Share

4. Saka yang liar

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2025-01-14 16:43:26

Stela memarkirkan mobilnya di basemen apartemen besar di kotanya, bergegas dia keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam lif. Dia menekan tombol lantai tertinggi gedung itu, menunggu dengan tak sabar lif segera membawanya ke lantai yang ia tuju.

Di lantai itu hanya ada dua ruang apartemen mewah, satu milik Erlando sepupunya dari pihak ibunya dan satu lagi di beli atas nama adiknya Saka Gunawan.

Meski terlihat kesal dan malas, Stela akhirnya menekan juga bel yang ada di sisi pintu. Bayang wajah menyebalkan Saka membuat dirinya harus memberi adiknya itu pelajaran

Klek!

Suara hendel pintu di buka, seorang wanita dengan baju tidur terbuka kini berdiri di depan Erlan, rambutnya sebahu, sedikit acak-acakan dengan wajah sembab dia menetap Stela dengan terkejut.

"Ada apa? Kau seperti melihat hantu di wajahku!" Ucap Stela, dia sudah memperlihatkan rasa tak sukanya pada Clara.

Stela masih menatap nyalang wanita bernama Clara itu, menunjukkan bahwa dirinya memang tak suka dengan keberadaan wanita itu di kamar Saka.

Clara adalah cinta pertama Saka sejak SMA, sayangnya takdir begitu kejam membuat dia jadi wanita malam di kota besar, Saka selalu bilang Clara terpaksa melakukan nya karena keadaan, tapi Erlan bisa melihat wanita itu memag menikmati dunianya yang liar dan penuh lelaki tak bermoral.

"Kau cari siapa?"

Nada bicaranya begitu nakal, namun belum selesai Clara bicara, Stela sudah mendorong wanita itu ke tepi dan berjalan menuju kamar utama.

Stela melihat dengan ekspresi jijik ke arah baju, celana bahkan dalaman milik lelaki yang terpisah satu sama lain. Entah apa yang sudah terjadi di sini semalam, dirinya bahkan merasa mual membayangkan nya sendiri.

Stela melihat wajah lelaki yang di carinya itu tengah pulas, bak bayi di balik selimut yang tebal.

"Dia lelah, tolong jangan ganggu dia dulu." Clara menyusul di belakang Stela, melarang wanita itu membangunkan Saka yang baru saja tidur setelah fajar.

"Benarkah? Apa kamu punya hak untuk melarangku?" Stela menjawab dengan kesal, ia latas mendekati ranjang tidur Saka.

"Tolong hargai keberadaanku di sini! Ini rumah Saka dan kau juga hanya tamu" Clara napak bicara dengan sangat tegas, ia bahkan menghalangi Stela untuk mendekati Saka.

"Apa kau masih pantas untuk di hargai? Lihat saja dirimu di kaca, katakan berapa harga yag harus ku bayar untuk wanita murahan sepertimu!"

"Jaga ucapanmu!" Clara berdecak marah, dirinya merasa Stela sudah mempermalukan dan merendahkan dirinya.

"Jika kau ingin aku bersikap baik, setidaknya menjauh dariku, pastikan kamu tak terlihat olehku lagi, sebab lidaku ini tak bisa menahan hinaannya padamu!"

"Kenapa kak Stela tak perah suka padaku? Apa salahku pada kaka? Apa tak bisa kakak bersikap baik padaku sedikit saja?"

"Untuk alasan apa aku harus bersikap baik padamu? Apa kita saudara? Kamu tak seistimewa itu Clara, aku bahkan tak tau apa yang Saka lihat dari perempuan licik sepertimu!"

"Tapi sayangnya Saka lebih memilih aku dari pada istri barunya kak. Kau tau dia memilihku di malam pengantinnya sendiri."

"Kau bangga dengan itu?" Stela menaikkan alisnya dan menatap Clara dengan remeh.

"Tentu saja, itu membuktikan jika Saka memang sangat mencintai aku." Clara berjalan mendekati Saka, membelai wajah lelaki itu dengan lembut di hadapan Stela

"Dan kau masih tak mau di sebut murahan? Berapa lelaki yang sudah naik ke ranjang bersamamu Clara, apa kau ingat betul jumlahnya?"

