Surya mudah saja mengurus bank itu.Tepat setelah Surya pergi, Wenny datang ke kantor pimpinan.Pimpinan bank, Aswin Damari, adalah seorang pria gemuk berusia lima puluhan. Saat ini, dia sedang melihat sebuah dokumen.Melihat Wenny masuk, Aswin mengerutkan kening sambil bertanya, "Kenapa kamu nggak mengetuk pintu?""Pak."Wenny mendengus, menutup pintu, lalu langsung duduk di sebelah Aswin. Dia mengusapkan dadanya di lengan Aswin."Wisnu datang lagi. Kali ini dia datang bersama seorang pemuda. Pemuda itu mengancam kita, meminta kita menyiapkan dokumen yang mereka minta dalam waktu tiga hari. Dia bilang kalau kita nggak menyiapkannya, seseorang akan masuk penjara."Ketika Aswin mendengar ini, dia segera meletakkan dokumen di tangannya dengan ekspresi serius.Aswin tentu saja mengetahui jelas tentang masalah uang ini.Seseorang mencuri informasi identitas Wisnu dan istrinya untuk mengambil pinjaman.Selain itu, orang yang mencuri informasi tersebut memiliki hubungan dekat dengan Aswin. A
Surya memimpin keluarga Wisnu ke kamarnya, lalu mempersilakan mereka duduk.Wisnu dan istrinya terlihat sangat tegang. Mereka baru menyadari bahwa Surya tenyata memiliki tanah yang begitu luas. Surya pasti sangat kaya, tapi dia sama sekali tidak menunjukkannya."Nggak perlu gugup. Nanti aku akan meminta seseorang mengatur tempat tinggal untuk kalian. Kalian akan tinggal di sini selama beberapa hari ke depan sampai masalah ini terselesaikan," kata Surya sambil tersenyum.Wisnu berkata dengan ekspresi yang masih terlihat gugup, "Pak Surya, kami benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu. Kalau kamu benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini, kamu akan menjadi penyelamat keluarga kami.""Ya, Pak Surya. Pak Surya harus membantu kami," kata istri Wisnu sambil menangis.Surya menjawab perlahan, "Karena aku sudah turun tangan, aku tentu saja akan mengurusnya sampai akhir. Jangan khawatir."Pasangan itu mengangguk. Mereka duduk di sana sambil memeluk anak mereka dengan masih
"Ada apa kalian kemari?" tanya Surya dengan acuh tak acuh."Aku datang kemari untuk mencari Wisnu. Kudengar dia datang ke tempat ini," kata Hisam dengan nada dingin."Ya, benar. Sekarang dia adalah tamuku. Kalau ada sesuatu, kamu bisa mengatakannya kepadaku.""Benarkah? Kalau begitu, apa kamu juga mau membantunya melunasi utangnya?" tanya Hisam dengan suara yang rendah.Surya tertawa kecil, lalu berkata, "Siapa pun yang meminjam, orang itu sendiri yang harus melunasinya."Hisam melemparkan setumpuk dokumen ke atas meja, lalu berkata dengan dingin, "Semua ini adalah bukti kalau Wisnu yang sudah meminjamnya.""Benarkah? Kenapa menurutku bukan dia yang pinjam?""Kalau kamu bilang bukan, memangnya bukan? Tapi, kuperingatkan padamu. Aku sudah sering bertemu orang sepertimu yang suka mangkir dari utang. Kalau kamu nggak mau bayar, jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar padamu," kata Hisam dengan sengit.Wajah Surya berangsur-angsur menjadi muram. Dia berkata, "Awalnya aku ingin memberi
Beberapa saat kemudian, Hisam pun berkata dengan gugup, "Semuanya, aku ini hanya penagih utang saja. Ini kontrak yang sudah ditandatangani dengan pihak bank. Kami ini hanya perusahaan biasa.""Perusahaan biasa?" Surya tersenyum sambil berkata dengan nada dingin, "Perusahaan biasa bisa memaksa orang sampai mati?""Aku nggak berpikir untuk memaksa orang sampai mati." Saat ini, dahi Hisam sudah penuh keringat dingin. Dia memaksakan diri untuk memberikan penjelasan.Namun, tiba-tiba saja, Surya berkata perlahan, "Aku nggak percaya kamu nggak tahu kalau ada yang nggak beres sama pinjaman ini.""Aku memang benar-benar nggak tahu." Aura kesombongan Hisam tiba-tiba saja menghilang. Dia jadi tampak terintimidasi.Surya berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kita tunggu direktur bank itu datang. Aku percaya dia akan mengatakan yang sebenarnya. Saat itu, kita akan bisa menyelesaikan masalah ini."Yenny tertawa kecil, lalu melambaikan tangannya.Sekelompok Pasukan Layanan Khusus itu langsung
