Kali ini, Surya berbalik, melihat kembali ke seluruh Keluarga Hartanto.Tyas dan yang lainnya gemetaran, lalu dengan cepat menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Surya.Saat ini, Dika melangkah maju, berlutut di tanah sembari berkata, "Pak, terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan hidup kami. Aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih.""Nggak perlu berterima kasih, kamu mendapatkan ini karena sudah menukarnya dengan Mahkota Emas. Kita sudah nggak berutang lagi satu sama lain," kata Surya dengan tenang.Meski Dika merasa Mahkota Emas adalah pusaka keluarga, apa artinya itu kalau dibandingkan dengan nyawa seluruh keluarganya?Dika pun buru-buru berkata, "Pak, aku masih punya tabungan 100 miliar. Berikan nomor rekeningmu padaku, aku akan mentransfernya untukmu."Surya hanya bisa menghela napas.Grup Hartanto bisa dibilang adalah perusahaan dengan nilai triliunan. Namun, Dika sebagai salah satu ahli warisnya hanya memiliki tabungan sebesar 100 miliar.Hal ini
Rosa mengangkat bahunya, lalu berkata, "Jangan terlalu bersemangat."Surya menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya perlahan, "Bisakah kamu menceritakan kisah mereka padaku?""Tentu saja."Rosa tersenyum sambil berkata perlahan, "Beberapa puluh tahun yang lalu, dua kultivator yang sangat berbakat muncul di Aerovia. Mereka adalah pasangan suami istri bernama Marvin Pratama dan Beatrice Pratama. Kultivasi mereka sangat tinggi hingga sampai pada tahap langka di dunia ini.""Seberapa langka?""Begini, mereka berdua bisa mengalahkan seluruh tingkat suci di Aerovia. Maksudku, kalau semua tingkat suci disatukan."Surya memandang Rosa dengan ekspresi kaget.Surya juga bisa mengalahkan ahli tingkat suci.Namun, kedua orang itu bahkan dapat mengalahkan semua tingkat suci yang bersatu. Mungkin kekuatan keduanya telah melampaui batasan manusia.Rosa tersenyum, lalu melanjutkan, "Ya, seperti yang kamu pikirkan.""Lalu, apa yang terjadi?" tanya Surya sambil terus menatap Rosa.Rosa menghela napas, l
"Kalau begitu, tunggu sampai mereka menjadi lebih kuat baru dibicarakan lagi.""Organisasi Cahaya Dewa, Pemimpin Suci tua yang nggak mati-mati itu tampaknya juga bukan orang yang baik."Surya menatap Rosa, lalu berkata perlahan, "Itu adalah organisasi terbesar di dunia, organisasi resmi.""Kalau memang organisasi resmi, kenapa Constantin diusir?""Nggak tahu, aku juga nggak mau tahu.""Ada banyak bahaya yang belum kita ketahui, yang sedang mengintai di dunia ini. Menurutku, kamu harus memimpin Organisasi Tongin, lalu bersiap menghadapi masa depan.""Maaf, aku benar-benar nggak punya waktu. Aku sudah cukup sibuk dengan masalah di sekitarku.""Kamu nggak berani menghadapinya?"Surya berbalik, memandang Rosa, lalu berkata, "Aku nggak pernah takut pada siapa pun atau pada apa pun."Rosa mengangkat bahu, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku bisa melihatnya.""Aku mau jalan-jalan sendiri," kata Surya.Rosa menghentikan langkahnya, membiarkan Surya berjalan maju sendirian.Setelah beberapa saa
Surya tersenyum dingin, lalu bertanya, "Bagaimana kalau aku nggak pergi?"Pria bertato itu terdiam sesaat, tidak bisa berkata-kata. Karena aura Surya tidak seperti orang biasa, membuat dia merasa sedikit takut tanpa alasan.Saat ini, Surya mendengus dingin, lalu menatap Wisnu dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Saat ini, Wisnu sepertinya sedang berjuang keluar dari keinginannya untuk mati. Dia menganggap Surya sebagai tempat curhatnya."Kak, tolong kamu bantu kami. Kami berdua hanya buruh, belum pernah mengambil pinjaman apa pun. Tapi lebih dari sebulan yang lalu, kami tiba-tiba menerima surat peringatan dari bank yang menyatakan kalau pinjaman kami sebesar 160 miliar sudah jatuh tempo. Mereka meminta kami untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Tapi kami nggak pernah meminjam uang dengan jumlah ini sama sekali," cerita Wisnu sambil menangis.Surya mengerutkan kening, lalu bertanya, "Apa kalian nggak pergi ke bank untuk membuktikannya?""Kami sudah pergi ke bank, tapi mereka bilang kal