Clara melirik tajam ke arah Stela, merasa tak seharusnya wanita itu bicara begitu, namun tetap saja dia tak bisa menjawab, lagi pula siapa juga yang bisa mengingat berapa kali dia berganti lelaki.

"Aku yakin kamu tak ingat kan? Dan sekarang kau bersama seorang lelaki yang bara saja menikah. Kau bawa dia di atas ranjang sialan ini sementara istrinya menangis semalaman."

"Kau sudah bertemu wanita itu? Dia benar-benar menangis? Ah, aku tak sanggup membayangkan nya. Apa dia begitu cantik? Ku dengar istri baru Saka adalah wanita yang sangat cantik. Dia pasti tak secantik itu jika SaKa masih mencariku." Clara bicara dengan senyum megembang, membuat Stela merasa sangat kesal.

Stela bahkan melirik tajam ke arah Clara, namun dia tak mau mejawab apapun yang berkaitan dengan Zelinda sekarang, tidak di hadapan Clara.

"Aku tak perduli seberapa banyak kau menaruh hati pada Saka, tapi jika kau merusak hubungan rumah tangga mereka dan membuat keluargaku dalam masalah besar, kau harus berurusan denganku!"

Stela menegaskan pada Clara, bahwa dirinya tak akan memaafkan siapapun yang membuat nama baik keluarga nya hancur.

"Awas, minggir kau!" Stela menarik clara menjauhi ranjang Saka, membuat wanita itu harus tersungkur ke lantai.

Dengan kesal Stela menarik selimut Saka dan melihat lelaki itu tanpa busana sekarang.

"Bangun!" Teriaknya kencang, dia melemparkan ke ranjang baju-baju Saka yang ada di lantai.

Saka yang terganggu segera membuka mata dan terkejut saat melihat kakak perempuan nya sudah berdiri di sisi ranjang tempatnya tidur.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Teriak Saka lebih kencang, ia menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka lagi.

Clara segera mengambil handuk kimono dari dalam lemari dan memberikan nya pada Saka.

"Siapa yang memintamu membantunya!" Stela membentak Clara dengan suara lantang, membuat wanita itu mundur dan ketakutan.

Dia bahkan terlihat pandai sekali bersandiwara di depan Saka, baru beberapa detik lalu wanita itu bersikap begitu sombong, kini seperti wanita lemah yang begitu pasrah menerima siksaan.

"Jangan membentaknya! Apa hakmu membentaknya!" Saka yang tak terima Clara di bentak berbalik menatap kesal ke arah Stela.

Namun bukan Stela namanya jika tak bisa memberi wanita murahan itu pelajaran.

"Kau kira kau siapa berani membetakku demi wanita sialan itu!" Stela menempeleng dengan kesal kepala Saka.

"Baiklah, aku tak akan membentaknya lagi!" Ucap Stela singkat.

Dengan tanpa rasa bersalah, Stela mengambil tas dan baju Clara di lantai, latas menarik wanita itu menuju pintu keluar.

"Kemarin kau!" Ucap Stela dingin.

Clara nampak mencoba melepaskan cengkraman tangan Stela, namun tenaganya kalah kuat dengan tenaga wanita itu.

"Lepaskan aku!" Teriak Clara tak suka. Ia merasa pergelangan tangannya begitu sakit sekarang.

"Hentikan kak! Hey dia kesakitan!"Saka berteriak dari arah belakangnya, lelaki itu berlari dengan selimut tergulung di badan.

"Diam kamu!" Ucap Stela kesal.

Brak!

"Pergilah, akan ingin bicara dengan Saka! Hanya kami berdua dan orang asing tak di bolehkan mendengar!" Ucap Stela dengan dingin, dia mendorong

Wanita itu keluar kamar Saka, melemparkan begitu saja baju dan tas Clara ke lantai lantas menutup pintu apartemen.

"Kau gila ha!" Saka bergegas menuju pintu yang sudah Erlan tutup, namun dengan kesal Stela mendorong Saka kembali masuk ke kamarnya.

"Apa yang kau lakukan? Clara masih belum berpakaian dan kau meminta nya pergi? Kau gila kak, gila!"

Saka mengusap wajanya dengan kesal, ingin sekali dirinya memaki lebih banyak kakak perempuan yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Kenapa? Dia tau jalan ke tempatmu, apa dia tak tau jalan pulang ke rumahnya? Lagi pula di lantai ini hanya ada kamar mu dan kamar Erlan yang kosong, jadi meski dia tak memakai apapun di lorong depan, tak akan ada yang tau!" Stela menatap Saka dengan kesal.

Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu.

"Apa maumu? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan.

Related chapters

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   5. Kebencian Saka

    Menyadari saudaranya ini benar-benar marah sekarang, meski kesal, Saka memilih tak membahas Clara lebih dulu. "Apa maumu kak? Aku sedang tak ingin bertengkar dengan siapapun sekarang!" Saka berusaha menahan amarahnya sendiri, ia lantas berbalik dan berdiri di tengah ruangan. Stela menghela napas berat, menatap kesal pada lelaki yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu. Jika saja bisa, saat ini juga ingin rasanya Stela menyeret Saka untuk berlutut dan meminta maaf pada Mama nya, karena entah sudah berapa kali Saka membuat masalah dalam keluarga nya.. "Harusnya aku memang menghajarmu Saka!" Ucap Stela kesal, ia serius dengan ucapannya kali ini, bukan sedang menggertak atau menakuti saudaranya. "Kenapa kau akan menghajarku?" Saka melirik dengan kesal. "Untuk menjernihkan pikiranmu yang kotor dan bodoh!" Saka tersenyum sinis, ia berjalan ke arah sofa, melemparkan dengan kesal tubuhnya ke atas busa yanh empuk dan menutupi kembali wajahnya dengan selimut. "Bangun! Aku masih be

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   6. Ketakutan Saka

    Saka keluar kamar mandi, mendapati Stela masih duduk di ruang tengah apartemen nya, Saka berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah."Kamu masih di sini? Pulang sana!" Saka meminta kakak perempuannya itu pergi, ia serasa di awasi sejak kakaknya itu datang."Kenapa? Aku hanya duduk, urus saja dirimu sekarang, pakai baju yang betul, aku bukan Clara yang tergoda melihatmu bertelanjang dada. Menjijikkan!" Stela mencemooh dengan terang-terangan lantas kembali sibuk dengan _Ultrabook_di tangannya.Saka ingin sekali membalas ucapan kakak namun bunyi ponsel membuat dia urung untuk beradu argumen lagi. Segera Saka membuka tas kecilnya di sisi ranjang, melihat nama "Mama" di layar ponsel membuat lelaki itu terdiam sebentar."Kau hubungi mama?" Tanya Saka dengan mata memicing, ia curiga pada Stela yang sudah tau masalah yang dirinya buat."Buat apa aku menghubungi mam." Ucap Stela acuh, matanya sibuk menatap layar laptopnya."Lalu kenapa mama menelepon sepagi ini?"Stela meghela napas, lant

    Last Updated : 2025-01-24
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   7. Hasutan Clara

    Setelah kepulangan Stela dari rumah Saka, Zelinda masih duduk di teras rumahnya, ia tak lagi berselera untuk makan, bahkan ingatan nya terus berputar pada kejadian demi kejadian bersama Saka.Zelinda menghela napas panjang, ia masih bimbang bagaimana menjelaskan pada keluarga nya bila bertemu nanti, dia bahkan tak tau di mana Saka sekarang, sementara mungkin saja kakeknya atau mama Saka datang ke mari hari ini.Lama Zelinda duduk diam di teras, hingga akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah."Nyonya tidak makan lagi?" Rani bertanya dengan pelan, gadis itu berdirii di sisi meja makan yang masih penuh."Tidak Rani, bereskan saja mejanya, bawa pulang makanan yang kamu suka juga, masih banyak makanan di situ, sayang jika akhirnya tak termakan.""Mana boleh begitu nyonya, saya bisa di pecat nanti." Rani menjawab dengan santai, namun tangannya sudah sibuk membereskan meja makan."Lalu, kemana makanan itu nanti akhirya?" "Ya di sini nyonya, kalau basi nanti di

