuanya Clara. Jika aku kehilangan semuanya, bagaimana bisa aku membelikan rumah baru untukm

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   35. Berkuda

    Zelinda mengendarai mobil menuju ke tempat Erlando merawat kuda-kudanya. Wanita itu memarkirkan mobilnya di area luar dan berjalan masuk mencari sosok yang dia ingin temui. "Nyonya ada di sini rupanya." Seorang staf Erlando menyapa dengan hangat. Dia adalah Bella, sekertaris yang sering ikut saat Erlando memiliki urusan bisnis. Kedatangan Zelin ke tempat itu bukanlah hal baru. Zelinda cukup sering datang untuk berkuda, dia selalu senang berada di ruangan terbuka, menimati udara yang sejuk dan merasakan adrenalinya terpacu kala menguasai laju kudanya dan merasa dirinya bisa mengendalikan laju kuda adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. Zelin menatao Bella dengan senyum, meski dia bisa melihat bahwa Bella memang tak terlalu suka padanya sejak awal mereka bertemu. "Hay Bella, apa Elando sedang ada urusan pentingnya?." Zelinda menanyai sekertaris Erlando. Wanita itu selalu ada jika Erlando sedang mengurusi bisninya. "Iya nyonya, tuan ada pertemuan. Apa nyonya akan berkuda ha

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   34.Rasa yang menyala

    Setelah kepulangan Sintia hari itu, Saka dan Zelinda tak banyak bicara seharian. Pagi ini mereka duduk bersama di halama belakang. Mereka jarang menikmati waktu seperti ini, namun kali ini Saka meminta Zelinda menemaninya duduk di teras belakang dan menikmati suasana pagi yang damai dan tenang. "Kopimu." Zelinda meletakkan secangkir kopi di meja, wanita itu latas duduk bersebelahan dengan Saka, suaminya. "Apa kamu sangat sibuk?" Saka bertanya pada Zelinda lebih dulu, sebelum ia mengeluarkan tiket pesawat untuk bulan madu mereka pada Zelinda. "Lumayan, besok harusnya aku ada pertemuan dengan salah satu kolega Star hotel dan melihat desain villa baru Rayon grup di kantor. Tapi mau bagaimana lagi, mama tiba-tiba saja meminta kita pergi sore ini. "Apa lusa dan selama satu minggu kedepan kamu sibuk sekali?" Zelin meletakkan lagi cangkirnya di meja, menatap wajah Saka dengan heran, kedua alisnya bahkan bertaut. "Ada apa? Tidak biasanya kamu begini?" "Tentang bulan madu ini, a

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   33. Berdusta

    Saka berjalan pelan ke arah mamanya, wajahnya berusaha setenang mungkin agar tak menimbulkan pikiran buruk padanya. "Apa kamu tak dengar saka, mama bertanya dari mana saja kamu?" "Ah, ada urusan mendadak ma, em... Sebaiknya kita masuk ke ruanganku saja." Ucap Saka setengah berbisik, ia tak mau Zelinda dan Erlando mendengarnya di marahi. "Kenapa harus di ruang kerjamu? Mama mau di sini saja." Sintia tak beranjak dari tempatnya duduk. "Ayolah ma, sebentar saja." Ucap Saka memohon dengan manja. Zelinda dan Erlando saling pandang dengan wajah datar, Zelin juga baru kali ini melihat Saka benar-benar maja pada mamaya. Sintia tak dapat menolak ajakan Saka, wanita itu berjalan masuk ke runag kerja putranya dan duduk di kursi utama ruangan itu. Wajahnya tajam menatap anak lelaki satu-satunya itu. "Kenapa mama harus ke ruangan ini untuk bicara padamu, kenapa? Ada yang kamu sembunyikan?" Saka mendekat perlahan dan duduk di depan ibunya. "Sebenarnya ini rahasia ma." Ucapnya mulai

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   32. Nyaman

    Berbicara dengan Erlndo ternyata membuat Zelinda merasa nyaman. Mereka lantas mengobrol lama, bahkan dia membantu wanita itu menyelesaikan semua pekerjaan kantor dengan mudah, dia selalu mendengarkan apa yang Zelinda katakan, bertukar pikiran dengannya dalam banyak cerita, bahkan tertawa lepas. Hal yang tak pernah Zelinda lakukan dengan siapapun selama ini. Zelinda menggagumi sikap dan cara Erlando menghargai orang lain. Kopi buatannya juga sangat enak, Zelinda tak tau dia juga seorang barista yang handal. Dia membuat Zelinda merasa punya harga diri sekarang. "Aku tak tau kau pandai membuat kopi." Zelin memuji dengan santun saudara suaminya itu. Niatnya membuatkan kopi untuk Erlando terganti karena Erlando memutuskan membuat kopinya sendiri. "Aku pernah belajar kopi saat berkunjung ke Italia beberapa tahun lalu." Ucapnya memjelaskan, bahkan suaranya saja membuat Zelinda merasa damai dan aman. "Kau suka bepergian?" Zelin bertanya dengan sangat antusias. "Ya, ke beberapa negara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status