Share

4. Saka yang liar

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2025-01-14 16:43:26

Stela memarkirkan mobilnya di basemen apartemen besar di kota. Bergegas dia keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung. Stela bahkan tak perlu menemui scurity untuk bisa mendapatkan akses ke lantasi atas. dia masuk ke dalam lif, menekan tombol lantai tertinggi gedung it dan menunggu dengan tak sabar lif segera membawanya ke lantai yang ia tuju.

Di lantai itu hanya ada dua ruang apartemen mewah, satu milik Erlando sepupunya dari pihak ibunya dan satu lagi di beli atas nama adiknya Saka Gunawan.

Meski terlihat kesal dan malas, Stela akhirnya menekan juga bel yang ada di sisi pintu. Bayang wajah menyebalkan Saka membuat dirinya semakin tak sabar untuk segera memberi adiknya itu pelajaran

Klek!

Suara hendel pintu di buka, seorang wanita dengan baju tidur terbuka kini berdiri di depan Stela, rambutnya sebahu, sedikit acak-acakan dengan wajah sembab dia menetap Stela dengan terkejut.

"Ada apa? Kau seperti melihat hantu!" Ucap Stela, dia sudah memperlihatkan rasa tak sukanya pada Clara.

Stela masih menatap nyalang wanita bernama Clara itu, menunjukkan bahwa dirinya memang tak suka dengan keberadaan wanita itu di kamar Saka, adiknya.

Clara adalah cinta pertama Saka sejak SMA, sayangnya takdir begitu kejam membuat dia jadi wanita malam di kota besar, Saka selalu bilang Clara terpaksa melakukan nya karena keadaan, tapi Stela bahkan bisa melihat wanita itu memang menikmati dunianya yang liar dan penuh lelaki tak bermoral.

"Kau Cari Saka? apa dia bocah yang harus...."

Clara bertanya dengan nada bicaranya yang begitu nakal, namun belum selesai Clara bicara, Stela sudah mendorong kasar wanita itu ke tepi dan berjalan menuju kamar utama.

"Minggir!"

Stela melihat dengan ekspresi jijik ke arah baju, celana bahkan dalaman milik lelaki yang terpisah satu sama lain. Entah apa yang sudah terjadi di sini semalam, dirinya bahkan merasa mual membayangkan nya sendiri.

Stela melihat wajah lelaki yang di carinya itu tengah pulas, bak bayi di balik selimut yang tebal.

"Dia lelah, tolong jangan ganggu dia dulu." Clara menyusul di belakang Stela, melarang wanita itu membangunkan Saka yang baru saja tidur setelah fajar.

"Benarkah? Apa kamu punya hak untuk melarangku?" Stela menjawab dengan kesal, ia latas mendekati ranjang tidur Saka.

"Tolong hargai keberadaanku di sini! Ini rumah Saka dan kamu juga hanya tamu" Clara napak bicara dengan sangat tegas, ia bahkan menghalangi Stela untuk mendekati Saka.

"Apa kau masih pantas untuk di hargai? Lihat saja dirimu di kaca, katakan berapa harga yag harus ku bayar untuk wanita murahan sepertimu!"

"Jaga ucapanmu!" Clara berdecak marah, dirinya merasa Stela sudah mempermalukan dan merendahkan dirinya.

"Jika kamu ingin aku bersikap baik, setidaknya menjauh dariku, pastikan kamu tak terlihat olehku lagi, sebab lidahku ini tak bisa menahan hinaannya padamu!"

"Kenapa kak Stela tak perah suka padaku? Apa salahku pada kaka? Apa tak bisa kakak bersikap baik padaku sedikit saja?"

"Untuk alasan apa aku harus bersikap baik padamu? Apa kita saudara? Kamu tak seistimewa itu Clara, aku bahkan tak tau apa yang Saka lihat dari perempuan licik dan murahan sepertimu!"

"Tapi sayangnya Saka lebih memilih aku dari pada istri barunya itu kak. Kakak tau dia memilihku di malam pengantinnya sendiri."

"Kamu bangga dengan itu?" Stela menaikkan alisnya dan menatap Clara dengan remeh.

"Tentu saja, itu membuktikan jika Saka memang sangat mencintai aku." Clara berjalan mendekati Saka, membelai wajah lelaki itu dengan lembut di hadapan Stela

"Dan kamu masih tak mau di sebut murahan? Berapa lelaki yang sudah naik ke ranjang bersamamu Clara, apa kau ingat betul jumlahnya?"

