Share

Bab 4

Author: H. Putri Hadi
last update Last Updated: 2022-06-01 20:27:50

Author pov

Zia sedang merasa bahagia walaupun kejutan-kejutan pernikahannya kadang menguras batin. Zia bertekat untuk menyerahkan dirinya kepada suaminya malam ini. selepas makan malam ia pun sibuk berdandan mempercantik penampilannya. Zia duduk didepan cermin dan memandangi wajahnya yang polos.

"oke pertama-tama pakai bedak." kata Zia memulai tutorialnya.

"hemh.. terlalu pucat, aku butuh perona pipi." Zia memilih-milih produk didepannya.

"yang mana ya perona pipi?" tanya Zia kepada diri sendiri karena tak ada siapapun selain dirinya di kamarnya itu.

"ahh mungkin yang ini," Zia mengambil lipcream berwarna merah dan mengoleskannya dipipinya. Seingatnya kakaknya mengoleskan benda serupa saat mendandaninya di hari pernikahan.

Saat digosok dipipinya warna merah itu tak mau membaur, semakin digosok semakin merah tak merata.

"Baiklah biarkan dulu, hufhtt (menghela nafas sejenak) nanti hasil akhirnya pasti bisa bagus, selanjutnya lipstik." Zia masih menggumam sendiri didepan cermin.

ia mengoleskan lipcream yang sama kebibirnya.

"wow, bibirku sangat merekah. pasti kak Ahmad akan suka penampilanku malam ini."

ucap Zia percaya diri

"Kak sandra selalu mempertajam matanya dengan celak mata, baiklah suamiku aku akan secantik istri pertamamu." Semangat Zia menggebu-gebu.

Sekali lagi Zia memilih-milih, membuka tutup semua produk yang ada di meja riasnya berharap menemukan celak mata.

"Nah ini sepertinya, bentuknya aneh kenapa ujungnya kayak sikat begini?" gumam Zia heran tapi tetap saja dia oleskan juga kematanya.

Benar saja seluruh bagian mata kanannya cemong hitam karena menggunakan mascara sebagai eyeliner. Zia mulai panik dan berusaha membersihkan kekacauan yang ia buat di wajahnya. Ia ambil tishu basah dan digosokkannya tishu itu ke wajahnya, namun semakin digosok bukan makin memudar, malah semakin melebar warna hitam dan merah itu keseluruh wajahnya.

Karena semakin panik Zia berlari kekamar mandi dan mulai menggosok wajahnya dengan facial wash. Sedikit memudar Zia memudar Zia melanjutkan menggosok lebih kencang.

***

ting tung..

bel rumah berbunyi, Zia terperanjat. Ia mulai panik dan menangis. Ia tak tau lagi harus berbuat apa. akhirnya ia putuskan untuk bersembunyi didalam selimut sambil terus saja terisak. hatinya pilu bagaimana tidak, ia berharap jadi wanita tercantik malam ini tapi kenyataannya ia nampak seperti badut pembunuh di film horor. Zia tak sanggup berhadapan dengan suaminya.

Dikamar sebelah Cassandra sedang kesal pada Zia,

" Ihh kemana sih anak itu, buka pintu saja tidak mau.. mana lagi berendam gini." Gerutu Cassandra

Cassandra menyambar handuknya dan melilitkan ketubuhnya yang sintal. Dengan kesal ia mengintip siapa yg datang, setelah tau itu Ahmad Seorang diri Cassandra langsung membuka pintunya.

" Kenapa lama sekali?" Tanya Ahmad sedikit kesal.

" Maaf aku sedang di kamar mandi, ini belum bilasan. Aku lanjutin dulu ya mandinya." Jawab Cassandra sambil berlalu ke kamarnya.

Ahmad melangkah ke kamar Zia, kemudian masuk. Ahmad merasa ada yang aneh dengan Zia.

"kenapa selimutan gitu?" tanya Ahmad sambil melepas jam tangannya.

