Share

Kenyataan yang Mengejutkan

Penulis: Widya Yasmin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ayo, kamu sudah siap?" Seketika aku terhenyak saat mendengar suara Gio.

Aku menatapnya penuh tanya, rupanya aku masih di meja rias. Lalu, apakah tadi hanyalah halusinasiku saja?

"Kamu kenapa? Kok kayak bingung gitu?" tanyanya.

"E..enggak apa-apa."

Meskipun bingung, aku segera menyelesaikan riasanku, lalu beranjak dari tempat duduk. Aku mengikuti Gio menuju mobilnya sembari terus memikirkan halusinasiku tadi. Mengapa bisa tiba-tiba aku memikirkan hal buruk terjadi pada Ayah, padahal tadi aku bukan sedang terlelap.

"Kamu kenapa, sih, kok diem aja?"

"Emm..itu.."

"Maaf karena tadi pagi aku sempat mengabaikanmu."

"Tidak, aku sama sekali tidak memikirkan itu."

"Lalu?" Ia menatapku penuh tanya.

"Entah mengapa perasaanku tak enak, aku terus kepikiran Ayah."

"Coba kamu telpon saja."

Aku mengangguk, lalu segera menelpon Bunda. Untunglah telponku langsung diangkat. Namun, tiba-tiba terdengar suara Bunda yang terdengar tengah terisak.

"Bunda kenapa?" Entah mengapa tiba-tiba aku merasa cemas saat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurjannah
terharu waktu bunda meluk Bianca ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Doa Yang Terwujud

    "Bianca sayang, bunda masih tak percaya dengan semua ini, rasanya seperti mimpi saat bayi bunda yang 25 tahun lalu hilang kini sudah kembali lagi."Bunda terus memelukku dengan erat, sembari menitikkan air mata, sementara aku terus mencubit lengan memastikan bahwa semua ini bukanlah mimpi atau halusinasi."Aaaw!" Aku meringis saat merasa sakit akibat cubitanku sendiri, berarti semua ini nyata."Kenapa, Sayang, apa pelukan bunda terlalu erat, sehingga membuatmu merasa sakit?" Ia tampak cemas dan menatap nanar ke arahku.Mataku seketika berkaca-kaca saat melihat tatapan penuh kasih sayang itu, akhirnya aku bisa melihat seseorang yang menatapku dengan raut cemas dan tatapan peduli."Tanganku terasa sakit setelah kucubit, berarti semua ini bukanlah mimpi.""Iya, Sayang, semua ini bukanlah mimpi." Ia kembali memelukku dengan erat."Ngomong-ngomong, apa kamu punya foto orang yang telah merawatmu selama ini? Soalnya bunda ingin memastikan, apakah dia Ijah dan Sopian atau bukan?" Ia melepaska

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Ketahuan Opa William

    "Kenapa, Sayang?" tanya Gio saat aku menghentikan langkah dan terus menatap ke arah Fitri dan Bu Linda."Bisa, gak kalau kita duduk di sekitaran sini?" "Loh, tapi aku sudah pesan ruang VIP.""Aku maunya disini.""Ya sudah," ujarnya lalu kembali menemui resepsionis, sementara aku masih memantau Fitri.Tidak lama kemudian Gio kembali, lalu kami segera duduk di sebuah meja kosong, sedikit jauh dari tempat Fitri dan Bu Linda, tapi aku masih bisa memantaunya. Saat gio tengah memesan makanan, aku tetap fokus menatap seorang lelaki tua berpenampilan seperti bos besar yang datang bersama dua pengawalnya, ia tampak menghampiri Fitri dan Bu Linda, lalu duduk bersama mereka. Beberapa menit setelah itu, Bu Linda langsung pergi, tinggalah Fitri bersama lelaki tua itu. "Sayang, kamu gak pesan makanan?" tanya Gio."Enggak, kamu aja, aku gak lapar.""Oh, oke," ujarnya.Aku kembali memantau Fitri, kulihat lelaki tua itu mencium punggung tangan Fitri, lalu tidak lama setelah itu ia memberikan sebuah

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Memberi Cincin

    "O..Opa..." Aku langsung terhenyak saat melihat kedatangan Opa William, begitu pula dengan Bunda juga Ayah yang tampak tercekat."Sejak kapan Om ada disana?" tanya Bunda.Opa William berjalan ke arah kami, lalu menatap tajam ke arahku."Apakah dia bukan Bella?" Ia menatapku lekat-lekat dari mata kaki hingga kepala, lalu setelah itu ia melirik tajam ke arah Ayah dan Bunda yang tampak tengah kebingungan memikirkan jawaban dari pertanyaannya."Itu...anu..." Bunda tampak gelagapan, begitu pula denganku yang seketika membeku dan tak bisa berpikir apapun."Ranti, sejak lama saya menganggapmu seperti putri kandung saya sendiri, lalu kamu Hermawan, saya menganggapmu sebagai menantu saya. Tapi mengapa kalian tega membohongi saya?""Aku akan menjelaskan semuanya, tapi aku harap Om bisa tenang," ujar Bunda.Opa William tampak menghela napas, lalu duduk di sebuah kursi."Dia adalah Bianca, kembaran Bella yang telah lama diculik oleh pembantu juga sopir saya saat masih bayi, dia ke Jakarta karena