Clara melirik tajam ke arah Stela, merasa tak seharusnya wanita itu bicara begitu, namun tetap saja dia tak bisa menjawab, lagi pula siapa juga yang bisa mengingat berapa kali dia berganti lelaki.

"Aku yakin kamu tak ingat kan? Dan sekarang kamu bersama seorang lelaki yang baru saja menikah. Kamu bawa dia di atas ranjang sialan ini sementara istrinya menangis semalaman."

"Kakak sudah bertemu wanita itu? Dia benar-benar menangis? Ah, aku tak sanggup membayangkan nya. Apa dia begitu cantik? Ku dengar istri baru Saka adalah wanita yang sangat cantik. Dia pasti tak secantik itu jika SaKa masih mencariku." Clara bicara dengan senyum megembang, membuat Stela merasa sangat kesal.

Stela bahkan melirik tajam ke arah Clara, namun dia tak mau mejawab apapun yang berkaitan dengan Zelinda sekarang, tidak di hadapan Clara.

"Aku tak perduli seberapa banyak kamu menaruh hati pada Saka, tapi jika kamu merusak hubungan rumah tangga mereka dan membuat keluargaku dalam masalah besar, kamu harus berurusan denganku!"

Stela menegaskan pada Clara, bahwa dirinya tak akan memaafkan siapapun yang membuat nama baik keluarga nya hancur.

"Awas, minggir!" Stela menarik clara menjauhi ranjang Saka, membuat wanita itu harus tersungkur ke lantai.

Dengan kesal Stela menarik selimut Saka dan melihat lelaki itu tanpa busana sekarang.

"Bangun!" Teriaknya kencang, dia melemparkan ke ranjang baju-baju Saka yang ada di lantai.

Saka yang terganggu segera membuka mata dan terkejut saat melihat kakak perempuan nya sudah berdiri di sisi ranjang tempatnya tidur.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Teriak Saka lebih kencang, ia menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka lagi.

Clara segera mengambil handuk kimono dari dalam lemari dan memberikan nya pada Saka.

"Siapa yang memintamu membantunya!" Stela membentak Clara dengan suara lantang, membuat wanita itu mundur dan ketakutan.

Dia bahkan terlihat pandai sekali bersandiwara di depan Saka, baru beberapa detik lalu wanita itu bersikap begitu sombong, kini seperti wanita lemah yang begitu pasrah menerima siksaan.

"Jangan membentaknya! Apa hakmu membentaknya di rumahku!" Saka yang tak terima Clara di bentak berbalik menatap kesal ke arah Stela.

Namun bukan Stela namanya jika tak bisa memberi wanita murahan itu pelajaran.

"Hey kira siapa dirimu hingga berani membetakku demi wanita sialan itu!" Stela menempeleng dengan kesal kepala adiknya, membuat lelaki itu tak berani lagi berkutik karena sikap kasat sang kakak.

"Baiklah, aku tak akan membentaknya lagi!" Ucap Stela singkat.

Dengan tanpa rasa bersalah, Stela mengambil tas dan baju Clara di lantai, latas menarik wanita itu menuju pintu keluar.

"Kemarin!" Ucap Stela dingin tanpa ma melepaskan cengkeramannya pada Clara.

Clara terus saja mencoba melepaskan cengkraman tangan Stela, namun tenaganya kalah kuat dengan tenaga wanita itu.

"Lepaskan aku! Saka, lakukan sesuatu, ini sakit!" Teriak Clara tak suka. Ia merasa pergelangan tangannya begitu sakit sekarang.

"Hentikan kak! Hey dia kesakitan!" Saka berteriak dari arah belakang Stela, lelaki itu berlari dengan selimut tergulung di badan mencoba untuk menyelamatkan Clara.

"Diam kamu!" Ucap Stela kesal, matanya yag nyalang seolah melemparkan peluru ke arah Saka.

"Pergilah, akan ingin bicara dengan Saka! Hanya kami berdua dan orang asing tak di bolehkan mendengar!" Ucap Stela dengan dingin membuka pintu kamar dan mendorong Wanita itu keluar, melemparkan begitu saja baju dan tas Clara ke lantai lantas menutup pintu apartemen.

Brak!