Zia tak bergerak, bahkan ia menahan nafasnya.

"ada-ada saja." celetuk Ahmad lagi sembari berjalan kekamar mandi.

***

Usai mandi Ahmad berniat langsung tidur karena lelahnya sudah tak tertahan. Tapi tentu saja ia tak menolak jika Zia sudah siap melakukannya, lelah seperti apapun akan lenyap seketika.

Ahmad berjalan kearah kasur, membuat jantung Zia berdetak kencang tak karuan. Tak sengaja ia malah menangis sejadi-jadinya. Ahmad yang terkejut spontan berusaha membuka selimut yang menutupi Zia.

"Zia, ada apa?" Tanya Ahmad khawatir

"tidaaaaaaakkk, jangan mendekati aku." Teriak Zia sambil menangis meraung-raung.

Ahmad semakin terkejut dengan sikap Zia yang mendadak menjadi kasar dan tak sopan. Tangisan Zia yang kencang membuat Ahmad merasa malu dan kecewa pada istrinya itu.

"Apa ini Zia? seperti ini kah adabmu pada suami? pantaskah kau melakukan ini? aku tau kamu belum siap dan aku juga tidak akan memaksa, aku hanya ingin tidur disamping istriku." Luap Ahmad atas kekesalannya pada Zia.

"bu.. bu.kkan beg..bebeggiiituu kak.." Ratap Zia yang sedang berusaha menghentikan tangisannya.

"Lantas apa ini, bahkan kamu menutup wajahmu begitu saat berbicara denganku. apa aku semenakutkan itu Zia." Ahmad meluapkan kekecewaannya.

"Bukan begitu kaaaaakkk." Zia memelas pada Ahmad

"Kamu tidak mau membuka selimut ini? baiklah aku akan keluar dari sini." Ahmad menyudahi perdebatan dan hendak pergi dari kamar Zia.

"Tunggu kak, baiklah akan aku buka selimutnya. jangan abaikan aku kak." pinta Zia memelas.

Ahmad langsung menarik selimut itu saat Zia melonggarkan cengkramannya.

"Astaghfirullah.. Zia." Ahmad terkejut hingga mundur beberapa langkah ke belakang kemudian beberapa detik kamudian ia tertawa terpingkal-pingkal tak kuasa melihat istrinya berdandan ala badut pembunuh di film horor.

"ini makeup terinspirasi film IT?" tanya Ahmad bercanda

Zia menutupi wajahnya sambil menangis lagi.

"Kak Ahmad jahat." Zia menangis merajuk.

"Oh sayang, maaf tapi kamu lucu sekali." goda Ahmad

"Aku ingin berdandan seperti kak Sandra, tapi aku membuat kesalahan, waktu aku mau hapus malah jadi semuka begini. aku sebel banget sama Kak Ahmad." Jelas Zia tentang insiden mukanya.

"Lho kok sebelnya sama kakak sih?" Ahmad pura-pura merajuk.

"Terus gimana nih kak?" Zia tak mempedulikan ucapan Ahmad.

"Bentar aku tanya Cassandra?" Ucap Ahmad santai.

"Nggak mau ah, malu." Tolak Zia

"Tenang aja." Ja towab Ahmad sambil keluar secepat kilat

"Kaaaak.." teriak Zia kemudian kembali bersembunyi didalam selimutnya lagi.

selang beberapa lama Ahmad datang membawa minyak Zaitun dan kapas. Zia akhirnya lega bisa segera membersihkan kekacauan diwajahnya itu.

"Setelah dibersihkan pakai minyak itu langsung cuci muka pakai sabun ya." Arahan Ahmad pada Zia.

"Baik kak." Zia menurut saja.

"Tapi kak habis ini aku harus malu dong kalo ketemu kak Sandra." Rajuk Zia

"Tenang yang tau kejadian ini hanya kita berdua kok sayang.. makanya biar aku tutup mulut ayo lakukan malam ini ya." Goda Ahmad.

