Share

BAB 11

Author: H. Putri Hadi
last update Last Updated: 2022-06-09 08:00:37

Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.

Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya.

"Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia

"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas.

"Oh gitu." Balas Zia singkat

"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik

"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi

"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal.

"Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.

Ahmad menghela nafas.

"Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sambil membawa nampan sarapan Cassandra dan berjalan kearah kamar Cassandra.

***

Cassandra nampak pucat pagi itu. Ahmad yang khawatir dengan kondisi istrinya itu segera bersiap untuk membawa Cassandra berobat.

"Sayang, kamu minum susunya dulu ya. Telan rotinya kalo sanggup. sebanyak yang bisa kamu makan. tapi tidak usah dipaksakan." Pinta Ahmad sambil berganti pakaian.

"Iya sayang, maaf ya jadi ngerepotin kamu." Ujar Cassandra kemudian meminum susunya.

"Padahal kemaren masih bugar banget, kok bisa subuh-subuh kamu demam gini?" Tanya Ahmad sembari mengumbar senyum menggoda pada Cassandra.

"Iiiihh apaan sih. Sebenarnya beberapa hari terakhir aku udah nggak enak badan terus. makanya kmrenan pengen pijet lah, pengen berendem air hangat lah.. mungkin sekarang numpuk banget capeknya." Jelas Cassandra panjang lebar.

"Kamu mood swing juga. Serem lagi tiba-tiba sewot, tiba-tiba nangis histeris." Ucap Ahmad menambahkan.

"Nggak tau lah, kayaknya aku terlalu stress sama Rentetan kejadian seminggu ini. Tiba-tiba harus membiarkan kamu menikahi Zia, harus tinggal serumah dengan maduku. Mungkin stress aja karena semua ini hal baru." Jelas Cassandra lagi.

"Ya udah jangan terlalu dipikirin terus-terusan. Jalani aja dengan ikhlas, serahkan semua ke Allah." Ucap Ahmad sambil meraih Cassandra kepelukannya.

"Yuk siap-siap kita periksa." Tambah Ahmad.

"Kita? Kamu periksa juga?" Goda Cassandra.

"Iya lah, kamu kan sebagian dari aku, kamu yang diperiksa itu sama aja aku juga diperiksa." Gombal Ahmad sambil mencubit hidung Cassandra.

"Idiiihh gombal, Minggir ah mau ganti baju." Rajuk Cassandra.

***

Zia meneguk susu dan memakan roti yang telah disiapkan suaminya. Setelah itu ia langsung memesan ojek online dan berangkat ke kampusnya. Hari itu Kampusnya nampak sepi hanya ada satu dua orang mahasiswa berlalu-lalang.

Nampak di kejauhan gadis cantik dengan rok selutut dan kemeja rapi sedang membaca kumpulan kertas di salah satu bangku taman. Zia mendekatinya, Raisha namanya tapi lebih sering dipanggil Icha.

"Assalammualaikum Cha, Udah lama?" Sapa Zia.

"Waalaikum salam, eh datang juga akhirnya si pengantin baru ini." Goda Raisha.

"Apaan sih," Ucap Zia malu

"Ini laporan semua donatur dan jumlah donasi yang siap disalurkan untuk bayi-bayi kurang gizi udah selesai. Jadi tinggal dibahas aja dirapat terakhir sebelum kita sampaikan ke penerima bantuan. " Jelas Icha.

"Siap, yuk kita obrolin sambil ngebakso aja. Tadi aku cuman sarapan roti, masih laper deh jadinya." Ajak Zia.

Dikantin pagi itu hanya ada satu kios yang buka, karena sedang liburan dan hanya ada beberapa mahasiswa semester pendek yang masuk. Setelah mendapat mangkuk bakso masing-masing, Zia dan Icha duduk tepat di depan taman di dekat meja beberapa mahasiswa lain yang kurang dikenalnya.

"Jadi gimana rasanya nikah?" Tanya Icha menggoda.