"Kamu gila ha! Clara bukan hewan yang bisa kamu lempar begitu saja!" Saka bergegas menuju pintu yang sudah Stela tutup, namun dengan kesal Stela mendorong Saka kembali masuk ke kamarnya.

"Apa yang kamu lakukan? Clara masih belum berpakaian dan kamu meminta nya pergi? apa kamu gila kak, gila!"

Saka mengusap wajanya dengan kesal, ingin sekali dirinya memaki lebih banyak kakak perempuan yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Kenapa? Dia tau jalan ke tempatmu, apa dia tak tau jalan pulang ke rumahnya? Lagi pula di lantai ini hanya ada kamar mu dan kamar Erlan yang kosong, jadi meski dia tak memakai apapun di lorong depan, tak akan ada yang tau!" Stela menatap Saka dengan kesal.

Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu.

"Apa maumu? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan dengan tangan terlipat di depan dada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   5. Kebencian Saka

    Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu. "Apa maumu kak? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan. Stela menghela napas berat, menatap kesal pada lelaki yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu. Jika saja bisa, saat ini juga ingin rasanya Stela menyeret Saka untuk berlutut dan meminta maaf pada Mama nya, karena entah sudah berapa kali Saka membuat masalah dalam keluarga mereka. "Harusnya aku memang menghajarmu Saka!" Ucap Stela kesal, ia serius dengan ucapannya kali ini, bukan sedang menggertak atau menakuti saudaranya. "Kenapa kamu akan menghajarku?" Saka melirik dengan kesal. "Untuk menjernihkan pikiranmu yang kotor dan bodoh!" Saka tersenyum sinis, ia berjalan ke arah sofa, melemparkan dengan kesal tubuhnya ke atas busa yang empuk dan menutupi kembali wajahnya dengan selimut. "Bangun! Aku masih

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   6. Ketakutan Saka

    Saka keluar kamar mandi, mendapati Stela masih duduk di ruang tengah apartemen nya, Saka berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah. "Kamu masih di sini? Pulang sana!" Saka meminta kakak perempuannya itu pergi, ia serasa di awasi sejak kakaknya itu datang. "Kenapa? Aku hanya duduk, urus saja dirimu sekarang, pakai baju yang betul, aku bukan Clara yang tergoda melihatmu bertelanjang dada. Menjijikkan!" Stela mencemooh dengan terang-terangan lantas kembali sibuk dengan _Ultrabook_ di tangannya. Saka ingin sekali membalas ucapan kakaknya, namun bunyi ponsel membuat dia urung untuk beradu argumen lagi. Segera Saka membuka tas kecilnya di sisi ranjang, melihat nama "Mama" di layar ponsel membuat lelaki itu terdiam sebentar. "Kamu menghubungi mama?" Tanya Saka dengan mata memicing, ia curiga pada Stela yang sudah tau masalah yang dirinya buat sekarang. "Tidak! Buat apa aku menghubungi mama." Ucap Stela acuh, matanya sibuk menatap layar laptopnya. "Lalu kenapa mama menelepon

    Last Updated : 2025-01-24
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   7. Hasutan Clara

    Setelah kepulangan Stela dari rumah Saka, Zelinda masih duduk di teras rumahnya, ia tak lagi berselera untuk makan, bahkan ingatan nya terus berputar pada kejadian demi kejadian bersama Saka. Zelinda menghela napas panjang, ia masih bimbang bagaimana menjelaskan pada keluarga nya bila bertemu nanti, dia bahkan tak tau di mana Saka sekarang, sementara mungkin saja kakeknya atau mama Saka datang ke mari hari ini. Lama Zelinda duduk diam di teras, hingga akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. "Nyonya tidak makan lagi?" Rani bertanya dengan pelan, gadis itu berdirii di sisi meja makan yang masih penuh. "Tidak Rani, bereskan saja mejanya, bawa pulang makanan yang kamu suka juga, masih banyak makanan di situ, sayang jika akhirnya tak termakan." "Mana boleh begitu nyonya, saya bisa di pecat nanti." Rani menjawab dengan santai, namun tangannya sudah sibuk membereskan meja makan. "Lalu, kemana makanan itu nanti akhirya?" "Ya di sini nyonya, kalau

