Share

Bab 5

Penulis: H. Putri Hadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-01 20:28:25

Author pov

Pukul empat pagi, seperti biasa Azizah terbangun. Mungkin karena letih yang amat sangat tubuhnya terasa sangat berat.

"Aaaauuuhhhh.. sakit sekali." lenguh Zia pelan.

Ia segera bangun walaupun masih berbekas rasa sakit disana sini. Seperti biasa juga, Zia segera mandi dan mensucikan dirinya untuk menghadap panggilan subuh. Setelah mandi dan bersiap Ia membangunkan suaminya,

"Kak sudah subuh." Kata Zia sambil mengguncang tubuh suaminya.

"Emmmhhh.. iya aku bangun sayang." jawab Ahmad dengan muka bantalnya.

"Kak Ahmad sholat di mana?" Tanya Zia

"Aku akan ke masjid, kamu ajak Sandra sholat bersama ya." Pinta kak Ahmad sebelum bersiap ke masjid

***

Selepas shalat subuh, Zia membantu Sandra di dapur. Sandra nampak lihai memainkan peralatan dapur membuat Zia tertegun.

"Wuaaaahhh.. Kak Sandra kayak chef-chef di acara tivi gitu kak, keren banget.. cantik pula.. pantesan kak Ahmad klepek-klepek sama kak Sandra." Puji Zia dengan lantang tanpa sengaja.

"Ahh kamu bisa aja. basic aku memang kitchen, dulu aku sekolah tataboga di singapore." Ujar Sandra sedikit menyombongkan diri didepan madunya.

"Kak Sandra hebat, aku bukan tandingan kak Sandra lah." Keluh Zia sedih.

"Ahh biasa saja, semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing." Ucap Sandra bijak membesarkan hati Zia agar tidak murung. "Kamu kuliah jurusan apa?" Imbuhnya bertanya pada Zia.

"Aku kebidanan kak, aku pingin banget jadi bidan, bantu orang lahiran gitu deh kak." cerita Zia tentang cita-citanya.

"Wah juga keren punya impian mulia." Puji Sandra.

"Akurnya istri-istriku, aku jadi seneng lihatnya." Ucap Ahmad dengan lantang mengagetkan para istri.

"Astaghfirullah, kaget tau kak." Gerutu Zia pada Ahmad.

"Kak aku ke toilet bentar ya kebelet." Ijin Zia pada Cassandra untuk mengundurkan diri dari dapur yang mulai meruntuhkan rasa percaya dirinya.

Sambil berlalu Zia melihat kearah suaminya, Ahmad yang baru pulang dari masjid rambutnya masih basah dari air wudhu. wajahnya bersinar dengan bulu-bulu yang menghiasi wajah tampannya. Zia tersenyum tak tahan melihat ketampanan suaminya. Ahmad yang sadar tengah dipandangi langsung mengedipkan mata pada Zia. Zia terkejut melihat tingkah suaminya langsung berlari kekamar mandi tak kuasa menahan malu.

***

"Aku mau ngobrol empat mata. Ayo kekamarku sekarang." Kata Sandra setelah menyelesaikan masakannya.

Ahmad mengekor dibelakang Sandra. Mereka masuk ke kamar Sandra dan mengunci pintunya.

"Apa yang terjadi semalam? aku sangat kawatir." Luap Sandra pada Ahmad.

"Tidak ada apa-apa, kami hanya melakukan layaknya suami istri lain lakukan." jawab Ahmad tenang.

"Kenapa Zia menangis seperti itu. Apa dia terluka?" tanya Cassandra tak terasa matanya melelehkan air mata.

"Zia tidak apa-apa. Kemarin ada sedikit salah paham tapi kami selesaikan dengan cepat." Jelas Ahmad.

Melihat air berlinang air mata, Ahmad paham betul.

"Kamu cemburu?" tanya Ahmad dengan lembut.

Sandra membuang muka. Ahmad dengan sigap memeluk Sandra dan membiarkan Sandra menangis di pelukannya.

setelah tangisnya mereda Sandra minta ijin untuk keluar untuk menenangkan diri di dengan treatment di salon langganannya. Ahmadpun mengijinkan istri tercintanya pergi agar hati dan pikirannya bisa terbuka dan tidak terus terbawa rasa cemburu.

Cassandra pov

Aku sedang mengeringkan rambutku dikamar saat jeritan Zia kudengar, Amarah tiba-tiba memenuhi hatiku. Suami yang sangat aku cinta dibentak-bentak oleh wanita yang baru saja masuk kehidupnya.