"Ya gitu," Jawab Zia singkat.

"Gitu gimana?" Tanya Icha lagi

"Ya nggak tau deh, aku bahagia, aku bersyukur, tapi mungkin kalo aku adalah istri pertama dan terakhir suamiku pasti lebih indah." Ungkap Zia.

"Maksudnya gimana?" Tanya Icha heran.

"Iya aku menikahi laki-laki beristri, istrinya yang melamarku untuk suaminya." Jawab Zia dengan wajah murung.

"Gimana sih, Zi? aku beneran gak paham deh. kok bisa kamu nikah sama laki orang tuh gimana ceritanya? perasaan pas acara nikahan kemaren ya baik-baik aja gitu. nggak ada cerita beginian." Tanya Icha masih terkejut dengan pengakuan Zia.

"Iya aku taunya pas udah sampe rumah suamiku. Taunya disana aku juga harus tinggal serumah sama kakak maduku. Aaaaahhh tau deh ngapain dipikirin, udah ah ngomongin yang lain." Curhat Zia pada sahabatnya.

"Ayah kamu tau?" tanya Icha lagi

"Iya tau kok, kmren aku sempet video call sama ayah. Dan ayah emang nyembunyiin kenyataan kalau aku bakal jadi istri kedua, karena takut aku nolak katanya." Jelas Zia sendu.

"Kok gitu sih?" Tanya Icha lagi

"Iya Ahmad itu anaknya teman ayahku, dulu waktu ayah masih ngurus travelannya di yaman. Terus mereka setuju buat jodohin salah satu anak ayah sama Ahmad. Tapi sebelum kejadian Ahmad udah nikah, dijodohin sama anak temen Uminya. Karena Qodarullah Abinya Ahmad udah meninggal." Jelas Zia

"Terus?" Icha penasaran.

"Terus karena Ahmad belum juga dikasih momongan, disuruhlah si Ahmad nikah lagi. Uminya Ahmad minta Cassandra maduku itu untuk nyari Ayahku dan melamar aku buat Ahmad." Tambah Zia.

"Jadi tuh orang nikahin kamu biar punya anak?" Tanya Icha geram.

"Mungkin gitu, cuman Kak Ahmad baik banget sama aku, aku jadi serba salah. Mau marah sama ayah, nggak bisa juga karena walaupun Ayah agak jahat juga sih nutupin semua ini aku juga bersyukur suamiku orang yang baik. Ayah juga nggak mungkin asal aja milih menantu sembarangan." Jawab Zia

"Hemh, kok bisa sih. Beneran deh aku nggak nyangka kalau bakal rumit kayak begini." Ujar Icha.

"Jujur aku juga syok awalnya. Tapi aku banyakin berdoa dan berusaha bersyukur sama keadaanku. Ya gitu deh, huft." Kata Zia.

"Semoga kamu bisa sabar ya ngejalanin semua ini." Balas Icha prihatin.

"Aku juga pingin ketemuan sama kamu biar ada temen curhat polemikku ini hehehe." Kata Zia lagi sambil mulai menyendok bakso didepannya.

Zia dan Icha menyantap bakso mereka masing-masing, sambil berbincang kesana-kemari tentang masalah mereka dan juga tentang dinas terakhir mereka bulan depan. Terlarutlah mereka dalam obrolan hingga tak terasa adzan Duhur berkumandang. Saatnya Zia kembali menghadapi kenyataan, sebelum pulang kerumah ia dan Icha menyempatkan untuk Shalat sebentar di masjid kampus mereka.

................

Cassandra dan Ahmad tengah mengantri di pendaftaran pasien di klinik biasa mereka berobat. Klinik itu milik sepupu Ahmad dan juga Ahmad menjadi salah satu investornya. Letak klinik itu ada di daerah pinggiran kota, dekat dengan rumah Zia dan rumah Lily adik Cassandra.

