Ekspresi wajah Fabian dan Sean langsung berubah drastis.Miko tidak sempat menghalau serangan tersebut. Alhasil, serangan itu pun mengenainya.Dentuman keras menggema, diiringi dengan luapan energi serta cipratan darah di mana-mana.Miko, yang merupakan seorang ahli tahap puncak Alam Spiritual. Dibuat hancur berkeping-keping hanya dengan satu serangan.Keluarga Hartanto merasa senang melihatnya."Tolong kami, Tuan Surya. Mereka ingin menghabisi demi membungkam kami," ujar Tyas.Surya menatapnya lalu menggeleng. Dia lantas beralih menatap Fabian. "Aku akan memafkanmu asal kamu mau mengaku dan memberi mereka ganti rugi.""Mengaku dan memberi mereka ganti rugi?" Sean lebih dulu angkat bicara sebelum Fabian menjawab. Dia lalu tersenyum. "Kamu pikir aku takut padamu?""Hm," Surya menatap Sean dan membalas. "Kamu dan Fabian sudah bekerja sama demi mendapatkan uang dengan cara kotor. Padahal kamu ahli tingkat suci. Memalukan."Ekspresi wajah Sean sudah sangat suram. Dia pun membalas, "Mencapa
Seruling tersebut hanya bisa dimiliki oleh seorang kultivator.Lalu kuburan tempat seruling itu berasal merupakan medan perang di masa lalu. Tempat di mana ada ribuan orang kehilangan nyawa.Kalau bukan karena energi spiritualnya memiliki atribut kekuatan kematian, dia hampir tidak bisa keluar.Seruling ini merupakan senjata yang disemayami ribuan roh di dalamnya.Sean perlu waktu cukup lama sampai akhirnya bisa menggunakannya.Jiwa yang terkurung dalam seruling tersebut merupakan jiwa para prajurit.Itu membuat serangan dari seruling ini semakin sulit ditandingi. Bahkan oleh ahli tingkat suci sekalipun.Itulah alasan kenapa Sean tidak gentar walau tahu kalau Surya juga merupakan seorang ahli tingkat suci.Seruling ini adalah senjata utamanya.Orang-orang yang melihat hal ini pun langsung menjerit ketakutan.Kenapa seseorang bisa mengendalikan roh tak akan mati begini!Tyas bahkan sampai mengompol dan pingsan saking ketakutannya.Ketika Sean melancarkan serangan roh tak akan mati, Sury
Dua palu raksasa itu terayun dan mendatangkan gelombang besar kekuatan yang mengerikan.Sean pun tertawa keras.Inilah kekuatan ahli tingkat suci yang telah mengerahkan seluruh kekuatannya.Dia yakin tak ada yang mampu menghindarinya.Namun, api yang menyelimuti pedang Surya tampak semakin menyala. Lalu dia kembali menebaskan pedangnya ke arah raja roh di depannya.Tebasan tersebut seolah mampu menembus langit.Seolah-olah ruang itu hancur seperti kaca yang pecah, bahkan menjadi serpihan kaca dan menghilang.Raja roh itu meraung keras saat terbelah jadi dua, lalu menghilang begitu saja.Sean tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Kenapa bisa ada kekuatan pikiran yang sekuat ini?Sementara itu, Pedang Petir di tangan Surya tampak menyala dengan lima warna.Yakni warna putih yang menyimbolkan kekuatan spiritual, warna merah yang merupakan Kekuatan Naga, warna ungu yang menggambarkan kekuatan petir, warna abu-abu yang merupakan kekuatan kematian, serta warna hitam kelam sebagai kekuatan
Kali ini, Surya berbalik, melihat kembali ke seluruh Keluarga Hartanto.Tyas dan yang lainnya gemetaran, lalu dengan cepat menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Surya.Saat ini, Dika melangkah maju, berlutut di tanah sembari berkata, "Pak, terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan hidup kami. Aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih.""Nggak perlu berterima kasih, kamu mendapatkan ini karena sudah menukarnya dengan Mahkota Emas. Kita sudah nggak berutang lagi satu sama lain," kata Surya dengan tenang.Meski Dika merasa Mahkota Emas adalah pusaka keluarga, apa artinya itu kalau dibandingkan dengan nyawa seluruh keluarganya?Dika pun buru-buru berkata, "Pak, aku masih punya tabungan 100 miliar. Berikan nomor rekeningmu padaku, aku akan mentransfernya untukmu."Surya hanya bisa menghela napas.Grup Hartanto bisa dibilang adalah perusahaan dengan nilai triliunan. Namun, Dika sebagai salah satu ahli warisnya hanya memiliki tabungan sebesar 100 miliar.Hal ini