Akupun tak sengaja melangkah ke pintu kamarnya, hatiku yang panas mendengar bentakkannya ke suamiku membuatku hampir hilang akal. Saat aku sampai tepat didepan kamarnya kudengar Ahmad tertawa terpingkal-pingkal, tawa yang lepas. Tak pernah kudengar tawa seperti itu saat Ahmad bersamaku. Oh sungguh apa yang telah Zia lakukan pada suamiku.

Ada suara langkah kaki berjalan kearah pintu, akupun segera berlari berjingkat kearah dapur, karena dapur yg paling dekat dari pintu kamar Zia. Aku pura-pura sibuk mencari sesuatu di dalam kulkas sambil menyeka keringatku.

"Sedang apa sayang?" Tanya Ahmad mengagetkanku.

"Ehh aku lagi cari minum, aku ingin minum susu dingin. dan makan cake ini." Aku mengambil saja apa yang terlintas di pandanganku. Kemudian aku terpaksa memakan kue manis itu padahal aku sedang diet. kumasukkan susu dingin dan kue itu dengan cepat kemulutku sembari melihat Ahmad celingukan mencari sesuatu.

"Lagi cari apa?" Tanyaku

"Olive oil dimana?" Tanyanya padaku kemudian.

"Virgin, atau light?" Tanyaku lagi.

"Yang biasa kamu gunakan untuk menghapus riasanmu?" Tanya Ahmad lagi

"Oh, itu di lemari kanan atas. atau yang botol kecil ada di kamarku." Jawabku masih tak paham apa yang suami dan maduku lakukan.

"Oke aku kekamar dulu ya sayang." Ucapnya begitu saja dan berlalu.

Aku masih duduk di meja makan memakan kueku yang semakin lama semakin membuatku eneg, terlalu manis buatku. kuputuskan mengembalikkannya ke kulkas dan akupun meminum susu dinginku segera. Setelah membereskan bekas makan dan minumku akupun berjalan kekamar dengan gontai.

"Tak kukira akan sesakit ini rasanya

Tak sengaja kudengar bising di kamar maduku

Bukankah harusnya aku bahagia?

Oh sungguh terluka hatiku

Suami yang tadinya hanya memelukku

Suami yang tadinya hanya menciumku

Suami yang tadinya hanya mencumbuku

kini tengah bersama wanita lain bergumul dengan gelombang cinta mereka.

Sungguh aku tak munafik

Aku mengakui hatiku terluka." Segera kutepis ratapan hatiku, berlari kekamarku, menarik selimutku dan berusaha tertidur walau suara itu terus terngiang di telingaku menghalau kantukku.

***

Author pov

"Pada kemana orang-orang ini?" tanya Zia bingung melihat ruang makan itu kosong tak ada siapapun. Tak berapa lama Sandra dan Ahmad keluar dari kamar Sandra. Mendadak suasana menjadi kikuk entah mengapa.

"Ayo makan, Zia Sandra sudah memasak banyak sekali hari ini." Ajak Ahmad menyembunyikan perasaan tak enak dihatinya.

Di meja makan, Zia, Ahmad dan Sandra makan tanpa obrolan yang berarti. Zia tau ada sesuatu yg salah dengan mereka. rasa tak nyaman benar-benar nampak walau disembunyikan.

"Zia, hari ini Cassandra akan pergi kesalon jadi kamu akan sendiri dirumah. kalau kamu mau kamu bisa ikut aku ke Resto kita." Kata Ahmad memecah keheningan.

"Oh, iya kak." balas Zia singkat.

Sebenarnya Zia malas keluar rumah. Tapi Ia juga ingin tau Bagaimana dan dimana Suaminya bekerja.

"Sudah aku duluan ya. Aku mau siap-siap dan berangkat. Aku mau ke mall membeli beberapa barang kemudian massage di tempat biasa." Kata Cassandra undur diri

"Iya, nanti kabari aku. Kalau memungkinkan biar aku jemput." sahut Ahmad.

Cassandra hanya mengangguk kemudian meninggalkan Zia dan Ahmad yang masih belum menyelesaikan santap pagi mereka.

beberapa lama Zia dan Ahmad duduk dengan tenang menyantap masakan buatan Sandra. keheningan hadir cukup lama. pikiran masing-masing sedang melayang entah kemana.

"Masih sakit?" tanya Ahmad tak tahan dengan suasana hening tak bersahabat seperti itu.

"Eh.. eh.. i..iya.." jawab Zia terbata takut pertanyaan Ahmad didengar Cassandra.