Setelah cukup lama mengantri, kini giliran Cassandra masuk keruang periksa umum. Pagi itu Rifki sepupu Ahmad yang praktik. Rifki seorang dokter spesialis anak, tapi masih sering praktik umum di kliniknya.

"Assalammualaikum, Eh mbak Sandra sama mas Ahmad. kok nggak telpon aja biar diduluin." Sapa Dokter Rifki pada Ahmad dan Cassandra.

"Waalaikum salam, Nggak apa-apalah ngantri dikit." Jawab Ahmad sambil berpelukan dengan Rifki.

"Jadi siapa nih yang mau periksa?" Tanya Dokter Rifki.

"Ini nih Cassandra kesehatannya lagi ngedrop, suka lemes, begah, kecapean, tadi pagi juga demam." Jelas Ahmad.

"oke yuk naik, saya periksa dulu." Pinta Dokter Rifki

Cassandra mengangguk tak banyak bicara karena sudah merasa sangat lemah. Iapun naik ke ranjang yang ada di ruangan itu untuk diperiksa. Seorang perawat membantu Dokter Rifki untuk mengukur tekanan darah dan suhu badan Cassandra, kemudian menyerahkannya pada Dokter Rifki.

"Ini tekanan darahnya rendah, dan demamnya lumayan tinggi." Ucap Dokter Rifki sambil melihat laporan dari perawat itu.

kemudian Dokter Rifki memeriksa perut dan dada Cassandra dengan stetoskopnya.

"Ada mual, atau muntah?" Tanya Dokter Rifki pada Cassandra

"Ada mual tapi ndak muntah." Jawab Cassandra.

"Nggak terlambat menstruasinya?" Tanya Dokter Rifki lagi.

"Aku punya jadwal menstruasi yang berantakan jadi kurang paham dok." Jawab Cassandra bingung.

"Udah coba test pack?" Tanya Dokter Rifki

Cassandra menggeleng pelan, karena merasa lemah dan sebenarnya Cassandra merasa kesal ia sering berharap untuk punya momongan dan sering mencoba test pack namun hasilnya selalu negatif.

"Oke, yuk balik duduk sama mas Ahmad." Ajak Dokter Rifki.

mereka kembali duduk dan Dokter Rifki menuliskan sesuatu kemudian menyerahkannya pada perawat yang membantunya disana.

"Jadi gimana Ki? Kenapa nih Cassandra?" Tanya Ahmad tak sabar.

"Jujur aku belum tau, perlu test lanjutan. Aku rujuk ke bagian Kandungan mungkin aja ini rejekimu mas. Tapi belum pasti juga ya. Jangan terlalu berharap dulu." Jelas Dokter Rifki.

"Oke-oke, jadi ini langsung ke bagian Kandungan ya?" Tanya Ahmad berusaha tenang menutupi kebahagiaannya.

"Iya langsung aja." Jawab Dokter Rifki.

"Jazakallah khoir ya ki, aku pamit langsung ya." Ucap Ahmad sambil menyalami Dokter Rifki.

"Barakallahufik, Waalaikum salam." Jawab Dokter Rifki.

Ahmad dan Cassandrapun melangkah dengan keraguan dan harapan menuju bagian kandungan.

Related chapters

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 12

    Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 13

    Seperti biasa Ahmad selalu pulang setelah shalat isya karena diatara magrib dan isya sering kali ada kajian. Ahmad masuk kedalam rumah dan mendapati Zia telah menghidangkan cukup banyak makanan di meja makan."Wah, udah lama nih aku nggak makan gulai nangka sama telor balado. Enak nih kayaknya." Seloroh Ahmad senang"Makasih kak, semoga kak Ahmad suka deh." Balas Zia tersipu."Cassandra dimana?" Tanya Ahmad sambil celingak-celinguk."Dikamar sepertinya, tadi keluar cuman sebentar." Jawab Zia sekenanya."Oke aku panggil Cassandra dulu ya." Ucap Ahmad kemudian pergi kekamar Cassandra.setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari kamar Cassandra sendirian."Cassandra lagi nggak enak badan jadi males keluar kamar, aku bawain makanannya ke dalam aja ya, nggak apa-apa kan?" Tanya Ahmad"hemh." Jawab Zia singkat tak bernafsu dengan perdebatan."Aku akan segera kembali." Ucap AhmadAhmad membawa senampan makanan lengkap dengan segelas susu yang ia buat untuk Cassandra. Zia yang sedang tak