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   8. Perlawanan

    Pov Zelinda. Aku selalu berharap keluar dari rumah kakekku saat menikah, aku selalu berharap pernikahan ku bisa menyelamatkan aku dari sikap egois kakek, didikan kerasnya padaku dan juga hidupku yang tersandra. Namun ternyata pernikahan ini seperti membawa aku masuk ke dalam lubang yang sama, yang bahkan lebin dalam dari apa yang aku bisa bayangkan. Saka Gunawan adalah lelaki yang meminang aku dengan baik, keluarga nya begitu baik, aku tak pernah membayangka bahwa sedikitpun di hatinya tak ada cinta untuk diriku. Lelaki itu kini berdiri di depanku, entah kenapa tiba-tiba saja dia menarik aku ke dalam kamar. Dia mendekat perlahan sekarang, membuat aku juga akhirnya mundur menjauh. Aku masih terus menatap kedua matanya dengan perasaan marah dan kecewa yang bercampur. Tamparannya tak bisa aku lupakan, dia membuat aku benar-benar merasa terpuruk sekarang. "Katakan kenapa kamu akhirnya memilih menikahi aku?" Aku masih menuntutnya menjawab tanya yang sejak tadi terus membuat aku

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   9. Sandiwara

    Pov Zelinda. Aku sudah siap dengan dres berwarna merah muda, berulang kali juga ku pastikan make-up ku bisa menutupi segala memar akibat perbuatan Saka. Sejujurnya saat aku tau akan di jodohkan dengan Saka, aku menyukainya. Kami pernah bertemu beberapa kali di sebuah acara dan aku sudah jatuh hati padanya sejak pertama aku melihatnya. Saka adalah pria baik di mataku, aku menyelipkan namanya dalam doaku selama ini, ku pikir tak ada yang salah bila aku menaruh rasa padanya dulu, dan aku tak pernah membayangkan kami akhirnya akan berjodoh. Tapi aku tak pernah membayangka dia akan bersikap begitu mengerikan sekarang, setelah kami menikah. Brak! Brak! "Masih lama? mau sampai kapan kamu akan di dalam sana, ha!" Teriakan Saka dari luar membuat aku terkejut. Aku kembali menatap diri ini di kaca, bertemu dengan kolega keluarga Saka membuat aku sedikit canggung. terlebih aku tak ingin membuat mama Sintia kecewa. Wanita itu sangat menyayangi aku, dan dia begitu bangga memiliki menantu s

    Last Updated : 2025-01-26
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   10. Noda pada gaun

    Pov Zelinda. Kami tiba di depan hotel Pionix, salah satu hotel yang di miliki oleh mama Sintia. Aku pernah mendengar bahwa mama Sintia memang bukan orang biasa, selain dia cantik dan istri dari pengusaha ternama Jodi Gunawan, Mama Sintia juga anak dari salah satu pengusaha besar di Asia dan hotel ini adalah salah satu milik keluarganya. "Ayo sayang, kita masuk." Mama Sintia meminta aku segera turun dari mobil dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam lobi hotel. Aku sedikit terkejut saat baru memasuki pintu kaca nan megah, deretan staf bahan menejer hotel sudah berjajar menyambut kami dengan minuman selamat datang dan memberikan buket bunga yang cantik padaku. "Selamat datang nyonya Zelinda, kami dari hotel pionix mengucapkan selamat atas pernikahan nyonya dengan tuan Saka." Seorang lelaki dengan jas yang rapi menyalami aku. "Terimakasih atas sambutannya yang hangat." Aku tersenyum dengan tulus, sungguh apa yang mereka lakukan sangat menyentuhku. "Mari kami antar ke ruang pe

    Last Updated : 2025-01-27
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   11. keegoisan

    Pov Saka. Perempuan macam apa si Zelinda itu, sampai dia berani menerkamku seperti singa kelaparan. Bahkan mana masih saja bersikap baik padanya, apa mama tak tau menantu kesayangannya itu baru saja menggigit anak nb lelakinya. Tapi mana mungkin aku bercerita pada mama, dia pasti lebih nb percaya pada Zelinda. "Saka!" Mana memanggil aku yang sedang memikirkan banyak hal di dalam kepalaku ini. "Ya ma." "Cari istrimu sana, mana jadi khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu padanya." Lagi, mama bersikap seolah dialah ibu kandung Zelinda, apa mama lupa jika akulah bc anak kandungnya. "Saka, Kenapa diam saja!" Kali ini mana menepuk pundak ku dengan kencang. "Auh... Sakit ma!" Aku berteriak terkejut. "Apasih! Mama cuma menepuk pundaknya dengan tangan bukan besi. Manja sekali!" Aku berdecak kesal, bagaimana aku tak berteriak jika mama menepuk tepat di pundak yang masih ngilu sekali karena gigitan si singa perempuan itu. Ingin rasanya aku bilang pada mama, tapi perempuan it