Zia yang sangat malu hanya diam dan segera berlari ke kamar mandi sambil senyum-senyum.

Setelah cuci muka wajahnya kembali seperti semula. Zia sangat lega sekali noda-noda itu bisa hilang dari wajahnya. Zia merapikan penampilannya kemudian berjalan keranjang.

"Sudah cantik lagi istriku." Goda Ahmad

"Kalau begitu aku bisa meminta imbalanku sekarang kan?" Sambungnya lagi.

Zia hanya tertunduk malu, dan mengiyakan keinginan suaminya.

Zia pov

"Kak Ahmad sebenarnya akupun ingin menjadi istrimu seutuhnya. Akupun ingin melayanimu dengan seluruh ketulusan hatiku. Aku juga ingin menyerahkan tubuh dan jiwaku untuk mendapat ridhomu. Ohh ya Allah sebegitu beratkah ini,

Mengapa rasa takut ini, rasa terasing ini, rasa malu ini mengalahkan niatku untuk ibadah ini, melaksanakan sunnnah yang indah ini.

Ya Allah bimbing aku, lapangkan hati ini untuk menerima semua cinta suamiku.

Ku panjatkan doaku agar aku sanggup mengangkat wajahku dan menyungging senyum termanisku untukmu kekasih hatiku.

Entah sejak kapan hatiku terketuk

Degub jantung ku saat aku didekatmu

Ku tau cintaku terlalu naif

Cintaku tak beralasan

Datang begitu cepat

Saat kau meminangku,

saat pandangan kita bertemu,

saat kau menggendongku naik ke kamarmu,

saat kau memandangi rambutku,

saat kau menggodaku dengan buaianmu

Ataukah saat kau memelukku di balkon waktu itu?

aku benar-benar telah jatuh hati padamu, suamiku...

Sunggu rasa ini inginku hanya memilikimu seorang diri... hanya aku dan kamu." Ucapku dalam hati.

Tak terasa entah sejak kapan bibir kak Ahmad telah mengecupku, sungguh gejolak hati ini tak mampu ku bendung lagi. Kini kubiarkan kak Ahmad yang mulai membuka satu persatu pakaianku dan menyeretku dalam gelombang cintanya. Aku hanya menurut dan mengikhlaskan. Sungguh air mata ini bukan untuk rasa sakit yang kurasakan di seluruh tubuhku. Air mata ini untuk bahagiaku memiliki suamu seperti kak Ahmad.

"Kamu nggak apa-apa sayang?" tanya kak Ahmad melihat air mataku

"Aku cinta kamu kak, lanjutkanlah." jawabku untukmu kekasih hatiku.

Malam itu menjadi malam panjang pertamaku. Kami terbaring dikasur cukup lama merasakan lelah yang membahagiakan ini. Sampai Akhirnya aku bangun dan beranjak menuju kamar mandi.

Tubuhku terasa lemah, rasa perih terasa di beberapa titik di tubuhku, terutama di bagian itu rasanya aku tidak sanggup berjalan kearah kamar mandi.

Melihat langkahku yang tertatih kak Ahmad langsung menyambarku dan menyimpanku di gendongannya.

"Sakit sekali ya sayang?" Tanya kak Ahmad padaku.

Aku hanya mengangguk.

"Ayo kuantar ke kamar mandi." Kata kak Ahmad kemudian menggendongku ke kamar mandi.

Kami segera membersihkan diri dan kembali keranjang untuk segera tidur.

"Aku sangat bahagia." Bisikku pada kak Ahmad

"Akulah yang lebih bahagia." Ucap kak Ahmad kemudian mengecup keningku.