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 14

    kling bunyi notifikasi di ponsel Raisha."Maaf baru balas nak, kondisi bapak kamu sudah membaik, beliau minta kamu tidak perlu pulang ke bali dulu. Fokus saja ke sekolah dulu, dan doakan bapak segera sembuh."Raisha membaca pesan bibinya yang sudah ditunggunya. Bapak Raisha tinggal bersama Bibinya setelah mulai sakit-sakitan. Sedangkan Ibu Raisha pergi keluar negeri untuk mengadu nasib di perantauan. Raisha sendiri sudah tinggal sendiri merantau di pulau jawa sejak lulus SMA. Walaupun ia lahir di jawa dan orang tuanya adalah orang jawa, namun keluarga besarnya pindah ke bali sejak Raisha masuk SD.Raisha sudah dekat dengan Zia sejak awal tahun kuliahnya. Ia sangat dekat bahkan sudah seperti saudara. Raisha juga sering kali menginap di rumah Zia, terutama jika Ayah Zia harus pergi beberapa hari mengurus pekerjaannya.Setelah Mendengar kabar bapaknya yang telah membaik, Raishapun merasa tenang dan bisa fokus kembali dengan kesibukan dinasnya esok hari. Ia membalas pesan bibinya dan berj

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 15

    Author povIni adalah hari-hari awal Zia dan Raisa mulai dinas di sebuah klinik kecil di pelosok desa. klinik ini milik wanita paruh baya berparas teduh yang biasa dipanggil ibu Maryam. Klinik ini selalu ramai pasien, terutama dihari jum'at karena dihari itu ibu Maryam menggratiskan biaya kontrol kehamilan.Seperti jum'at-jum'at biasanya, Jum'at ini pun sangatlah sibuk. Di klinik ini ada satu bidan utama yaitu ibu Maryam, tiga bidan lainnya yaitu bidan Restu, bidan Ani, dan bidan Nur. Juga ada dua orang bidan magang yaitu Zia dan Raisa. Selain bidan juga ada Shofia gadis manis yang bertugas sebagai resepsionis pendaftaran pasien, merangkap sebagai kasir dan rekam medis. Semua sedang berkutat pada peran masing-masing.Hari itu sedang mendung, seolah mengikuti suasana hati Zia. Hujan tak kunjung turun seperti air mata yang seakan mengering. ditengah kesibukan mengurus para pasien tiba-tiba ponsel Zia berdering."Assalamualaikum,.." Sapa Zia terputus."...................................

    Last Updated : 2022-06-13
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 16

    Pov AhmadPagi ini pasti Zia sedang bertugas di klinik, beberapa hari tak bertemu membuat aku merindu. Aku yang merasa rindu ingin mengetahui kabar pujaan hati langsung berusaha menelponnya."Assalamualaikum Zia, kamu sedang sibuk?" tanyaku pada Zia di sebrang tepepon."...................................................................""Baiklah nanti aku akan telepon lagi, kabari ya. Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh." Ucapku menyudahi sesi telepon kami."..…................."Akupun kembali berkutat dengan kesibukan di restoran. Kali ini aku harus menyusun strategi yang bagus dalam menyambut bulan Ramadhan. karena pasti restoran akan jauh lebih banyak pelanggan. Aku harus memikirkan bagaimana agar kegiatan beribadah tidak terganggu dengan kesibukan di restoran.Sedih juga rasanya harus jauh dari istri kecilku Zia, Namun rasanya tak adil meninggalkan Cassandra yang aku cinta. Apalagi ia sedang mengandung anak kami yang sudah kami nanti selama 5 tahun ini. akhirnya impian k