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   8. Perlawanan

    Pov Zelinda.Aku selalu berharap keluar dari rumah kakekku saat menikah, aku selalu berharap pernikahan ku bisa menyelamatkan aku dari sikap egois kakek, didikan kerasnya padaku dan juga hidupku yang tersandra. Namun ternyata pernikahan ini seperti membawa aku masuk ke dalam lubang yang sama, yang bahkan lebin dalam dari apa yang aku bisa bayangkan.Saka Gunawan adalah lelaki yang meminang aku dengan baik, keluarga nya begitu baik, aku tak pernah membayangka bahwa sedikitpun di hatinya tak ada cinta untuk diriku.Lelaki itu kini berdiri di depanku, entah kenapa tiba-tiba saja dia menarik aku ke dalam kamar. Dia mendekat perlahan sekarang, membuat aku juga akhirnya mundur menjauh. Aku masih terus menatap kedua matanya dengan perasaan marah dan kecewa yang bercampur."Ganti bajumu!" Ucapnya dingin, meminta aku segera mengganti baju.Aku hanya diam, menatap nya dengan tatapan nanar, sungguh haruskah aku menjalani seumur hidup dengan lelaki tempramen sepertinya sekarang?"Kenapa masih dia

    Last Updated : 2025-01-25
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   9. Sandiwara

    Pov Zelinda.Aku sudah siap dengan dres berwarna merah muda, berulang kali juga ku pastikan make-up ku bisa menutupi segala memar akibat perbuatan Saka. Sejujurnya saat aku tau akan di jodohkan dengan Saka, aku menyukainya. Kami pernah bertemu beberapa kali di sebuah acara dan aku sudah jatuh hati padanya sejak pertama aku melihatnya.Saka adalah pria baik di mataku, aku menyelipkan namanya dalam doaku selama ini, ku pikir tak ada yang salah bila aku menaruh rasa padanya dulu, dan aku tak pernah membayangkan kami akhirnya akan berjodoh. Tapi aku tak pernah membayangka dia akan bersikap begitu mengerikan sekarang, setelah kami menikah.Brak! Brak!"Sampai kapan kau akan di dalam sana, ha!"Teriakan Saka dari luar membuat aku terkejut. Aku kembali menatap diri ini di kaca, bertemu dengan kolega keluarga Saka aku tak ingin membuat mama Sintia kecewa. Wanita itu sangat menyayangi aku, dan dia begitu bangga memiliki menantu seperti diriku."Zelinda! Apa yang kau lakukan di dalam sana!" Sak

    Last Updated : 2025-01-26
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   10. Noda pada gaun

    Pov Zelinda.Kami tiba di depan hotel Pionix, salah satu hotel yang di miliki oleh mama Sintia. Aku pernah mendengar bahwa mama Sintia memang bukan orang biasa, selain dia cantik dan istri dari pengusaha ternama Jodi Gunawan, Mama Sintia juga anak dari salah satu pengusaha besar di Asia dan hotel ini adalah salah satu milik keluarganya."Ayo sayang, kita masuk." Mama Sintia meminta aku segera turun dari mobil dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam lobi hotel. Aku sedikut terkejut saat baru memasuki pintu kaca nan megah, deretan staf bahan menejer hotel sudah berjajar menyambut kami dengan minuman selamat datang dan memberikan buket bunga yang cantik padaku."Selamat datang nyonya Zelinda, kami dari hotel pionix mengucapkan selamat atas pernikahan nyonya dengan tuan Saka." Seorang lelaki dengan jas yang rapi menyalami aku."Terimakasih atas sambutannya yang hangat." Aku tersenyum dengan tulus, sungguh apa yang mereka lakukan sangat menyentuhku."Mari kami antar ke ruang pertemuan nyo

    Last Updated : 2025-01-27
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   11. keegoisan

    Pov Saka. Perempuan macam apa si Zelinda itu, sampai dia berani menerkamku seperti singa kelaparan. Bahkan mana masih saja bersikap baik padanya, apa mama tak tau menantu kesayangannya itu baru saja menggigit anak nb lelakinya. Tapi mana mungkin aku bercerita pada mama, dia pasti lebih nb percaya pada Zelinda. "Saka!" Mana memanggil aku yang sedang memikirkan banyak hal di dalam kepalaku ini. "Ya ma." "Cari istrimu sana, mana jadi khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu padanya." Lagi, mama bersikap seolah dialah ibu kandung Zelinda, apa mama lupa jika akulah bc anak kandungnya. "Saka, Kenapa diam saja!" Kali ini mana menepuk pundak ku dengan kencang. "Auh... Sakit ma!" Aku berteriak terkejut. "Apasih! Mama cuma menepuk pundaknya dengan tangan bukan besi. Manja sekali!" Aku berdecak kesal, bagaimana aku tak berteriak jika mama menepuk tepat di pundak yang masih ngilu sekali karena gigitan si singa perempuan itu. Ingin rasanya aku bilang pada mama, tapi perempuan it