"Mau lagi?" Tanya Ahmad lagi

"Kak Ahmad jangan gitu dong, malu tau." Jawab Zia merajuk

"Tapi mau kan?" Tanya Ahmad lagi memaksa

"Kak Ahmad kalik." Jawab Zia mantab sambil menjulurkan lidah dan beranjak dari kursinya.

Zia membereskan piring dan gelas kotor dari meja dan mencucinya. Rambut panjangnya bergoyang-goyang mengikuti gerak tubuhnya. Melihat pemandangan itu Ahmad ambil kesempatan. Ia memeluk Zia dari berlakang dan menciumi tengkuk istri kecilnya. Tanpa mereka sadari sepasang mata sedang memandangi mereka.

Cassandra pov

"Jadi seperti inikah rasanya berbagi suami?

Merasa tidak adil sepanjang waktu

Seperti inikah?

Aku masih disini dan mereka menampilkan adegan mesra mereka yang membuatku muak, sebegitu menarik kah istri barumu itu?

Aku merasa bodoh dan tak berarti

hatiku kosong

Aku tak bisa merasakan apapun

Kau suka dengan Rambutnya yang indah?

Kau suka Aroma tubuhnya?

Kau suka tingkah manjanya?

Kau tak mendapatkan itu dariku?

Jika sanggup kuputar waktu, akan kupinta kau hanya milikku seorang seutuhnya seumur hidupku." Aku menyeka air mataku dan berusaha berekspresi datar sembari menggumam didalam hati.

"Aku pergi, Assalammualaikum." Pamitku kilat, enggan melihat adegan mesra suami dan maduku. Kupercepat langkahku agar tak ada seorangpun yang melihat kerapuhanku saat itu.

Bab terkait

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 6

    Aku duduk di kursi penumpang taxi online yang kupesan. Duduk termangu memandangi jalanan yang padat. Kesibukan kota, kendaraan berlalu-lalang, pedadang kaki lima berjajar menjajakan dagangannya. Pemandangan perkotaan yang melelahkan.Entah takdir sedang mempermainkanku atau aku saja yang terlalu berlebihan. Kupejamkan mata berharap semua ini hanya mimpi, namun kudapati aku masih berada di ruang yang sama bersama kisah hidup dan ratapanku. Taxi online ku berhenti di sebuah salon kecantikan langgananku. Kulangkahkan kakiku dan berjalan gontai tak bersemangat. Dengan malas aku memesan beberapa treatment dan segera masuk ke dalam ruangan yang ditujukan oleh petugasnya.Kulepaskan seluruh kain yang membalut seluruh tubuhku dan kuganti dengan lilitan kain yang membungkus sebagian tubuhku dan kemudian kukenakan kimono dan segera membaringkan bobot tubuh keatas matrass yang telah disediakan. Tak berapa lama tangan lembut mulai memijatku dan membuatku sedikit rileks. Beberapa benda kental dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 7

    Ahmad pov"Wa alaikum salam." jawabku dan Zia bersamaan.Kubalikkan tubuh Zia menghadap kearahku. Dengan cepat aku mengulum bibir istriku yang manis ini. Zia yang tak siap mendapat perlakuan itu dariku langsung mendorong dadaku hingga aku mundur beberapa langkah."Ngawur deh, kalo kak Sandra liet gimana?" Gerutu Zia"Kan udah pergi." jawabku santai dan mulai menyerang Zia dengan ciuman yang semakin menjadi-jadi."Stop ah kak, yuk siap-siap." Sela Zia lagi sambil mendorongku lebih kencang kemudian berlari kekamarnya sambil tertawa.Zia membuka Lemarinya dan memilih baju yang akan dipakai walaupun sebenarnya ia hanya ingin menhindari suami yang selalu mengganggunya. Dengan tiba-tiba aku sudah berada dibelakangnya dan mulai menggodanya lagi. Zia merasa sudah lelah menghindar, membiarkan saja suaminya melakukan yang diinginkannya."Kau membuatku semakin bergairah Zia." Hanya itu yang kupikirkan saat Zia berusaha menghindariku. "Rambut panjangmu itu membuatku tak berdaya. Wajah lugumu, o