    Last Updated : 2022-06-13
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 17

    Cemburu kembali menjalar nenusuk kerelung hati. Nafasku mulai tersengal menahan sakit didada yang semakin menjadi. Sungguh luka yang kubuat sendiri dan kini kurasakan perihnya seorang diri pula. Gemetaran aku menggenggam sendok yang sedari tadi aku gunakan menyuap makananku. Keringat dingin sudah membasahi bajuku entah sejak kapan.Tak kusangka mendengar Ahmad menyapa Zia dari telepon saja membuat hatiku terbakar. Aku yang menyulut api aku pula yang hangus oleh api cemburu.***Ahmad povAku sangat panik melihat Cassandra mendadak tergeletak dilantai. Wajah cantik Cassandra nampak pucat dan warna kulit putihnya membiru. Segera kugendong Cassandra kekamarnya dan kurebahkan diatas pembaringannya."Dokter Aisyah, tolong datang segera ke alamat saya. Cassandra mendadak pingsan dan sangat pucat." Ucapku pada dokter Aisyah hingga terlupa aku belum mengucap salam."...................................................................""Baik dok, saya tunggu. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa

    Last Updated : 2022-06-14
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 18

    Aku kembali ke rumah kos yang sudah sepi. Seluruh penghuninya sudah bertolak ke kampung halaman masing-masing. Hanya ada aku seorang diri dan pemilik kos yang tinggal di belakang bangunan kosan ini. Aku menenteng kantung berisi mie instan yang aku beli di warung sebelum pulang ke kosanku. Karena Lebaran sudah esok hari jadi warung-warung makan disekitar sudah tutup seluruhnya. Segera kuputar anak kunci dan masuk ke kamarku, kemudian menguncinya kembali. Kukeluarkan panci listrik yang sengaja aku bawa untuk kondisi darurat seperti saat ini. Kumasak mie kuah rasa ayam bawang ditambah telur dan sedikit bon cabe. Setelah matang segera kusajikan dengan sekotak susu strawberry dan segelas air putih.Adzan magrib dipenghujung Ramadhan berkumandang, setelah membaca doa segera kusantap menu berbukaku yang sederhana. Sembari makan kuarahkan pandangan ke layar handphone yang ramai dengan notifikasi dari grup dan juga pesan-pesan kerabat. Namun pesan atau dering panggilan dari seseorang yang din

    Last Updated : 2022-06-14
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 19

    Sepulang dari shalat ied kami mengambil rute memutar, kami berjalan melewati sebuah rumah tua dengan halaman yang luas. Ada beberapa pohon yang rindang dan ada pula bangku-bangku taman yang hampir lapuk dimakan usia. Ditempat itu dulu aku sering menghabiskan waktu soreku bersama kakak-kakakku dan juga beberapa anak tetangga.Kami sering bermain kejar-kejaran atau lompat tali sepulang mengaji, kini bangunan tua tempat mengaji itu sudah tidak dipergunakan lagi semenjak Umi Farida pemiliknya meninggal dunia. Seingatku beliau meninggal ketika aku hendak masuk pondok pesantren selepas sekolah dasar. Kudengar semenjak saat itu, bangunan ini terbengkalai begitu saja.Dari yang kudengar tanah dan bangunan itu kini dijual oleh anak satu-satunya dari Umi Farida yang tinggal di Malaysia. Ahh.. andaikan aku bisa membeli rumah itu. Angan-angan yang mungkin tidak pernah terlaksana. Dari mana bisa mendapatkan uang untuk membeli rumah sebesar itu. kupalingkan pandanganku yang sedari tadi terfokus pad

    Last Updated : 2022-06-17

Latest chapter

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status