Share

BAB 15

Penulis: H. Putri Hadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 14:14:11

Author pov

Ini adalah hari-hari awal Zia dan Raisa mulai dinas di sebuah klinik kecil di pelosok desa. klinik ini milik wanita paruh baya berparas teduh yang biasa dipanggil ibu Maryam. Klinik ini selalu ramai pasien, terutama dihari jum'at karena dihari itu ibu Maryam menggratiskan biaya kontrol kehamilan.

Seperti jum'at-jum'at biasanya, Jum'at ini pun sangatlah sibuk. Di klinik ini ada satu bidan utama yaitu ibu Maryam, tiga bidan lainnya yaitu bidan Restu, bidan Ani, dan bidan Nur. Juga ada dua orang bidan magang yaitu Zia dan Raisa. Selain bidan juga ada Shofia gadis manis yang bertugas sebagai resepsionis pendaftaran pasien, merangkap sebagai kasir dan rekam medis. Semua sedang berkutat pada peran masing-masing.

Hari itu sedang mendung, seolah mengikuti suasana hati Zia. Hujan tak kunjung turun seperti air mata yang seakan mengering. ditengah kesibukan mengurus para pasien tiba-tiba ponsel Zia berdering.

"Assalamualaikum,.." Sapa Zia terputus.

"...................................
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 16

    Pov AhmadPagi ini pasti Zia sedang bertugas di klinik, beberapa hari tak bertemu membuat aku merindu. Aku yang merasa rindu ingin mengetahui kabar pujaan hati langsung berusaha menelponnya."Assalamualaikum Zia, kamu sedang sibuk?" tanyaku pada Zia di sebrang tepepon."...................................................................""Baiklah nanti aku akan telepon lagi, kabari ya. Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh." Ucapku menyudahi sesi telepon kami."..…................."Akupun kembali berkutat dengan kesibukan di restoran. Kali ini aku harus menyusun strategi yang bagus dalam menyambut bulan Ramadhan. karena pasti restoran akan jauh lebih banyak pelanggan. Aku harus memikirkan bagaimana agar kegiatan beribadah tidak terganggu dengan kesibukan di restoran.Sedih juga rasanya harus jauh dari istri kecilku Zia, Namun rasanya tak adil meninggalkan Cassandra yang aku cinta. Apalagi ia sedang mengandung anak kami yang sudah kami nanti selama 5 tahun ini. akhirnya impian k

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 17

    Cemburu kembali menjalar nenusuk kerelung hati. Nafasku mulai tersengal menahan sakit didada yang semakin menjadi. Sungguh luka yang kubuat sendiri dan kini kurasakan perihnya seorang diri pula. Gemetaran aku menggenggam sendok yang sedari tadi aku gunakan menyuap makananku. Keringat dingin sudah membasahi bajuku entah sejak kapan.Tak kusangka mendengar Ahmad menyapa Zia dari telepon saja membuat hatiku terbakar. Aku yang menyulut api aku pula yang hangus oleh api cemburu.***Ahmad povAku sangat panik melihat Cassandra mendadak tergeletak dilantai. Wajah cantik Cassandra nampak pucat dan warna kulit putihnya membiru. Segera kugendong Cassandra kekamarnya dan kurebahkan diatas pembaringannya."Dokter Aisyah, tolong datang segera ke alamat saya. Cassandra mendadak pingsan dan sangat pucat." Ucapku pada dokter Aisyah hingga terlupa aku belum mengucap salam."...................................................................""Baik dok, saya tunggu. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 18

    Aku kembali ke rumah kos yang sudah sepi. Seluruh penghuninya sudah bertolak ke kampung halaman masing-masing. Hanya ada aku seorang diri dan pemilik kos yang tinggal di belakang bangunan kosan ini. Aku menenteng kantung berisi mie instan yang aku beli di warung sebelum pulang ke kosanku. Karena Lebaran sudah esok hari jadi warung-warung makan disekitar sudah tutup seluruhnya. Segera kuputar anak kunci dan masuk ke kamarku, kemudian menguncinya kembali. Kukeluarkan panci listrik yang sengaja aku bawa untuk kondisi darurat seperti saat ini. Kumasak mie kuah rasa ayam bawang ditambah telur dan sedikit bon cabe. Setelah matang segera kusajikan dengan sekotak susu strawberry dan segelas air putih.Adzan magrib dipenghujung Ramadhan berkumandang, setelah membaca doa segera kusantap menu berbukaku yang sederhana. Sembari makan kuarahkan pandangan ke layar handphone yang ramai dengan notifikasi dari grup dan juga pesan-pesan kerabat. Namun pesan atau dering panggilan dari seseorang yang din

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 19

    Sepulang dari shalat ied kami mengambil rute memutar, kami berjalan melewati sebuah rumah tua dengan halaman yang luas. Ada beberapa pohon yang rindang dan ada pula bangku-bangku taman yang hampir lapuk dimakan usia. Ditempat itu dulu aku sering menghabiskan waktu soreku bersama kakak-kakakku dan juga beberapa anak tetangga.Kami sering bermain kejar-kejaran atau lompat tali sepulang mengaji, kini bangunan tua tempat mengaji itu sudah tidak dipergunakan lagi semenjak Umi Farida pemiliknya meninggal dunia. Seingatku beliau meninggal ketika aku hendak masuk pondok pesantren selepas sekolah dasar. Kudengar semenjak saat itu, bangunan ini terbengkalai begitu saja.Dari yang kudengar tanah dan bangunan itu kini dijual oleh anak satu-satunya dari Umi Farida yang tinggal di Malaysia. Ahh.. andaikan aku bisa membeli rumah itu. Angan-angan yang mungkin tidak pernah terlaksana. Dari mana bisa mendapatkan uang untuk membeli rumah sebesar itu. kupalingkan pandanganku yang sedari tadi terfokus pad