    Last Updated : 2025-01-28
  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   12. Tingkah Clara

    Pov : SkaAku terkejut, bagaimana bisa dia merusak baju Zelinda? Mama pasti akan sangat marah jika sampai tau baju Zelinda rusak begitu saja."Ini acara penting bagi Keluarga ku Clara, mama akan memberikan sahamnya padaku sebagai hadiah pernikahan Clara""Ya lalu? Wanita itu masih baik-baik saja kan?, aku hanya merusak gaunnya, bukan hidupnya seperti dia juga merusak hidupku dan menjauhkan aku darimu!" Clara bicara begitu saja lantas berjalan keluar dari pintu darurat.Aku terdiam, apa yang Clara katakan memang benar, Zelinda masih baik-baik saja.Aku segera mengikuti Clara keluar dari pintu darurat, aku ingin dia segera pergi dari tempat ini sebelum mama atau kak Stela tau Clara ada di sini."Pergilah dari sini secepatnya Clara,aku tak mau kau terlihat dalam masalah dan membuat dirimu berada dalam kesulitan."Aku meminta Clara untuk segera pergi."Aku tak akan membuatmu dalam masalah sayang, tidak sekarang, aku tau hari ini adalah acara penting buatmu kan? Aku akan memastikan semua b

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   30. Pertemuan dengan Erlando

    Pov Zelinda"Kau bisa pulang sendiri?" Saka bertanya padaku setelah acara kantor selesai.Tentu saja aku masih terpaku menatapnya dengan tajam. Kami pergi bersama hari ini, tapi Saka tak bisa mengantarkanku pulang?"Ada apa?" Tanyaku akhirnya, aku jelas terus melihatnya selalu menatap ke arah jam di tangan."Aku ada janji bertemu dengan orang, jadi kau bisa pulang sendiri?"Dia memintaku pulang sendiri? Yang benar saja."Jika kau sibuk biar aku yang antar Zelinda pulang."Tiba-tiba saja Erlando mendekat dan mengatakan akan mengantarkan aku pulang."Kau tak keberatan?" Saka bertanya pada Erlando."Tidak, aku tak keberatan. Tapi tanya dulu pada Zelinda, apakah dia mau ikut bersamaku." Mereka berdua menatapku dengan tatapan menanti jawaban."Bagaimana, kau mau ikut Erlando?"Sejujurnya, aku tak keberatan. Erlando dan aku cukup dekat belakangan ini, meski aku memang masih menjaga jarak, takut jika ada berita yang tak menyenangkan di luar."Apa kau akan pulang juga?" Tanyaku memastikan ba

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   29. Tahun berganti.

    Pov Zelinda1 tahun setelah hari itu.Sejak hari di mana aku kembali di antarkan ke rumah keluarga Gunawan, maka hari itu hatiku sudah mati.Aku hanya tau bahwa menurut sebagai seorang istri adalah cara terbaikku untuk tetap hidup. Tak ada lagi kabar yang ingin ku dengar dari rumah Wijaya, bahkan aku tak pernah mau menerima panggilan masuk dari kakek yang entah sudah berapa puluh kali ku tolak.Hari ini adalah pesta peresmian perusahaan baru Saka, aku menyerahkan segala aset yang di berikan mama Sintia padanya, salah satu hal yang meyelamatkan hidupku hingga sekarang. Amukannya masih sering ku terima, tapi menggadu juga tak akan membuat posisiku berubah lebih baik, jadi aku menerima segalanya sebagai takdirku sendiri."Apa kau tak bisa lebih cepat!" Saka datang dengan wajah tak senang, aku belum selesai bersiap saat dia membuka pintu kamar."Aku akan segera siap." Ucapku bergegas menyelesaikan makeup ku.Saa berdiri di belakangku dengan tatapan ambisius, berulang kali dia membetulkan

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   28. Bergabung di perusahaan