Aswin langsung ketakutan hingga menjadi kaku.Aswin tidak menyangka jika tiba-tiba saja dia akan ketahuan.Aswin punya kedudukan yang tinggi dan punya banyak teman. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui masalah ini dan memberi tahu dirinya?Wenny sendiri juga ketakutan.Wenny mengikuti Aswin mulai dari bidang keuangan hingga perbankan. Mereka berdua telah bekerja sama melakukan banyak hal yang tidak bermoral dan tidak baik.Jika masalah ini benar-benar diselidiki, bukankah mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka di penjara?Pada saat ini, di mana pun Wenny duduk, napasnya terasa sesak karena dia merasa gugup. Tubuhnya terasa lemas dan juga sudah bercucuran keringat dingin.Saat Hisam melihat Aswin juga dibawa ke tempat ini, wajahnya pun langsung menjadi pucat. Dia menatap Surya dengan terkejut.Hisam menyadari jika dirinya sama sekali tidak tahu betapa menakutkannya Surya itu.Mereka adalah orang-orang dari tim pengawas kedisiplinan dan juga benar-benar membawa Aswin
Mendengar itu, Wisnu dan istrinya terkejut.Sekarang, mereka juga tidak tahu siapa yang tidak masuk akal.Pada saat ini, petugas Pasukan Layanan Khusus mengangkat Hisam, lalu memaksanya untuk duduk.Hidung dan mata Hisam sudah bengkak dan memar, juga mengalirkan banyak darah. Hisam memiringkan kepalanya dan bersandar di kursi. Dia bernapas tersengal-sengal, tampak sangat kesakitan.Sementara itu, pria bertato bunga dan yang lainnya begitu ketakutan hingga mengompol. Mereka gemetar dan ambruk ke lantai. Bahkan, di antara mereka ada yang ketakutan sampai menangis.Pada saat ini, Wenny memberikan penjelasan secara terbata-bata.Ternyata Aswin berkolusi dengan seorang pengusaha. Mereka menggunakan identitas Wisnu untuk mengajukan pinjaman sebesar 160 miliar dengan jaminan palsu dan identitas palsu. Begitu pinjaman tersebut cair, mereka berdua langsung membaginya.Kemudian, ketika pinjaman tersebut jatuh tempo, Aswin meminta Wenny untuk menggunakan berbagai cara dan memalsukan dokumen guna
"Ya." Bawahan Raka membawa dua orang itu pergi.Yenny juga berkata dengan nada serius, "Bawa Hisam dan anak buahnya untuk diinterogasi. Cari tahu apakah mereka terlibat dalam aktivitas gelap atau kasus lainnya atau nggak.""Ya." Sekelompok agen khusus menyeret Hisam dan yang lainnya pergi.Saat ini, Raka menatap Wisnu dan istrinya, tidak tahu harus berkata apa.Yenny menghampiri Tesa, lalu berkata dengan pelan, "Bawa mereka untuk istirahat terlebih dulu."Tesa mengangguk, lalu melihat ke arah Wisnu dan istrinya.Dengan perasaan yang sangat lega, Wisnu dan istrinya memberi hormat pada Raka dan Yenny sebelum pergi.Masalah mereka diselesaikan dengan cara yang tidak pernah mereka duga.Hal ini ibarat batu besar yang menekan dada tiba-tiba terlepas, membuat mereka merasa ringan saat berjalan.Setelah semua orang pergi, Yenny dan Raka saling menatap dengan ekspresi bingung di wajah mereka."Kakak sepertinya sedang marah hari ini.""Sangat marah. Apa yang terjadi?""Bagaimana aku tahu?""Bag
Mendengar itu, Surya mengerutkan alisnya.Surya hampir tidak pernah mengurus bisnis di Konsorsium Pelita.Namun, jika terjadi hal yang tidak diinginkan dengan investasi sebesar itu, kemungkinan besar itu kinerja perusahaan juga akan terganggu.Surya berpikir sejenak, lalu berkata, "Pesankan aku tiket penerbangan terdekat. Aku sendiri yang akan pergi ke sana.""Kamu mau pergi sendiri?" tanya Linda dengan sedikit terkejut.Surya mengangguk, lalu berujar, "Kita nggak tahu apa-apa tentang situasi di sana. Jadi, sebaiknya aku pergi menyelamatkan orang dulu, lalu melihat situasi di sana sebelum mulai membentuk angkatan bersenjata."Linda merenung sejenak. Hal ini memang cara terbaik.Terlebih lagi, presdir Grup Hadira Internasional sedang menunggu untuk diselamatkan. Mereka tidak mungkin akan benar-benar menebus presdir itu dengan 200 miliar.Jika mereka memberi tebusan, para penjahat bersenjata akan semakin merajalela.Mereka harus diberikan peringatan keras agar tidak berani mengganggu Gru