Share

Bab 7

Author: H. Putri Hadi
last update Last Updated: 2022-06-05 08:00:14

Ahmad pov

"W* alaikum salam." jawabku dan Zia bersamaan.

Kubalikkan tubuh Zia menghadap kearahku. Dengan cepat aku mengulum bibir istriku yang manis ini. Zia yang tak siap mendapat perlakuan itu dariku langsung mendorong dadaku hingga aku mundur beberapa langkah.

"Ngawur deh, kalo kak Sandra liet gimana?" Gerutu Zia

"Kan udah pergi." jawabku santai dan mulai menyerang Zia dengan ciuman yang semakin menjadi-jadi.

"Stop ah kak, yuk siap-siap." Sela Zia lagi sambil mendorongku lebih kencang kemudian berlari kekamarnya sambil tertawa.

Zia membuka Lemarinya dan memilih baju yang akan dipakai walaupun sebenarnya ia hanya ingin menhindari suami yang selalu mengganggunya. Dengan tiba-tiba aku sudah berada dibelakangnya dan mulai menggodanya lagi. Zia merasa sudah lelah menghindar, membiarkan saja suaminya melakukan yang diinginkannya.

"Kau membuatku semakin bergairah Zia." Hanya itu yang kupikirkan saat Zia berusaha menghindariku.

"Rambut panjangmu itu membuatku tak berdaya. Wajah lugumu, oh manisnya istriku Zia. Tak bisa kutahan lagi saat ini." Gumamku dalam hati.

Kuangkat tubuh kecilnya dan kubanting kekasurnya. Aku mencintai Cassandra, cinta itu tulus tetapi aku hanya lelaki biasa. Aku tidak pernah menyangka pernikahan kedua akan seindah ini, tak ubahnya dengan pernikahan pertama.

Ini perasaan yang sama, ini juga kasmaran yang sama seperti saat aku bersama Cassandra. Aku harap aku bisa berlaku adil dalam setiap sikap dan perbuatanku pada kedua istriku. Aku juga berharap aku dapat selalu berada disisi kedua istriku saat mereka membutuhkanku.

***

Aku dan Zia tengah termangu memandang kosong kearah langit-langit. Barusaja kuberikan indahnya luapan cinta pada istri kecilku Zia. Nafas kami masih menggebu, dan kulihat kebahagiaan itu jelas terpancar di matanya.

"Zia, ayo mandi bareng. Terus ikut aku ke Resto." ajakku

"Kak Ahmad aja duluan, masih keringetan." tolak Zia sambil menyeka keringatnya.

Aku memandangi tubuhnya yang mengkilat karena keringat, indah sekali. Kulitnya bening kuning langsat, tubuhnya sangat mungil, bibir tebalnya yang merah, bulu matanya yang lentik, sungguh wanita mana yang tak iri dengan kecantikanmu.

"Kalo keringetan gitu sexy deh." Godaku

"Ah, apaan sih kak Ahmad, mandi aja lah daripada digodain mulu." Rajuk Zia sambil melempar bantal kearah Ahmad.

Kamipun mandi untuk mensucikan diri. Setelah mandi Zia membalut tubuh mungilnya dengan handuk. Aku membantunya mengeringkan rambut panjangnya didepan cermin.

"Rambutmu cantik banget,Zi." Pujiku

"Ah kak Ahmad bisa aja deh." Zia menunduk malu

"kamu bahagia?" tanyaku

"Aku pengantin yang paling bahagia di bumi." jawabnya mantab sambil menatap bayanganku dicermin.

Jawabannya sungguh menyihirku, tatapan matanya meluluhkan hatiku. Dalam sejenak aku melupakan sisi lain hidupku, sungguh aku takut akan berlaku berat sebelah.

Author pov

Zia tengah bersiap untuk pergi bersama Ahmad. Ia memilih gamis berwarna navy polos dan khimar Abu-abu kesukaannya. Zia menenteng tote bag berwarna senada dengan gamisnya. Tak seperti Cassandra, Zia lebih suka tampilan yang casual. Ia mengenakan snicker berwarna putih dan berpose didepan cermin.

"Kak aku siap." Ucap Zia lantang, setelah merasa sudah rapi.

"Oke, yuk berangkat." Balas Ahmad sambil meraih kuci mobil di meja dekat pintu.