    "Apa tidurmu nyenyak?" Saka bertanya pada Zelinda dan wanita itu mengangguk dengan pelan.Empay bulan sudah mereka laui setelah hari itu, tak ada lagi drama pertengkaran terdengar. Zelinda menjadi istri yang sangat patuh pada suaminya. Setidaknya itu yang mereka semua pikirkan sekarang."Baguslah, jadi kau bisa ikut aku ke kantor hari ini." Ucapan Saka terdengar datar tapi membuat ke dua manik mata Zelinda membulat dengan sempurna."Aku? Ke kantormu? Kenapa, ah maksudnya untuk apa aku ke sana?.""Mama memintamu datang. Lagi pula ada baiknya juga kau bekerja kan, jadi pikiranmu bisa terbebas dari hal-hal buruk.".Zelinda mengerutkan alisnya."Hal buruk apa yang kau maksud?""Ya apa lagi, seperti kabur dari rumah misalnya."Zelin membuang wajahnya dengan malas. Dia tak pernah melakukan itu lagi kan, tapi Saka masih suka membahasnya tanpa alasan."Mama memberikanmu posisi di kantor, kau bisa belajar banyak hal di sana bukan?"Zelinda masih terdiam. Dia memang lulusan terbaik di kampusnya

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   27. pilihan

    "Mama dan papa ingin bicara dengan mu Saka!"Setelah kepulangan Tuan Hans, Jodi mengajak putranya bicara serius. Kali ini wajahnya tak menunjukkan sebuah keramahan."Pergilah ke depan dulu, aku akan menyusul." Sintia meminta anak dan suaminya ke depan lebih dulu, sementra dia memastikan Zelinda tenang."Istirahat lah di kamar sayang. Mama pastikan ini tak akan terjadi lagi." Ucap Sintia dengan lebut."Apa kita perlu ke dokter?" "Tidak ma, ini sudah lebih baik." "Baiklah, jika begitu istirahalah di atas." Wanita itu mengantarkan Zelinda naik menuju ke kamar atas, tapi belum sampai Zelinda naik, ia lantas berbalik dan menatap mertuanya."Ada apa sayang?""Em_ Bisakah Zelin meminta bantuan mama.""Tentu, apa yang bia mama bantu?""Bisakah mama bawa kembali Rani ke rumah ini?"Kedua alis Sintai terangkat. "Rani? Ada apa dengannya? Apa dia tida bekerja lagi di sini?"Zelinda menggelengkan kepalanya perlahan."Benarkah? Siapa yang memintanya berhenti? Saka?""Iya, aku dengar begitu. Ma,

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   26. kedatangan

    Mobil kakek Zelinda masuk ke pekarangan rumah Saka, lelaki itu sudah berdiri di depan rumah saat kakek datang bersama Zelinda. Zelin yakin, ada yang sudah memberi tahu saka bahwa dirinya akan datang bersama Zelinda.Hans melihat tubuh cucunya gemetar, dia lantas mrngengam tangan Zelinda dengan erat sembari menatap manik mata cucunya dengan hangat."Tenanglah Zelin, kakek tak akan membiarkan kamu mati di sini. Percayalah pada kekekmu ini." Ucapnya seperti menjamin bahwa apa yang di lakukan Saka tak akan terulang lagi.Zelinda hanya terdiam dengan mata yang lekat menatap sang kekek. Meski terlihat kasar dan begitu keras akan pilihannya, jauh di lubuk hati Hans dia begitu menyayangi Zelinda."Keluarlah dengan nama besar keluargamu Zelin, pastikan hal itu tak terjadi lagi." Ucap kakek Hans lalu keluar dari dalam mobilnya."Kakek." Saka menyambut dengan hagat. Penuh semangat, Saka bahka membukakan pintu untuk Kakek dan Zelinda.Kakek Hans tersenyum menyambut pelukan hangat cucu menantunya,

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   25. Takdir Kejam

    Zelinda ikut masuk ke dalam ruang kerja kakenya, wanita itu masih berdiri di sisi pintu hingga kakeknya berbalik dan memintanya menutup ruangan.Zelinda mendekat dengan perasaan tak menentu, berharap keinginannya kali ini bisa di dengar kakek Hans."Katakan apa yang ingin kamu katakan." Suara kakek Hans terdengar begitu dingin, Zelinda tau dia tak punya banyak waktu sekarang."Aku ingin berpisah dari Saka Gunawan kakek." Ucap Zelinda dengan suara sedikit gemetar.Mendengar hal itu, suasana mejadi hening seketika, kakek Hans tak melihat ke arah Zelinda, namun lelaki itu mengarahkan kursi rodanya ke dekat meja kerja dan....Prak!Vas bunga peony putih terbanting, pecah dengan tangkai2 bunga peony berhambur di lantai ruangan.Zelinda tak lagi punya nyali untuk menatap sang kakek, dia bahkan berlutut tanpa sadar, merasakan kakinya seperti tak lagi punya tenaga untuk menopang tubuh."Kamu kira pernikahan ini sebuah mainan?" Suara tegas sang kakek membuat Zelinda menelan ludah dengan pahit.