***

Related chapters

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 5

    Author povPukul empat pagi, seperti biasa Azizah terbangun. Mungkin karena letih yang amat sangat tubuhnya terasa sangat berat."Aaaauuuhhhh.. sakit sekali." lenguh Zia pelan.Ia segera bangun walaupun masih berbekas rasa sakit disana sini. Seperti biasa juga, Zia segera mandi dan mensucikan dirinya untuk menghadap panggilan subuh. Setelah mandi dan bersiap Ia membangunkan suaminya,"Kak sudah subuh." Kata Zia sambil mengguncang tubuh suaminya."Emmmhhh.. iya aku bangun sayang." jawab Ahmad dengan muka bantalnya."Kak Ahmad sholat di mana?" Tanya Zia"Aku akan ke masjid, kamu ajak Sandra sholat bersama ya." Pinta kak Ahmad sebelum bersiap ke masjid***Selepas shalat subuh, Zia membantu Sandra di dapur. Sandra nampak lihai memainkan peralatan dapur membuat Zia tertegun."Wuaaaahhh.. Kak Sandra kayak chef-chef di acara tivi gitu kak, keren banget.. cantik pula.. pantesan kak Ahmad klepek-klepek sama kak Sandra." Puji Zia dengan lantang tanpa sengaja."Ahh kamu bisa aja. basic aku mema

    Last Updated : 2022-06-01
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 6

    Aku duduk di kursi penumpang taxi online yang kupesan. Duduk termangu memandangi jalanan yang padat. Kesibukan kota, kendaraan berlalu-lalang, pedadang kaki lima berjajar menjajakan dagangannya. Pemandangan perkotaan yang melelahkan.Entah takdir sedang mempermainkanku atau aku saja yang terlalu berlebihan. Kupejamkan mata berharap semua ini hanya mimpi, namun kudapati aku masih berada di ruang yang sama bersama kisah hidup dan ratapanku. Taxi online ku berhenti di sebuah salon kecantikan langgananku. Kulangkahkan kakiku dan berjalan gontai tak bersemangat. Dengan malas aku memesan beberapa treatment dan segera masuk ke dalam ruangan yang ditujukan oleh petugasnya.Kulepaskan seluruh kain yang membalut seluruh tubuhku dan kuganti dengan lilitan kain yang membungkus sebagian tubuhku dan kemudian kukenakan kimono dan segera membaringkan bobot tubuh keatas matrass yang telah disediakan. Tak berapa lama tangan lembut mulai memijatku dan membuatku sedikit rileks. Beberapa benda kental dan

    Last Updated : 2022-06-04
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 7

    Ahmad pov"Wa alaikum salam." jawabku dan Zia bersamaan.Kubalikkan tubuh Zia menghadap kearahku. Dengan cepat aku mengulum bibir istriku yang manis ini. Zia yang tak siap mendapat perlakuan itu dariku langsung mendorong dadaku hingga aku mundur beberapa langkah."Ngawur deh, kalo kak Sandra liet gimana?" Gerutu Zia"Kan udah pergi." jawabku santai dan mulai menyerang Zia dengan ciuman yang semakin menjadi-jadi."Stop ah kak, yuk siap-siap." Sela Zia lagi sambil mendorongku lebih kencang kemudian berlari kekamarnya sambil tertawa.Zia membuka Lemarinya dan memilih baju yang akan dipakai walaupun sebenarnya ia hanya ingin menhindari suami yang selalu mengganggunya. Dengan tiba-tiba aku sudah berada dibelakangnya dan mulai menggodanya lagi. Zia merasa sudah lelah menghindar, membiarkan saja suaminya melakukan yang diinginkannya."Kau membuatku semakin bergairah Zia." Hanya itu yang kupikirkan saat Zia berusaha menghindariku. "Rambut panjangmu itu membuatku tak berdaya. Wajah lugumu, o

    Last Updated : 2022-06-05
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 8

