Setumpuk kayu bakar sudah didirikan di alun-alun. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang kelihatannya baru berusia lima atau enam tahun diikat pada tiang kayu. Kedua anak itu terus menangis sambil berseru, "Ibu!""Ibu, aku nggak mau mati!""Aku mau hidup, Ibu!"..."Anakku!""Ibu!"Dua orang wanita pun berlari ke depan sambil menangis. Salah satu dari wanita itu mencengkeram kerah seorang pria yang memegang obor dan berkata dengan marah, "Keparat kamu, Jihad Noros! Kenapa? Kenapa kamu ingin menyakiti anak-anak kami? Mereka bahkan baru berumur enam tahun! Dasar bajingan!"Jihad adalah pria yang bertubuh kuat, dia langsung mendorong wanita itu hingga terjatuh ke atas tanah. Beberapa wanita lainnya pun bergegas melangkah maju untuk membantu wanita itu. Mereka berlutut di tanah sambil berkata, "Kak Adel, sudah tiga tahun hujan nggak turun di desa ini. Kalau terus begini, kita semua akan mati kelaparan. Jihad juga nggak mau seperti ini, tapi sebagai kepala desa, dia harus mengambil tind
"Lagian, masa iya kita mengorbankan tubuh manusia fana demi langit? Menurutku, kita nggak boleh menyiksa anak-anak kita. Kalau kita tulus berdoa meminta hujan, Raja Naga pasti akan berbelas kasihan kepada kita dan langsung menurunkan hujan."Semua orang saling berpendapat. Mereka setuju bahwa anak-anak tidak boleh lagi dijadikan korban dan mereka harus mencari cara lain untuk memberikan korban bagi Raja Naga. Si wanita cantik yang bertubuh ramping itu pun menoleh menatap Jihad dengan ekspresi protes.Sebersit niat membunuh pun melintas di sorot tatapan Jihad. Dia menatap semua orang, lalu kepada Surya. Dia segera berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Kawan, wajahmu kelihatan asing. Kamu pasti bukan penduduk desa kami, 'kan?"Surya tertegun sesaat, lalu menjawab, "Iya, bukan. Aku kebetulan lagi lewat dan melihat apa yang kalian lakukan. Tapi, karena Raja Naga sudah muncul, tolong lepaskan kedua anak itu.""Eh ...."Ekspresi Jihad pun terlihat kikuk. Surya tahu Jihad menyimpan niat lain,
Surya menunduk menatap tali yang mengikatnya dan tersenyum kecil. Dia sebenarnya bisa memutuskan tali ini hanya dengan mengerahkan sedikit tenaga, tetapi dia tahu harus bersikap kooperatif dan berpura-pura berdoa memohon hujan untuk membuat para penduduk desa puas.Saat sedang berpikir, tiba-tiba Surya mendengar tangisan pilu seorang anak dari alun-alun desa di luar sana. Suara tangisannya terdengar sangat tidak biasa, jadi Surya bergegas membebaskan diri dari ikatannya dan keluar.Setibanya di alun-alun, dia melihat kobaran api di sana. Tangisan anak-anak terdengar dari dalam kobaran api itu, sebelum akhirnya perlahan-lahan senyap.Para penduduk desa yang mendengar bunyi langkah kaki pun menoleh ke belakang dan melihat ke arah Surya.Seorang wanita berlari menghampiri, lalu berlutut di depan Surya dan berkata sambil menangis, "Pe ... Pendeta Tao, tolong ... tolong berikan keadilan untuk Kak Lia dan Kak Adel."Lia dan Adel adalah ibu dari sepasang anak laki-laki dan perempuan yang kema
Di tengah seruan semua orang, hujan pun turun dengan lebat. Surya menengadah menatap para penduduk desa yang bergegas ke arahnya dengan dingin, lalu memutar tangan kanannya mengeluarkan Pedang Naga Iblis dan berseru dengan dingin, "Kalian semua nggak pantas jadi manusia! Mati saja kalian!"Surya pun mengayunkan Pedang Naga Iblisnya dan membunuh satu per satu penduduk desa yang menyerangnya. Cahaya putih dari bilah pedang terus berkilat. Satu menit kemudian, ratusan penduduk desa itu sudah tewas terbunuh.Hujan yang lebat pun menghanyutkan darah yang menodai tanah. "Ctaarr!" Petir menyambar ke arah Surya. Surya mengulurkan tangan kanannya dengan kesal dan menangkap petir itu di tengah udara. Beberapa detik kemudian, guntur dan kilat pun menghilang. Hujan deras itu juga berhenti dan awan hitamnya juga lenyap.Surya meninggalkan Desa Leri dengan kecewa dan terus berjalan melewati pegunungan dan ladang. Dia jadi merasa menyesal dengan apa yang terjadi di Desa Leri. Seandainya saja waktu it