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   24. Rumah Es

    Erlando menyetir mobilnya dalam diam, bahkan tak bertanya di mana alamat rumah Zelinda, lelaki itu sudah megarahkan mobilnya ke tempat tujuan."Apa kau tau di mana rumah kakekku?""Ya, aku tau."Zelinda mengerutkan kedua alisnya, menatap tak percaya pada Erlando." Bagaumana bisa kau tau di mana rumah kakekku?"Erlando hanya tersenyum dan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah kakek Zelinda."Masuklah, aku akan menunggu di luar " ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Zelinda.Zelinda melepaskan sabuk pengaman nya dan menatap Erlando dengan perasaan penuh tanya."Masuklah." Ucap Erlando dengan lembut."Aku akan masuk. Terimakasih tumpangannya. Sebaiknya kau pulang, aku mungkin tidak akan keluar." Ucap Zelinda dengan wajah tenang, ia bahkan menghela napas panjang untuk menggumpulkan kembali keberaniannya dan memastikan dirinya baik-baik saja.Zelinda keluar dari dalam mobil Erlando, wanita itu berjalan mendekati gerbang dan menekan bel yang ada di dekat pintu, dia melirik sebent

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   23. Perjalanan

    Zelinda menemukan banyak baju wanita di lemari paling ujung kamar itu, sebuah kemeja satin putih dan rok putih plisket dia pilih untuk di pakai. Zelinda tak tau baju siapa ini, tapi Erlando bilang dia boleh paka baju apapun yang ada di lemari.Zelinda berjalan turun dari tangga dan saat membuka pintu, dia melihat Erlsndo sudah menunggu di ruang tengah. Lelaki itu terkejut melihat Zelinda memakai baju yang ia ingat dengan jelas siapa pemilik sebelumnya."Apa aku salah abil baju? Kau yang bilang aku boleh pakai baju manapun yang aku mau."Erlando sempat merasa tak nyaman, namun setelah memperhatikan lagi, Zelinda pantas memakai baju istimewa itu."Ya, pakai saja, aku tak keberatan.""Dan apa aku boleh memakai ini?" Zelinda memperlihatkan sandal kulit berwarna coklat tua, sandal itu tersimpan rapi di lemari kaca yang tepat berada di sisi lemari baju."Pakai saja, aku harap pemilik nya akan senang sebab barang-barangnya pantas saat kamu pakai." Ucapnya lagi lalu berjalan keluar rumah.Er

  • Tinggalkan Suamimu, Nyonya! Tuan Pewaris Sudah Menunggu   22. Dengarkan Zelinda

    Erlando kembali ke dalam rumahnya, baru saja dia melangka ke ruang tengah, pintu tangga terbuka, Zelinda sudah berdiri di sana dengan wajah yang binggung dan sedih."Dia sudah pergi, tenanglah." Erlando menjelaskan pada Zelinda.Zelinda keluar begitu saja dari ruangan, mencoba berlari dari rumah itu, tapi Erlando segera menangkap tubub wanita itu dan memintanya untuk tenang."Aku tak akan menyakitimu, tenanglah." Ucapnya mencoba menjelaskan."Bagaiman aku bisa percaya padamu? Kau sudah berbohong sejak semalam." Zelinda bicara dengan suara serak, ia merasa dunia selalu tak berpihak padanya. Bahkan keberuntungan yang baru saja dia pikir di miliki ternyata semu."Aku tidak berbohong, aku tak tau siapa dirimu sampai kau bilang rumah di bawah itu milik suamimu. Aku baru tau kau adalah Zelinda." Erlando menjelaskan dengan jujur."Lepaskan aku, aku harus pergi!" Ucap Zelinda gigih."Kau akan pergi dengan berjalan kaki? Sejauh puluhan kilo?" Tanya Erlando dengan kesal, dirinya tak tau bagaima

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status