    "Tadi udah Alpukat kocok, tapi sekarang laper lagi. Nggak tau deh akhir-akhir ini aku makan banyak banget." Gerutu Cassandra."Nggak apa-apa, kamu kebanyakan pikiran kalik." Balas Ahmad menenangkan Cassandra."Iya terus entar aku gendut, terus kamu males deh sama aku." Ucap Cassandra dengan kesal."Kenapa sih istriku yang satu ini, bawaannya marah-marah terus. Kalo cemburu bilang dong." Goda Ahmad"Idiiihh.. kepedean banget." Ledek Cassandra kesal."Udah yuk turun, makan bareng Zia juga." Ajak Ahmad pada Cassandra.Cassandra dan Ahmad turun ke lantai bawah untuk makan siang bersama. Di bawah terlihat Zia sedang berbincang-bincang dengan pegawai restoran."Ohh,, baru tiga hari ini toh nikahnya." Ucap seorang pramusaji."iya." jawab Zia"Selamat ya mbak Zia." Ujar pramusaji yang lain."Sering-sering kesini mbak, ngobrol-ngobrol lagi gitu." Ucap pramusaji yang pertama."Zia, ayo kita makan." Ajak Ahmad, memanggil Zia dari jarak yang masih cukup jauh.Ziapun menoleh dan mengangguk."Kapan

    Last Updated : 2022-06-06
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 9

    Author povCassandra sedang menyusun bahan makanan ke dalam kulkas, didekatnya Ahmad mengacak-acak kantung belanjaan kemudian duduk diatas meja dapur tepat disebelah kulkas. Sambil menemani Cassandra Ahmad mengemil makanan ringan yang ia temukan didalam salah satu tas belanja"Itu punya Zia. Enak aja kamu nyam nyam nggak bilang dulu. tar dia ngambek loh." Ucap Cassandra tanpa melihat Ahmad, tangannya masih sibuk menata kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Eh, punya Zia. Pantesan baru kali ini nemu beginian di tas belanjaan kita." jawab Ahmad asal saja.Cassandra hanya menoleh sedikit kemudian kembali berkutat dengan bahan makanan dan kulkasnya."Kamu lagi dapet?" tanya Ahmad menelisik."Enggak, kan tadi shalat bareng Zia." jawab Cassandra tak acuh"Sewot banget." Gerutu Ahmad sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya."Enggak sewot, kamu aja yang ngeselin." Gerutu Cassandra balik."Kok jadi aku yang salah sih?" tanya Ahmad heran"Tau ah, udah sana jauh-jauh deh. kesel banget aku

    Last Updated : 2022-06-07
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 10

    Author pov"Aku berangkat ke masjid ya," Ijin Ahmad pada Cassandra yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin."Iya sayang." Jawab Cassandra sambil merekahkan senyum bahagianya.***Usai melaksanakan shalat magrib Cassandra keluar kamar untuk memasak makan malam.Didapur dilihatnya Zia sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya. Mereka nampak bahagia dan haru, sesekali Zia menyeka air matanya yang menetes ke pipinya."Sudah dulu ya Yah, nanti Zia kabar-kabar lagi." pamit Zia pada Ayahnya"Assalammualaikum." Imbuhnya kemudian menutup panggilannya."Nelpon Ayah kamu Zi?" Tanya Cassandra mengagetkan Zia."Iya kak, kangen." Jawab Zia sambil mengusap kedua matanya dengan tishu."Pulang aja nggak apa-apa kok." Ucap Cassandra berusaha menenangkan Zia."Nggak deh kak, entar aja minggu depan sekalian ngambil buku-buku buat persiapan masuk kuliah lagi." Tolak Zia Lirih."Yaudah, aku masak dulu deh. Udah laper kan?" Tanya Cassandra mencairkan suasana."Hehehe, iya kak tadi ketiduran

    Last Updated : 2022-06-08
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 11

    Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya."Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas."Oh gitu." Balas Zia singkat"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal."Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.Ahmad menghela nafas."Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sa

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 12

    Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar

    Last Updated : 2022-06-12

Latest chapter

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

DMCA.com Protection Status