Surya berdiri di udara dan melihat pulau yang tenggelam di bawah. Dia menggertakkan gigi sambil berkata, "Nggak, aku nggak bisa menunggu tiga bulan lagi. Hari ini, aku akan pergi ke pulau itu."Setelah berkata demikian, Surya segera terbang turun dari udara. Ketika dia hendak mendekati pulau itu, perisai pertahanan emas muncul di atas pulau dan langsung menghalangi Surya."Nggak mudah untuk menghalangiku!"Surya meninju perisai pertahanan dengan satu pukulan. Naga emas muncul, tetapi langsung berubah menjadi bubuk dan diserap oleh perisai pertahanan tersebut. Perisai pertahanan itu memancarkan aura yang sangat familier bagi Surya."Aura naga?"Surya merasa ragu-ragu selama dua detik dan bergumam dengan kaget, "Ini adalah perisai pertahanan yang dibentuk oleh aura naga. Apa mungkin satu-satunya cara untuk memasuki pulau itu adalah melalui induksi aura naga?"Pada saat ini, pria tua berjubah putih di atas meja batu itu menatap Surya seraya berkata, "Sepertinya kamu cukup cerdas, tapi kal
"Aku ...."Surya hendak membela diri, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa. Pria tua berjubah putih itu memandang Surya dengan saksama, lalu berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu nggak mau susah, cepat pergi dari sini. Menyerah saja buat misi kaldron nagamu, berikan kesempatan itu buat mereka yang memang ditakdirkan untuk menyelesaikan misinya. Dengan begitu, kita pun sama-sama enak.""Kamu!"Surya memandang pria tua itu dengan marah sambil berkata, "Kalau begitu, aku akan menurut pada Senior. Tapi, sebelum bertarung, aku mau bertanya. Kalau aku bisa mengalahkanmu, aku bisa mendapatkan kaldron sembilan naga, 'kan?"Pria tua berjubah putih itu menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Misimu adalah mengalahkan kelima Iblis Malam yang muncul di ruang tanpa malam setiap kali kegelapan menyelimuti.""Selama kamu membunuh kelima Iblis Malam itu, aku akan memberimu pecahan kaldron naga yang kamu inginkan. Tapi, hanya kultivator Klan Naga saja yang bisa memasuki ruang tanpa malam.""Se
Setumpuk kayu bakar sudah didirikan di alun-alun. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang kelihatannya baru berusia lima atau enam tahun diikat pada tiang kayu. Kedua anak itu terus menangis sambil berseru, "Ibu!""Ibu, aku nggak mau mati!""Aku mau hidup, Ibu!"..."Anakku!""Ibu!"Dua orang wanita pun berlari ke depan sambil menangis. Salah satu dari wanita itu mencengkeram kerah seorang pria yang memegang obor dan berkata dengan marah, "Keparat kamu, Jihad Noros! Kenapa? Kenapa kamu ingin menyakiti anak-anak kami? Mereka bahkan baru berumur enam tahun! Dasar bajingan!"Jihad adalah pria yang bertubuh kuat, dia langsung mendorong wanita itu hingga terjatuh ke atas tanah. Beberapa wanita lainnya pun bergegas melangkah maju untuk membantu wanita itu. Mereka berlutut di tanah sambil berkata, "Kak Adel, sudah tiga tahun hujan nggak turun di desa ini. Kalau terus begini, kita semua akan mati kelaparan. Jihad juga nggak mau seperti ini, tapi sebagai kepala desa, dia harus mengambil tind
"Lagian, masa iya kita mengorbankan tubuh manusia fana demi langit? Menurutku, kita nggak boleh menyiksa anak-anak kita. Kalau kita tulus berdoa meminta hujan, Raja Naga pasti akan berbelas kasihan kepada kita dan langsung menurunkan hujan."Semua orang saling berpendapat. Mereka setuju bahwa anak-anak tidak boleh lagi dijadikan korban dan mereka harus mencari cara lain untuk memberikan korban bagi Raja Naga. Si wanita cantik yang bertubuh ramping itu pun menoleh menatap Jihad dengan ekspresi protes.Sebersit niat membunuh pun melintas di sorot tatapan Jihad. Dia menatap semua orang, lalu kepada Surya. Dia segera berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Kawan, wajahmu kelihatan asing. Kamu pasti bukan penduduk desa kami, 'kan?"Surya tertegun sesaat, lalu menjawab, "Iya, bukan. Aku kebetulan lagi lewat dan melihat apa yang kalian lakukan. Tapi, karena Raja Naga sudah muncul, tolong lepaskan kedua anak itu.""Eh ...."Ekspresi Jihad pun terlihat kikuk. Surya tahu Jihad menyimpan niat lain,