Surya berhasil mengelak. "Brak!" Bunyi yang kencang pun terdengar, keranjang apel di belakang Surya langsung hancur berkeping-keping. Potongan kayu dan apel beterbangan ke mana-mana.Begitu melihat apel kesukaannya berserakan di atas tanah, sebersit cahaya dingin pun melintas di mata monster kelelawar itu. Dia kembali mengayunkan senjatanya ke arah Surya.Kali ini, ayunan senjatanya dua kali lebih cepat. Meskipun begitu, Surya lebih cepat menghindar. "Bang!" Sebuah lubang besar pun tercipta di atas tanah. Monster kelelawar itu menarik kembali senjatanya dan mengayunkannya ke SuryaMonster kelelawar itu terlihat sangat fasih menggunakan senjatanya. Dia terus-menerus menyerang Surya, sampai-sampai kios-kios di sekitarnya hancur berkeping-keping dan semua barang yang dijajakan berantakan ke atas lantai."Brak!"Senjata si monster kelelawar pun menghancurkan sebuah kios yang menjual bebek panggang. Surya melompat ke udara bertepatan dengan seekor bebek panggang terbang ke arahnya. Surya me
"Brengsek!"Surya menggertakkan giginya, lalu terbang ke udara. Dia mengangkat Pedang Naga Iblisnya untuk mengadang senjata monster kelelawar itu. "Trang!" ajaib di tangannya dan memblokir palu meteor di tangan monster kelelawar itu dengan suara "dentang".Surya yang sedari tadi hanya bertahan pun berbalik menyerang. Dia mengayunkan pedangnya, sementara si monster kelelawar berusaha menahan energi pedang Surya dengan rantai besi senjatanya.Surya tersenyum kecil. Mana mungkin rantai besi itu bisa menahan energi pedangnya? Pedang Naga Iblis adalah mantra tingkat tinggi di dalam ruang.Sesaat kemudian, Surya tertegun melihat apa yang terjadi. Begitu energi pedangnya mengenai rantai besi senjata si monster kelelawar, energinya langsung terserap dan malah mengalir masuk ke tangan monster kelelawar itu untuk kemudian diubah menjadi energi si monster kelelawar."Groooaaarrrr!"Monster kelelawar itu mengaum dengan kencang, sepertinya dia tahu betapa berbahayanya Surya. Ia pun kembali mengayun
"Wahai petualang muda, kamu salah besar sudah masuk ke ruang tanpa malam ini. Tapi, karena kamu sudah membantuku keluar, akan kubuat kamu mati dengan lebih mudah."Surya menatap sosok yang mendadak muncul itu sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kamu ini manusia atau kelelawar? Kamu masih mau bertarung?""Hehehe."Sosok hitam itu tertawa terbahak-bahak, lalu menjawab, "Aku bisa merasakan perasaanmu, sepertinya kamu adalah orang yang menjunjung tinggi keadilan. Sayangnya, membunuh selama berada di ruang tengah dan atas membuat orang-orang jadi mati rasa. Mereka yang menjunjung keadilan nggak layak masuk ke ruang tengah ataupun atas. Jadi, kamu pasti akan kalah dalam pertarungan ini.""Tapi, sebelum pertarungan dimulai, ada yang harus kulakukan terlebih dahulu!"Setelah itu, si sosok hitam mengangkat tangannya sambil melafalkan mantra aneh. Pada saat yang bersamaan, muncullah pusaran awan hitam di atas langit. Aura hitam yang pekat pun turun dari langit dan menyelubungi si monster kelelawa
Surya menatap si manusia kelelawar dan berkata, "Kalau kekuatanmu bisa jadi 10 kali lipat, mungkin saja ...."Manusia kelelawar itu mendadak lenyap, tetapi aura yang kuat mendadak muncul di belakangnya. Aura naga milik Surya pun langsung membentuk sebuah kungkungan kotak yang mengurung manusia kelelawar itu."Duar!"Ruang kubus itu langsung meledak dan serpihannya ke mana-mana. Surya pun langsung menghunuskan pedangnya ke arah si manusia kelelawar di belakangnya.Sesuatu yang tidak terduga pun terjadi. Manusia kelelawar itu menggigit Pedang Naga Iblis milik Surya. Pedang itu pun berubah menjadi aura hitam yang ditelan oleh si manusia kelelawar. Si manusia kelelawar sekalian menghunuskan pedang hitamnya.Tangan kiri Surya pun menusuk pergelangan tangan si manusia kelelawar dengan Tombak Naga Biru sehingga darah hitam monster itu menyembur keluar."Uuurgghhh!"Si manusia kelelawar pun mengerang kesakitan.Surya meninju dada si manusia kelelawar. Naga Emas pun muncul dan memeluk manusia k