    Last Updated : 2025-01-28
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   12. Tingkah Clara

    Pov : SkaAku terkejut, bagaimana bisa dia merusak baju Zelinda? Mama pasti akan sangat marah jika sampai tau baju Zelinda rusak begitu saja."Ini acara penting bagi Keluarga ku Clara, mama akan memberikan sahamnya padaku sebagai hadiah pernikahan Clara""Ya lalu? Wanita itu masih baik-baik saja kan?, aku hanya merusak gaunnya, bukan hidupnya seperti dia juga merusak hidupku dan menjauhkan aku darimu!" Clara bicara begitu saja lantas berjalan keluar dari pintu darurat.Aku terdiam, apa yang Clara katakan memang benar, Zelinda masih baik-baik saja.Aku segera mengikuti Clara keluar dari pintu darurat, aku ingin dia segera pergi dari tempat ini sebelum mama atau kak Stela tau Clara ada di sini."Pergilah dari sini secepatnya Clara,aku tak mau kau terlihat dalam masalah dan membuat dirimu berada dalam kesulitan."Aku meminta Clara untuk segera pergi."Aku tak akan membuatmu dalam masalah sayang, tidak sekarang, aku tau hari ini adalah acara penting buatmu kan? Aku akan memastikan semua b

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   36.

    "Apa, ke bali?" Clara berdecak kesal mendengar Saka akan pergi bulan madu dengan Zelinda, istrinya."Hadiah dari mama, aku tak bisa menolak Clara."Wanita itu berbalik dengan kesal dan menatap Saka dengan tajam."Ya kamu kasih alasan apa gitu. Aku nggak rela ya kamu pergi berdua dengan wanita itu!" Ucapnya dengan tatapan tak mau kalah."Jangan begitu Clara, aku juga tidak bisa menolak apa yang mama berikan. Jika aku tak pergi bulan madu dengan Zelin, mama bisa curiga pada kami."Clara melipat tangannya di depan dada. Mereka bertemu secara diam-diam hari ini, bertemu di rumah Clara. Saka menyewakan rumah itu untuk Clara tinggali.Saka memeluk wanita itu dari belakang dan berusaha merayunya agar mengizinkan dia pergi dengan Zelinda."Jika mama sampai curiga dan kami ketahuan, aku bisa kehilangan semuanya Clara. Jika aku kehilangan semuanya, bagaimana bisa aku membelikan rumah baru untukmu." Ucap Saka pada kekasihnya itu.Clara berbalik dengan mata berbinar, wanita murahan memang selalu

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   35. Berkuda

    Zelinda mengendarai mobil menuju ke tempat Erlando merawat kuda-kudanya. Wanita itu memarkirkan mobilnya di area luar dan berjalan masuk mencari sosok yang dia ingin temui. "Nyonya ada di sini rupanya." Seorang staf Erlando menyapa dengan hangat. Dia adalah Bella, sekertaris yang sering ikut saat Erlando memiliki urusan bisnis. Kedatangan Zelin ke tempat itu bukanlah hal baru. Zelinda cukup sering datang untuk berkuda, dia selalu senang berada di ruangan terbuka, menimati udara yang sejuk dan merasakan adrenalinya terpacu kala menguasai laju kudanya dan merasa dirinya bisa mengendalikan laju kuda adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. Zelin menatao Bella dengan senyum, meski dia bisa melihat bahwa Bella memang tak terlalu suka padanya sejak awal mereka bertemu. "Hay Bella, sedang ada urusan pentingnya?." Zelinda menanyai sekertaris Erlando. Wanita itu selalu ada jika Erlando sedang mengurusi bisninya. "Iya nyonya, tuan ada pertemuan. Apa nyonya akan berkuda hari ini?" "Iya, a