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 8

    "Tadi udah Alpukat kocok, tapi sekarang laper lagi. Nggak tau deh akhir-akhir ini aku makan banyak banget." Gerutu Cassandra."Nggak apa-apa, kamu kebanyakan pikiran kalik." Balas Ahmad menenangkan Cassandra."Iya terus entar aku gendut, terus kamu males deh sama aku." Ucap Cassandra dengan kesal."Kenapa sih istriku yang satu ini, bawaannya marah-marah terus. Kalo cemburu bilang dong." Goda Ahmad"Idiiihh.. kepedean banget." Ledek Cassandra kesal."Udah yuk turun, makan bareng Zia juga." Ajak Ahmad pada Cassandra.Cassandra dan Ahmad turun ke lantai bawah untuk makan siang bersama. Di bawah terlihat Zia sedang berbincang-bincang dengan pegawai restoran."Ohh,, baru tiga hari ini toh nikahnya." Ucap seorang pramusaji."iya." jawab Zia"Selamat ya mbak Zia." Ujar pramusaji yang lain."Sering-sering kesini mbak, ngobrol-ngobrol lagi gitu." Ucap pramusaji yang pertama."Zia, ayo kita makan." Ajak Ahmad, memanggil Zia dari jarak yang masih cukup jauh.Ziapun menoleh dan mengangguk."Kapan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 9

    Author povCassandra sedang menyusun bahan makanan ke dalam kulkas, didekatnya Ahmad mengacak-acak kantung belanjaan kemudian duduk diatas meja dapur tepat disebelah kulkas. Sambil menemani Cassandra Ahmad mengemil makanan ringan yang ia temukan didalam salah satu tas belanja"Itu punya Zia. Enak aja kamu nyam nyam nggak bilang dulu. tar dia ngambek loh." Ucap Cassandra tanpa melihat Ahmad, tangannya masih sibuk menata kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Eh, punya Zia. Pantesan baru kali ini nemu beginian di tas belanjaan kita." jawab Ahmad asal saja.Cassandra hanya menoleh sedikit kemudian kembali berkutat dengan bahan makanan dan kulkasnya."Kamu lagi dapet?" tanya Ahmad menelisik."Enggak, kan tadi shalat bareng Zia." jawab Cassandra tak acuh"Sewot banget." Gerutu Ahmad sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya."Enggak sewot, kamu aja yang ngeselin." Gerutu Cassandra balik."Kok jadi aku yang salah sih?" tanya Ahmad heran"Tau ah, udah sana jauh-jauh deh. kesel banget aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 10

    Author pov"Aku berangkat ke masjid ya," Ijin Ahmad pada Cassandra yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin."Iya sayang." Jawab Cassandra sambil merekahkan senyum bahagianya.***Usai melaksanakan shalat magrib Cassandra keluar kamar untuk memasak makan malam.Didapur dilihatnya Zia sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya. Mereka nampak bahagia dan haru, sesekali Zia menyeka air matanya yang menetes ke pipinya."Sudah dulu ya Yah, nanti Zia kabar-kabar lagi." pamit Zia pada Ayahnya"Assalammualaikum." Imbuhnya kemudian menutup panggilannya."Nelpon Ayah kamu Zi?" Tanya Cassandra mengagetkan Zia."Iya kak, kangen." Jawab Zia sambil mengusap kedua matanya dengan tishu."Pulang aja nggak apa-apa kok." Ucap Cassandra berusaha menenangkan Zia."Nggak deh kak, entar aja minggu depan sekalian ngambil buku-buku buat persiapan masuk kuliah lagi." Tolak Zia Lirih."Yaudah, aku masak dulu deh. Udah laper kan?" Tanya Cassandra mencairkan suasana."Hehehe, iya kak tadi ketiduran

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 11

    Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya."Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas."Oh gitu." Balas Zia singkat"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal."Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.Ahmad menghela nafas."Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 12

    Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 13

    Seperti biasa Ahmad selalu pulang setelah shalat isya karena diatara magrib dan isya sering kali ada kajian. Ahmad masuk kedalam rumah dan mendapati Zia telah menghidangkan cukup banyak makanan di meja makan."Wah, udah lama nih aku nggak makan gulai nangka sama telor balado. Enak nih kayaknya." Seloroh Ahmad senang"Makasih kak, semoga kak Ahmad suka deh." Balas Zia tersipu."Cassandra dimana?" Tanya Ahmad sambil celingak-celinguk."Dikamar sepertinya, tadi keluar cuman sebentar." Jawab Zia sekenanya."Oke aku panggil Cassandra dulu ya." Ucap Ahmad kemudian pergi kekamar Cassandra.setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari kamar Cassandra sendirian."Cassandra lagi nggak enak badan jadi males keluar kamar, aku bawain makanannya ke dalam aja ya, nggak apa-apa kan?" Tanya Ahmad"hemh." Jawab Zia singkat tak bernafsu dengan perdebatan."Aku akan segera kembali." Ucap AhmadAhmad membawa senampan makanan lengkap dengan segelas susu yang ia buat untuk Cassandra. Zia yang sedang tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12

Bab terbaru

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

DMCA.com Protection Status