Zia dan Ahmad turun kelantai bawah dan menuju area parkir. Mereka berduapun berangkat menuju salah satu resto yang kini dikelolah Ahmad, Resto itu adalah tempat Ahmad biasa 'ngantor' setiap hari. Sedangkan resto yang lain ia serahkan pada para pegawainya.

Jalanan sedang padat siang itu, Zia yang bosan menyandarkan kepalanya ke kaca mobil.

"Bosen ya, macet?" Tanya Ahmad.

"Iya sih, tapi nggak apa-apa kan sama suami. hehehe.." Jawab Zia manja.

"Bisa bercanda ternyata, udah nggak takut lagi nih?" Goda Ahmad.

"Apa sih kak, malu tau digodain mulu." Rajuk Zia.

Ahmad hanya terkekeh melihat kelakuan istrinya itu. Ahmad menyetir dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang sibuk dengan hiruk-pikuk manusia. Sekitar dua puluh menit berlalu dan mereka sampai di parkiran sebuah restoran bergaya timur tengah.

"Granada Resto" terpampang di puncak bangunan Restoran itu. bangunan itu terletak di area perkantoran dan ruko-ruko. melihat ukurannya, Restoran itu memakan lahan dua ruko yang digabungkan dan didesain ala timur tengah.

Zia dan Ahmad turun dari mobil dan berjalan masuk ke restoran itu bersamaan. Seorang pramusaji menyapa mereka dengan ramah.

"Assalammualaikum pak," sapa pramusaji itu.

"Waalaikum salam.." jawab Ahmad

"Maaf pak, bu Sandra sedang menunggu di ruangan bapak."

"Oh ya, saya langsung keatas ya. Terimakasih. Assalammualaikum." Balas Ahmad sambil menggandeng tangan Zia ke ruangannya.

"Waalaikum salam." Pramusaji itu menjawab salam Ahmad dan melanjutkan pekerjaannya.

Ahmad dan Zia melangkah ke lantai dua melewati tangga yang indah di tengah ruangan lantai satu yang luas. Merekapun masuk ke ruangan Ahmad.

"Assalammualaikum, Sandra kok disini? katanya mau nyalon dan ke mall." Salam Ahmad diikuti pertanyaannya pada Sandra.

"Waalaikum salam, iya sayang. Udah selesai kok. Udah nyalon udah ngemall." jawab Cassandra sambil membalas salam suaminya.

"Oh, gitu kirain bakal sampai sore. Kita aja baru sampe resto." Ucap Ahmad santai, namun tak sengaja melukai hati Cassandra.

"Emh, gitu. Ada hal penting yang mau aku bicarain berdua sama kamu." Ucap Sandra serius.

Mendengar dialog Sandra dan Ahmad, Zia pun merasa tak enak hati berada diruangan itu.

"Kak Sandra, Kak Ahmad aku jalan-jalan dulu boleh? pingin keliling-keliling disini." Ucapnya mengundurkan diri.

"Ahh iya Zia, kamu muter-muter aja, nanti kalo butuh apa-apa bilang sama pegawai yang dibawah tadi." Balas Ahmad.

Ziapun keluar ruangan itu dan menutupnya dari luar.

"Oke, ada apa sayang?" tanya Ahmad lembut pada istrinya.

"Gini, jadi Ferdi mau buka cabang kedai alpukat kocok, tadi aku waktu dimall gak sengaja pengen alpukat kocok dan ternyata aku belinya itu di kedainya Ferdi. Oh ya lokasi cabang barunya itu deket rumah kita. Gedung sebelah apartemen kita." Jelas Sandra hati-hati.

"Terus?" tanya Ahmad penasaran.

"Boleh nggak aku yang urus kedainya Ferdi itu?" tanya Cassandra

"Kok Ferdi nggak bilang-bilang, main nawarin istri orang kerjaan segala." jawab Ahmad sedikit kesal.

"Ya, nggak nawarin aku sebenarnya. Cuman cerita aja tadi. Terus aku aja pingin nyoba tanya kamu, kalik aja boleh. kan deket banget tuh tinggal jalan kaki aja udah sampe." Jelas Sandra tak ingin ada salah paham.