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   34.Rasa yang menyala

    Setelah kepulangan Sintia, Saka duduk bersama Zelinda di halama belakang. Mereka jarang menikmati waktu seperti ini, namun kali ini Saka meminta Zelinda menemaninya duduk di teras belakang."Kopi." Zelinda meletalkan secangkir kopi di meja, wanita itu latas duduk bersebelahan dengan Saka, suaminya."Apa kamu sangat sibuk?"Saka bertanya pada Zelinda lebib dulu, sebelum ia menngeluarkan tiket pesawat untuk bulan madu mereka pada Zelinda."Lumayan, besok aku ada pertemuan dengan salah satu kolega Star hotel dan melihay desain villa baru Rayon grup di kantor. Ada apa? Tumben sekali kamu bertanya apa kegiatanku?""Apa lusa dan selama satu minggu kedepan kamu sibuk?"Zelin meletakkan lagi cangkirnya di meja, menatap wajah Saka dengan heran, kedua alisnya bahkan bertaut."Ada apa? Tidak biasanya kamu begini?""Tentang bulan madu ini, apa kamu mau?""Apa aku punya pilihan? Jika kita tak berangkat lantas apa yang ak terjadi pada nasib kita berdua."Zelinda mengatakan yang sebenarnya. Dia tau

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   33. Berdusta

    Saka berjalan pelan ke arah mamanya, wajahnya berusaha setenang mungkin agar tak menimbulkan pikiran buruk padanya."Apa kamu tak dengar saka, mama bertanya dari mana saja kamu?""Ah, ada urusan mendadak ma, em... Sebaiknya kita masuk ke ruanganku saja." Ucap Saka setengah berbisik, ia tak mau Zelinda dan Erlando mendengarnya di marahi."Kenapa harus ie ruang kerjamu? Mama mau di sini saja." Sintia tak beranjak dari tempatnya duduk."Ayolah ma, sebentar saja." Ucap Saka memohon dengan manja.Zelinda dan Erlando saling pandang dengan wajah datar, Zelin juga baru kali ini melihat Saka benar-benar maja pada mamaya.Sintia tak dapat menolak ajakan Saka, wanita itu berjalan masuk ke runag kerja putranya dan duduk di kursi utama ruangan itu. Wajahnya tajam menatap anak lelaki sati-satunya itu."Kenapa mama harus ke ruangan ini untuk bicara padamu, kenapa? Ada yang kamu sembunyikan?"Saka mendekat perlahan dan duduk di depan ibunya."Sebenarnya ini rahasia ma." Ucapnya mulai membuat cerita.

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   32. Nyaman

    Berbicara dengan Erlndo ternyata membuat Zelinda merasa nyaman. Mereka lantas mengobrol lama, bahkan dia membantu wanita itu menyelesaikan semua pekerjaan kantor dengan mudah, dia selalu mendengarkan apa yang Zelinda katakan, beryukar pikiran dengannya dalam banyak cerita, bahkan tertawa lepas. Hal yang tak pernah Zelinda lakukan dengan siapapun.Zelinda menggagumi sikap dan cara Erlando menghargai orang lain. Kopi buatannya juga sangat enak, Zelinda tak tau dia juga seorang barista yang handal. Dia membuat Zelinda merasa punya harga diri sekarang."Aku tak tau kau pandai membuat kopi." Zelin memuji dengan santun saudara suaminya itu."Aku pernah belajar kopi saat berkunjung ke Italia beberapa tahun lalu.""Kau suka bepergian?" Zelin bertanya dengan sangat antusias."Ya, ke beberapa negara.""Berapa yang sudah kau datangi?""Em, aku tak menghitungnya dengan tepat, tapi mungkin lebih dari 20 negara. Mungkin.""Waow. Itu menakjubkan." Ucap Zelin dengan penuh kekaguman.Zelinda selalu i

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   31. Bertemu kekasih gelap

    Pov SakaAku membiarkan Zelinda pulang dengan Erlando, mau bagaimana lagi, aku sudah berjanji pada Clara untuk bertemu. Ua, sampai detik ini aku masih menjalin hubungan dengannya, sudah aku katakan dejak awal aku tak bisa jauh dari wanita itu.Clara selalu bisa membuat aku merasa bahagia, dia sedikit manja, tapi aku suka caranya meperlakukan aku selama ini.Aku tiba di mall tempat kami janjian, memakai topi dan kacamata hitam, aku keluar untuk bertemu dengan kekasihku. Clara meminta untuk menonton bioskop hari ini dan karena kami lama tak bertemu, aku kasihan padanya jika tak mengabulkan permintaanya.Aku berjalan masuk ke dalam lif, Clara sudah menunggu di dalam bioskop sekarang dan aku masuk mendekat ke tempat duduknya."Hay..."Hay sayang, kau terlambat." Clara menyapa dengan hangat, dia mendekat dan mencium pipiku dengan lembut.Wanginya selalu membuat aku merasa rindu, terlebih jika dia memakai pakaian terbuja seperti sekarang, aku jadi percaya diri ada di dekat wanita secantik d