Surya menunduk menatap tali yang mengikatnya dan tersenyum kecil. Dia sebenarnya bisa memutuskan tali ini hanya dengan mengerahkan sedikit tenaga, tetapi dia tahu harus bersikap kooperatif dan berpura-pura berdoa memohon hujan untuk membuat para penduduk desa puas.Saat sedang berpikir, tiba-tiba Surya mendengar tangisan pilu seorang anak dari alun-alun desa di luar sana. Suara tangisannya terdengar sangat tidak biasa, jadi Surya bergegas membebaskan diri dari ikatannya dan keluar.Setibanya di alun-alun, dia melihat kobaran api di sana. Tangisan anak-anak terdengar dari dalam kobaran api itu, sebelum akhirnya perlahan-lahan senyap.Para penduduk desa yang mendengar bunyi langkah kaki pun menoleh ke belakang dan melihat ke arah Surya.Seorang wanita berlari menghampiri, lalu berlutut di depan Surya dan berkata sambil menangis, "Pe ... Pendeta Tao, tolong ... tolong berikan keadilan untuk Kak Lia dan Kak Adel."Lia dan Adel adalah ibu dari sepasang anak laki-laki dan perempuan yang kema
Di tengah seruan semua orang, hujan pun turun dengan lebat. Surya menengadah menatap para penduduk desa yang bergegas ke arahnya dengan dingin, lalu memutar tangan kanannya mengeluarkan Pedang Naga Iblis dan berseru dengan dingin, "Kalian semua nggak pantas jadi manusia! Mati saja kalian!"Surya pun mengayunkan Pedang Naga Iblisnya dan membunuh satu per satu penduduk desa yang menyerangnya. Cahaya putih dari bilah pedang terus berkilat. Satu menit kemudian, ratusan penduduk desa itu sudah tewas terbunuh.Hujan yang lebat pun menghanyutkan darah yang menodai tanah. "Ctaarr!" Petir menyambar ke arah Surya. Surya mengulurkan tangan kanannya dengan kesal dan menangkap petir itu di tengah udara. Beberapa detik kemudian, guntur dan kilat pun menghilang. Hujan deras itu juga berhenti dan awan hitamnya juga lenyap.Surya meninggalkan Desa Leri dengan kecewa dan terus berjalan melewati pegunungan dan ladang. Dia jadi merasa menyesal dengan apa yang terjadi di Desa Leri. Seandainya saja waktu it
Surya berhasil mengelak. "Brak!" Bunyi yang kencang pun terdengar, keranjang apel di belakang Surya langsung hancur berkeping-keping. Potongan kayu dan apel beterbangan ke mana-mana.Begitu melihat apel kesukaannya berserakan di atas tanah, sebersit cahaya dingin pun melintas di mata monster kelelawar itu. Dia kembali mengayunkan senjatanya ke arah Surya.Kali ini, ayunan senjatanya dua kali lebih cepat. Meskipun begitu, Surya lebih cepat menghindar. "Bang!" Sebuah lubang besar pun tercipta di atas tanah. Monster kelelawar itu menarik kembali senjatanya dan mengayunkannya ke SuryaMonster kelelawar itu terlihat sangat fasih menggunakan senjatanya. Dia terus-menerus menyerang Surya, sampai-sampai kios-kios di sekitarnya hancur berkeping-keping dan semua barang yang dijajakan berantakan ke atas lantai."Brak!"Senjata si monster kelelawar pun menghancurkan sebuah kios yang menjual bebek panggang. Surya melompat ke udara bertepatan dengan seekor bebek panggang terbang ke arahnya. Surya me
"Brengsek!"Surya menggertakkan giginya, lalu terbang ke udara. Dia mengangkat Pedang Naga Iblisnya untuk mengadang senjata monster kelelawar itu. "Trang!" ajaib di tangannya dan memblokir palu meteor di tangan monster kelelawar itu dengan suara "dentang".Surya yang sedari tadi hanya bertahan pun berbalik menyerang. Dia mengayunkan pedangnya, sementara si monster kelelawar berusaha menahan energi pedang Surya dengan rantai besi senjatanya.Surya tersenyum kecil. Mana mungkin rantai besi itu bisa menahan energi pedangnya? Pedang Naga Iblis adalah mantra tingkat tinggi di dalam ruang.Sesaat kemudian, Surya tertegun melihat apa yang terjadi. Begitu energi pedangnya mengenai rantai besi senjata si monster kelelawar, energinya langsung terserap dan malah mengalir masuk ke tangan monster kelelawar itu untuk kemudian diubah menjadi energi si monster kelelawar."Groooaaarrrr!"Monster kelelawar itu mengaum dengan kencang, sepertinya dia tahu betapa berbahayanya Surya. Ia pun kembali mengayun