"Tar aku telepon Ferdi dulu deh." Balas Ahmad

"Oke deh." Sandra nampak kecewa

"Aku benar-benar butuh kesibukan saat ini, Ahmad. Kamu tau kan kamu kini sudah tidak bisa selalu bersamaku. Ada hati lain yang harus kamu jaga juga." Imbuh Cassandra hati-hati.

"Maaf kalau kamu terluka karena keadaan ini." Balas Ahmad.

"Ini sudah takdir Allah, dan akupun yang berniat membawa Zia padamu, jadi aku akan berusaha menerima semua ini dengan ikhlas." Ucap Cassandra sendu.

"Sudah makan belum?" tanya Ahmad sambil tersenyum ramah pada Sandra, berusaha mencairkan suasana yang kaku.

Related chapters

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 8

    "Tadi udah Alpukat kocok, tapi sekarang laper lagi. Nggak tau deh akhir-akhir ini aku makan banyak banget." Gerutu Cassandra."Nggak apa-apa, kamu kebanyakan pikiran kalik." Balas Ahmad menenangkan Cassandra."Iya terus entar aku gendut, terus kamu males deh sama aku." Ucap Cassandra dengan kesal."Kenapa sih istriku yang satu ini, bawaannya marah-marah terus. Kalo cemburu bilang dong." Goda Ahmad"Idiiihh.. kepedean banget." Ledek Cassandra kesal."Udah yuk turun, makan bareng Zia juga." Ajak Ahmad pada Cassandra.Cassandra dan Ahmad turun ke lantai bawah untuk makan siang bersama. Di bawah terlihat Zia sedang berbincang-bincang dengan pegawai restoran."Ohh,, baru tiga hari ini toh nikahnya." Ucap seorang pramusaji."iya." jawab Zia"Selamat ya mbak Zia." Ujar pramusaji yang lain."Sering-sering kesini mbak, ngobrol-ngobrol lagi gitu." Ucap pramusaji yang pertama."Zia, ayo kita makan." Ajak Ahmad, memanggil Zia dari jarak yang masih cukup jauh.Ziapun menoleh dan mengangguk."Kapan

    Last Updated : 2022-06-06
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   Bab 9

    Author povCassandra sedang menyusun bahan makanan ke dalam kulkas, didekatnya Ahmad mengacak-acak kantung belanjaan kemudian duduk diatas meja dapur tepat disebelah kulkas. Sambil menemani Cassandra Ahmad mengemil makanan ringan yang ia temukan didalam salah satu tas belanja"Itu punya Zia. Enak aja kamu nyam nyam nggak bilang dulu. tar dia ngambek loh." Ucap Cassandra tanpa melihat Ahmad, tangannya masih sibuk menata kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Eh, punya Zia. Pantesan baru kali ini nemu beginian di tas belanjaan kita." jawab Ahmad asal saja.Cassandra hanya menoleh sedikit kemudian kembali berkutat dengan bahan makanan dan kulkasnya."Kamu lagi dapet?" tanya Ahmad menelisik."Enggak, kan tadi shalat bareng Zia." jawab Cassandra tak acuh"Sewot banget." Gerutu Ahmad sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya."Enggak sewot, kamu aja yang ngeselin." Gerutu Cassandra balik."Kok jadi aku yang salah sih?" tanya Ahmad heran"Tau ah, udah sana jauh-jauh deh. kesel banget aku

    Last Updated : 2022-06-07
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 10

    Author pov"Aku berangkat ke masjid ya," Ijin Ahmad pada Cassandra yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin."Iya sayang." Jawab Cassandra sambil merekahkan senyum bahagianya.***Usai melaksanakan shalat magrib Cassandra keluar kamar untuk memasak makan malam.Didapur dilihatnya Zia sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya. Mereka nampak bahagia dan haru, sesekali Zia menyeka air matanya yang menetes ke pipinya."Sudah dulu ya Yah, nanti Zia kabar-kabar lagi." pamit Zia pada Ayahnya"Assalammualaikum." Imbuhnya kemudian menutup panggilannya."Nelpon Ayah kamu Zi?" Tanya Cassandra mengagetkan Zia."Iya kak, kangen." Jawab Zia sambil mengusap kedua matanya dengan tishu."Pulang aja nggak apa-apa kok." Ucap Cassandra berusaha menenangkan Zia."Nggak deh kak, entar aja minggu depan sekalian ngambil buku-buku buat persiapan masuk kuliah lagi." Tolak Zia Lirih."Yaudah, aku masak dulu deh. Udah laper kan?" Tanya Cassandra mencairkan suasana."Hehehe, iya kak tadi ketiduran