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 20

    Semenjak hamil Cassandra lebih banyak berkumpul mengikuti kajian dirumah ustadzah ataupun kajian keliling kerumah-rumah masing-masing peserta kajian. Cassandra sengaja aku larang melakukan kegiatan rumah yang biasa ia kerjakan. Aku tidak mempermasalahkannya, toh aku bisa menghubungi jasa bersih-bersih rumah jika dibutuhkan, aku juga sudah berlangganan laundry, juga memesan paket catering untuk makanku dan Cassandra.Segala kebutuhan berusaha aku penuhi sehingga Cassandra tidak perlu lelah mengurus rumah tangga. Aku berharap dengan banyak berkumpul dengan orang-orang solihah dia bisa lebih banyak berpikir positif dan semakin bisa mendekatkan dirinya pada Allah. Karena jujur aku sangat terpukul melihat Cassandra yang terus-menerus bersedih selama kehamilan.Selain itu aku juga bisa mempererat ukhuwah dengan para suami yang juga mengantar para istri kajian. Kami banyak membicarakan bisnis juga belajar banyak dari pengalaman hijrah beberapa ikhwah. Karena alasan ini pula terkadang aku sej

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 21

    Kupacu mobilku menuju rumah sakit tempat ayah Zia di rawat. Tak lupa aku mampir ke mini market untuk membeli beberapa snack kesukaan Zia, madu, kurma, dan vitamin untuk Zia dan kakak-kakaknya. Setelah sampai parkiran, aku segera mengabari Cassandra bahwa aku telah sampai agar ia tak merasa khawatir."Sayang, aku sudah sampai. Kamu sedang apa?" Tanyaku melalui sambungan telepon."................................................""Iya, pasti aku sampaikan. Ingat, jaga kesehatanmu ya sayang, jangan terlalu banyak pikiran. Aku mencintaimu, Sayang." ".....….........................................""Aku belum bertemu Zia, aku masih di parkiran. Aku tutup dulu ya teleponnya. Takutnya mereka membutuhkan aku.""................................""Wa'alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh."Kusimpan lagi ponselku dan segera menemui Zia yang ayahnya kini sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Kulangkahkan kaki menuju ruang rawat Ayah mertua. Setelah jarak tak jauh lagi, kulihat Zia tengah du

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 22

    "Sayang, Ayah Zia meninggal. Aku minta ijin untuk beberapa hari disini menemani Zia. Aku janji tidak akan lama." Kutulis pesan pada Cassandra."Innalilahi wa innailaihi raji'un. Iya sayang, tolong sampaikan belasungkawaku pada Zia. Dan juga tolong tarik tunaikan uang untuk Zia dariku. Akan aku transfer habis ini." Balasnya dalam barisan kata-kata."Oke, makasih pengertiannya sayangku. Kau sedang apa?" Tanyaku lagi masih dalam mode perpesanan."Aku sedang bersama dokter Aisyah. Kami sedang sarapan di rumah sakit." Balasnya"Siapa yang sakit, sayang?" Tanyaku."Tidak ada yang sakit, aku mau kontrol aja. Dokter Aisyah menawari barengan ke rumah sakit. Jadi aku ikut dan sarapan dulu di kantin." Jawabnya."Oh, begitu. Ya sudah lanjutkan, nanti kabari ya kondisi bayi kita. Hati-hati sayang, aku mau mandi dulu." Pamitku pada Cassandra sebelum menyambar handuk dan masuk kamar mandi.***"Kaaaaak, aku sudah selesai masak nih. Jangan lama-lama dikamar mandinya." Ucap Zia sambil menggedor pintu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 23

    Beberapa hari sudah aku menemani Zia dirumah almarhum ayahnya, kadang kami bercanda kadang pula kami menangis mengenang ayah mertua. Seringkali kakak-kakak Zia datang dengan suami mereka untuk saling menguatkan satu sama lain. Terkadang aku dan Zia hanya berdua saja berbincang berusaha mengalihkan kesedihan agar tak berlarut-larut.Seperti saat ini, kami sedang mengobrol santai sambil minum teh ditemani kue bolu buatan kak Bilqis."Sayang, kuliah kamu gimana?" Tanyaku"Ya ini aku tinggal selesaikan dinas yang terakhir ini, tugas akhirku juga sudah selesai." Jawabnya santai sambil menyomot bolu lembut buatan sang kakak."Oh, terus rencanamu kedepannya gimana?" Tanyaku lagi."Entahlah kak, awalnya aku ingin kembali kerumah ini menemani ayah dan bekerja di klinik bersalin dekat sini saja. Tapi Ayah..." Kalimatnya terpotong dan terdengar isakan tangisnya lagi."Maaf sayang, aku nggak bermaksud membuat kamu sedih lagi." Ucapku tak enakan."Nggak apa-apa kok kak, aku mungkin..." Ucapannya ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-23

Bab terbaru

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

DMCA.com Protection Status