Rosa mengangkat bahunya, lalu berkata, "Jangan terlalu bersemangat."Surya menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya perlahan, "Bisakah kamu menceritakan kisah mereka padaku?""Tentu saja."Rosa tersenyum sambil berkata perlahan, "Beberapa puluh tahun yang lalu, dua kultivator yang sangat berbakat muncul di Aerovia. Mereka adalah pasangan suami istri bernama Marvin Pratama dan Beatrice Pratama. Kultivasi mereka sangat tinggi hingga sampai pada tahap langka di dunia ini.""Seberapa langka?""Begini, mereka berdua bisa mengalahkan seluruh tingkat suci di Aerovia. Maksudku, kalau semua tingkat suci disatukan."Surya memandang Rosa dengan ekspresi kaget.Surya juga bisa mengalahkan ahli tingkat suci.Namun, kedua orang itu bahkan dapat mengalahkan semua tingkat suci yang bersatu. Mungkin kekuatan keduanya telah melampaui batasan manusia.Rosa tersenyum, lalu melanjutkan, "Ya, seperti yang kamu pikirkan.""Lalu, apa yang terjadi?" tanya Surya sambil terus menatap Rosa.Rosa menghela napas, l
"Kalau begitu, tunggu sampai mereka menjadi lebih kuat baru dibicarakan lagi.""Organisasi Cahaya Dewa, Pemimpin Suci tua yang nggak mati-mati itu tampaknya juga bukan orang yang baik."Surya menatap Rosa, lalu berkata perlahan, "Itu adalah organisasi terbesar di dunia, organisasi resmi.""Kalau memang organisasi resmi, kenapa Constantin diusir?""Nggak tahu, aku juga nggak mau tahu.""Ada banyak bahaya yang belum kita ketahui, yang sedang mengintai di dunia ini. Menurutku, kamu harus memimpin Organisasi Tongin, lalu bersiap menghadapi masa depan.""Maaf, aku benar-benar nggak punya waktu. Aku sudah cukup sibuk dengan masalah di sekitarku.""Kamu nggak berani menghadapinya?"Surya berbalik, memandang Rosa, lalu berkata, "Aku nggak pernah takut pada siapa pun atau pada apa pun."Rosa mengangkat bahu, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku bisa melihatnya.""Aku mau jalan-jalan sendiri," kata Surya.Rosa menghentikan langkahnya, membiarkan Surya berjalan maju sendirian.Setelah beberapa saa
Surya tersenyum dingin, lalu bertanya, "Bagaimana kalau aku nggak pergi?"Pria bertato itu terdiam sesaat, tidak bisa berkata-kata. Karena aura Surya tidak seperti orang biasa, membuat dia merasa sedikit takut tanpa alasan.Saat ini, Surya mendengus dingin, lalu menatap Wisnu dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Saat ini, Wisnu sepertinya sedang berjuang keluar dari keinginannya untuk mati. Dia menganggap Surya sebagai tempat curhatnya."Kak, tolong kamu bantu kami. Kami berdua hanya buruh, belum pernah mengambil pinjaman apa pun. Tapi lebih dari sebulan yang lalu, kami tiba-tiba menerima surat peringatan dari bank yang menyatakan kalau pinjaman kami sebesar 160 miliar sudah jatuh tempo. Mereka meminta kami untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Tapi kami nggak pernah meminjam uang dengan jumlah ini sama sekali," cerita Wisnu sambil menangis.Surya mengerutkan kening, lalu bertanya, "Apa kalian nggak pergi ke bank untuk membuktikannya?""Kami sudah pergi ke bank, tapi mereka bilang kal
Hal ini sebenarnya adalah operasi sehari-hari mereka.Mereka akan terus mengancam, mengintimidasi dan mengganggu setiap harinya sampai orang-orang membayar kembali uangnya.Saat ini, Surya berkata pada Wisnu, "Ayo pergi. Kita harus tetap hidup dan menyelesaikan segala masalah. Hadapi saja dengan berani.""Bolehkah aku bertanya? Apa pekerjaanmu, Kak?" tanya istrinya Wisnu dengan hati-hati.Surya menjawab dengan tenang, "Kamu nggak perlu tahu. Kamu hanya perlu tahu kalau masalah kecilmu ini nggak ada apa-apanya di hadapanku."Melihat betapa percaya dirinya Surya, Wisnu dan istrinya tampak mulai sedikit yakin. Mereka mengangguk dengan penuh semangat.Surya memberi isyarat agar mereka mengikutinya ke tempat parkir Pulau Aora.Kemudian, mereka masuk ke mobil Surya, lalu melaju menuju kota.Tak lama kemudian, di bawah arahan Wisnu, Surya berhenti di depan pintu sebuah bank.Mereka turun dari mobil, lalu Surya memimpin untuk berjalan masuk ke dalam bank.Wisnu dan istrinya yang membawa anak m