    Last Updated : 2022-06-08
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 11

    Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya."Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas."Oh gitu." Balas Zia singkat"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal."Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.Ahmad menghela nafas."Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sa

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 12

    Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 13

    Seperti biasa Ahmad selalu pulang setelah shalat isya karena diatara magrib dan isya sering kali ada kajian. Ahmad masuk kedalam rumah dan mendapati Zia telah menghidangkan cukup banyak makanan di meja makan."Wah, udah lama nih aku nggak makan gulai nangka sama telor balado. Enak nih kayaknya." Seloroh Ahmad senang"Makasih kak, semoga kak Ahmad suka deh." Balas Zia tersipu."Cassandra dimana?" Tanya Ahmad sambil celingak-celinguk."Dikamar sepertinya, tadi keluar cuman sebentar." Jawab Zia sekenanya."Oke aku panggil Cassandra dulu ya." Ucap Ahmad kemudian pergi kekamar Cassandra.setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari kamar Cassandra sendirian."Cassandra lagi nggak enak badan jadi males keluar kamar, aku bawain makanannya ke dalam aja ya, nggak apa-apa kan?" Tanya Ahmad"hemh." Jawab Zia singkat tak bernafsu dengan perdebatan."Aku akan segera kembali." Ucap AhmadAhmad membawa senampan makanan lengkap dengan segelas susu yang ia buat untuk Cassandra. Zia yang sedang tak

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 14

    kling bunyi notifikasi di ponsel Raisha."Maaf baru balas nak, kondisi bapak kamu sudah membaik, beliau minta kamu tidak perlu pulang ke bali dulu. Fokus saja ke sekolah dulu, dan doakan bapak segera sembuh."Raisha membaca pesan bibinya yang sudah ditunggunya. Bapak Raisha tinggal bersama Bibinya setelah mulai sakit-sakitan. Sedangkan Ibu Raisha pergi keluar negeri untuk mengadu nasib di perantauan. Raisha sendiri sudah tinggal sendiri merantau di pulau jawa sejak lulus SMA. Walaupun ia lahir di jawa dan orang tuanya adalah orang jawa, namun keluarga besarnya pindah ke bali sejak Raisha masuk SD.Raisha sudah dekat dengan Zia sejak awal tahun kuliahnya. Ia sangat dekat bahkan sudah seperti saudara. Raisha juga sering kali menginap di rumah Zia, terutama jika Ayah Zia harus pergi beberapa hari mengurus pekerjaannya.Setelah Mendengar kabar bapaknya yang telah membaik, Raishapun merasa tenang dan bisa fokus kembali dengan kesibukan dinasnya esok hari. Ia membalas pesan bibinya dan berj

    Last Updated : 2022-06-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 15

    Author povIni adalah hari-hari awal Zia dan Raisa mulai dinas di sebuah klinik kecil di pelosok desa. klinik ini milik wanita paruh baya berparas teduh yang biasa dipanggil ibu Maryam. Klinik ini selalu ramai pasien, terutama dihari jum'at karena dihari itu ibu Maryam menggratiskan biaya kontrol kehamilan.Seperti jum'at-jum'at biasanya, Jum'at ini pun sangatlah sibuk. Di klinik ini ada satu bidan utama yaitu ibu Maryam, tiga bidan lainnya yaitu bidan Restu, bidan Ani, dan bidan Nur. Juga ada dua orang bidan magang yaitu Zia dan Raisa. Selain bidan juga ada Shofia gadis manis yang bertugas sebagai resepsionis pendaftaran pasien, merangkap sebagai kasir dan rekam medis. Semua sedang berkutat pada peran masing-masing.Hari itu sedang mendung, seolah mengikuti suasana hati Zia. Hujan tak kunjung turun seperti air mata yang seakan mengering. ditengah kesibukan mengurus para pasien tiba-tiba ponsel Zia berdering."Assalamualaikum,.." Sapa Zia terputus."...................................

    Last Updated : 2022-06-13

Latest chapter

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

DMCA.com Protection Status