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   30. Pertemuan dengan Erlando

    Pov Zelinda"Kau bisa pulang sendiri?" Saka bertanya padaku setelah acara kantor selesai.Tentu saja aku masih terpaku menatapnya dengan tajam. Kami pergi bersama hari ini, tapi Saka tak bisa mengantarkanku pulang?"Ada apa?" Tanyaku akhirnya, aku jelas terus melihatnya selalu menatap ke arah jam di tangan."Aku ada janji bertemu dengan orang, jadi kau bisa pulang sendiri?"Dia memintaku pulang sendiri? Yang benar saja."Jika kau sibuk biar aku yang antar Zelinda pulang."Tiba-tiba saja Erlando mendekat dan mengatakan akan mengantarkan aku pulang."Kau tak keberatan?" Saka bertanya pada Erlando."Tidak, aku tak keberatan. Tapi tanya dulu pada Zelinda, apakah dia mau ikut bersamaku." Mereka berdua menatapku dengan tatapan menanti jawaban."Bagaimana, kau mau ikut Erlando?"Sejujurnya, aku tak keberatan. Erlando dan aku cukup dekat belakangan ini, meski aku memang masih menjaga jarak, takut jika ada berita yang tak menyenangkan di luar."Apa kau akan pulang juga?" Tanyaku memastikan ba

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   29. Tahun berganti.

    Pov Zelinda1 tahun setelah hari itu.Sejak hari di mana aku kembali di antarkan ke rumah keluarga Gunawan, maka hari itu hatiku sudah mati.Aku hanya tau bahwa menurut sebagai seorang istri adalah cara terbaikku untuk tetap hidup. Tak ada lagi kabar yang ingin ku dengar dari rumah Wijaya, bahkan aku tak pernah mau menerima panggilan masuk dari kakek yang entah sudah berapa puluh kali ku tolak.Hari ini adalah pesta peresmian perusahaan baru Saka, aku menyerahkan segala aset yang di berikan mama Sintia padanya, salah satu hal yang meyelamatkan hidupku hingga sekarang. Amukannya masih sering ku terima, tapi menggadu juga tak akan membuat posisiku berubah lebih baik, jadi aku menerima segalanya sebagai takdirku sendiri."Apa kau tak bisa lebih cepat!" Saka datang dengan wajah tak senang, aku belum selesai bersiap saat dia membuka pintu kamar."Aku akan segera siap." Ucapku bergegas menyelesaikan makeup ku.Saa berdiri di belakangku dengan tatapan ambisius, berulang kali dia membetulkan

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   28. Bergabung di perusahaan

    "Apa tidurmu nyenyak?" Saka bertanya pada Zelinda dan wanita itu mengangguk dengan pelan.Empay bulan sudah mereka laui setelah hari itu, tak ada lagi drama pertengkaran terdengar. Zelinda menjadi istri yang sangat patuh pada suaminya. Setidaknya itu yang mereka semua pikirkan sekarang."Baguslah, jadi kau bisa ikut aku ke kantor hari ini." Ucapan Saka terdengar datar tapi membuat ke dua manik mata Zelinda membulat dengan sempurna."Aku? Ke kantormu? Kenapa, ah maksudnya untuk apa aku ke sana?.""Mama memintamu datang. Lagi pula ada baiknya juga kau bekerja kan, jadi pikiranmu bisa terbebas dari hal-hal buruk.".Zelinda mengerutkan alisnya."Hal buruk apa yang kau maksud?""Ya apa lagi, seperti kabur dari rumah misalnya."Zelin membuang wajahnya dengan malas. Dia tak pernah melakukan itu lagi kan, tapi Saka masih suka membahasnya tanpa alasan."Mama memberikanmu posisi di kantor, kau bisa belajar banyak hal di sana bukan?"Zelinda masih terdiam. Dia memang lulusan terbaik di kampusnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status