Hal ini sebenarnya adalah operasi sehari-hari mereka.Mereka akan terus mengancam, mengintimidasi dan mengganggu setiap harinya sampai orang-orang membayar kembali uangnya.Saat ini, Surya berkata pada Wisnu, "Ayo pergi. Kita harus tetap hidup dan menyelesaikan segala masalah. Hadapi saja dengan berani.""Bolehkah aku bertanya? Apa pekerjaanmu, Kak?" tanya istrinya Wisnu dengan hati-hati.Surya menjawab dengan tenang, "Kamu nggak perlu tahu. Kamu hanya perlu tahu kalau masalah kecilmu ini nggak ada apa-apanya di hadapanku."Melihat betapa percaya dirinya Surya, Wisnu dan istrinya tampak mulai sedikit yakin. Mereka mengangguk dengan penuh semangat.Surya memberi isyarat agar mereka mengikutinya ke tempat parkir Pulau Aora.Kemudian, mereka masuk ke mobil Surya, lalu melaju menuju kota.Tak lama kemudian, di bawah arahan Wisnu, Surya berhenti di depan pintu sebuah bank.Mereka turun dari mobil, lalu Surya memimpin untuk berjalan masuk ke dalam bank.Wisnu dan istrinya yang membawa anak m
Surya menatap Wenny, lalu mengerutkan kening sambil berkata, "Kami hanya ingin melihat tanda tangan pinjaman, membuat salinannya, lalu menggunakannya untuk pengujian tulisan tangan. Mananya yang membuat masalah?""Pak, ini adalah bank. Kamu nggak bisa melihat semua dokumen ini hanya karena kamu mau," kata Wenny sambil memandang Surya dengan tatapan merendahkan.Surya berkata perlahan, "Sebagai orang yang terlibat, apa kami juga nggak memiliki hak untuk ini?""Kamu bisa melalui prosedur hukum. Tapi izinkan aku memberitahumu, proses ini nggak akan memengaruhi proses penagihan," kata Wenny dengan dingin.Surya merasakan kemarahan yang tak bisa dijelaskan di hatinya.Proses hukum untuk masalah seperti ini pasti akan memakan waktu yang lama.Terlebih lagi, dengan kekuatan pribadi Wisnu, dia tidak mungkin bisa melawan pihak bank.Meskipun mereka mengikuti prosedur hukum, juga tidak akan ada hasilnya.Namun, selama waktu ini, proses penagihan tidak akan berhenti. Sekarang Keluarga Wisnu sudah
Surya mudah saja mengurus bank itu.Tepat setelah Surya pergi, Wenny datang ke kantor pimpinan.Pimpinan bank, Aswin Damari, adalah seorang pria gemuk berusia lima puluhan. Saat ini, dia sedang melihat sebuah dokumen.Melihat Wenny masuk, Aswin mengerutkan kening sambil bertanya, "Kenapa kamu nggak mengetuk pintu?""Pak."Wenny mendengus, menutup pintu, lalu langsung duduk di sebelah Aswin. Dia mengusapkan dadanya di lengan Aswin."Wisnu datang lagi. Kali ini dia datang bersama seorang pemuda. Pemuda itu mengancam kita, meminta kita menyiapkan dokumen yang mereka minta dalam waktu tiga hari. Dia bilang kalau kita nggak menyiapkannya, seseorang akan masuk penjara."Ketika Aswin mendengar ini, dia segera meletakkan dokumen di tangannya dengan ekspresi serius.Aswin tentu saja mengetahui jelas tentang masalah uang ini.Seseorang mencuri informasi identitas Wisnu dan istrinya untuk mengambil pinjaman.Selain itu, orang yang mencuri informasi tersebut memiliki hubungan dekat dengan Aswin. A
Surya memimpin keluarga Wisnu ke kamarnya, lalu mempersilakan mereka duduk.Wisnu dan istrinya terlihat sangat tegang. Mereka baru menyadari bahwa Surya tenyata memiliki tanah yang begitu luas. Surya pasti sangat kaya, tapi dia sama sekali tidak menunjukkannya."Nggak perlu gugup. Nanti aku akan meminta seseorang mengatur tempat tinggal untuk kalian. Kalian akan tinggal di sini selama beberapa hari ke depan sampai masalah ini terselesaikan," kata Surya sambil tersenyum.Wisnu berkata dengan ekspresi yang masih terlihat gugup, "Pak Surya, kami benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu. Kalau kamu benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini, kamu akan menjadi penyelamat keluarga kami.""Ya, Pak Surya. Pak Surya harus membantu kami," kata istri Wisnu sambil menangis.Surya menjawab perlahan, "Karena aku sudah turun tangan, aku tentu saja akan mengurusnya sampai akhir. Jangan khawatir."Pasangan itu mengangguk. Mereka duduk di sana sambil memeluk anak mereka dengan masih