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Ayah Angkat ke Jakarta

    "K-kamu jangan menceraikan Villia.""Loh, tapi bukankah selama ini kamu sangat menginginkan itu?"Aku terdiam, sebenarnya aku sangat senang jika Gio menceraikan Villia. Namun, dia harus tetap berada di rumah itu selama masa penyelidikan."Gio, sebenarnya saat itu aku dicelakai oleh seseorang."Gio tampak terhenyak saat mendengar ucapanku."M.maksud kamu apa, Bell?""Aku memang belum mengingat semuanya, tapi aku ingat saat seorang lelaki nyaris membunuhku, lalu dia mendorong tubuhku ke jurang. Dia bukan perampok, karena yang dia incar adalah nyawaku.""Bell, kenapa kamu gak mengatakannya saat pertama kali datang ke rumah, mungkin aku dan Opa akan melaporkan semuanya pada polisi, biar pelakunya segera tertangkap.""Entah mengapa aku merasa curiga pada Villia.""V-Villia?"Gio terdiam saat aku mengatakan itu, entah apa yang ia pikirkan."Itulah alasannya aku menginginkan Villia tetap berada di rumahmu, sampai aku mendapatkan bukti bahwa dia pelakunya.""Maafkan aku, Bella. Maaf karena ak

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik

    "Lepaskan aku, Ayah." Aku mencoba untuk melepaskan diri, situasi ini begitu sulit bagiku, karena jika aku meminta tolong pada Pak Jono, maka identitasku akan terbongkar."Kirana, ayah mohon, pulanglah, Nak. Karena kalau tidak, maka ayah akan dibunuh Juragan Karta.""Ayah jahat, ayah tak memikirkan perasaanku.""Lihat luka lebam di wajah ayah, setiap hari ayah selalu dipukuli oleh Juragan Karta karena kamu tak mau menikah dengannya.""Kenapa Ayah gak melaporkan pada kepala desa?""Gak bisa, Kirana, ayah dan ibumu sudah terlanjur menghabiskan uang darinya sebesar 50 juta.""Maaf, Ayah. Aku gak bisa, Ayah dan Ibu tanggung saja semua perbuatan kalian. Karena pasti uang itu kalian gunakan untuk Ratih, Ratna dan Rani.""Kirana, kamu dua pilihan. Ikut ayah pulang atau kamu harus bekerja dengan Fitri, karena dia mau membayarkan hutang kami.""Apa Ayah bilang, bekerja dengan Fitri? Apa Ayah tahu kalau dia itu seorang Kupu-kupu Malam?""Ayah gak peduli," ujarnya sembari mencengkram tanganku."A

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Carlota

    "Keluar kalian semua! Atau kami hancurkan kaca mobil ini!" teriak mereka sembari bersiap memukul kaca mobil dengan balok kayu di tangan masing-masing."Bagaimana ini, Non? Saya tak akan bisa melawan mereka semua." Seluruh tubuh Pak Jono tampak bergetar. Opa pernah mengatakan jika Pak Jono bisa bela diri. Namun, karena jumlah mereka lebih banyak, tampaknya Pak Jono merasa tak sanggup melawan mereka semua. Selain itu postur tubuh mereka tinggi besar dan kekar, sungguh sangat menyeramkan jika mereka membanting tubuhku satu kali saja, mungkin aku seluruh tulang akan langsung retak. Aku bergidik saat membayangkannya."Kita keluar saja, Pak, kita tanyakan apa yang mereka mau.""T..tapi..Non..""Percuma saja jika kita tetap berada di mobil, para penjahat itu akan menghancurkan mobil ini."Akhirnya aku dan Pak Jono keluar dari mobil, meskipun seluruh tubuhku bergetar hebat. "Kalian mau apa?""Nyawamu," ucap mereka sembari tergelak.Tawa mereka terdengar sangat mengerikan, hingga seluruh bul

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Terungkap

    "Apa maksudmu, Carlota? Jangan memperkeruh suasana!" Villia melebarkan matanya pada Carlota.Tiba-tiba dari kejauhan kulihat Leo dan Tiar hendak menuruni tangga. Aku langsung mengirimkan pesan padanya agar ia segera membawa Leo ke kamar. Leo tak boleh mendengar obrolan kami, lagipula ia sudah waktunya untuk tidur. Untunglah Tiar langsung membuka pesan dariku, lalu membawa Leo ke kamar."Ngomong aja, Carlota, kamu gak perlu takut padanya." Aku menghalangi Villia untuk mendekati Carlota."Sebenarnya semalam saya melihat Non Villia dan Herdi berpelukan." Seketika kami semua langsung terhenyak saat mendengar ucapan Carlota, begitu pula dengan Gio."Dia bohong!" Villia tampak berusaha menghentikan Carlota."Lanjutkan, Carlota," ujar Gio."Saya juga sempat mendengar Herdi mengatakan bahwa bayi yang pernah dikandung Non Villia adalah anaknya.""Apa?" Mata Gio membelalak. Kami semua menoleh ke arah Villia, apa yang dikatakan Carlota benar-benar membuatku juga semua orang tercengang."Bohong!

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Mengungkap Semuanya

    "Apa?! Bela sudah meninggal?" tanya Oma Sandra yang tampak tercengang."Sayang, kamu bercanda, kan?" Gio menatapku sembari mengernyitkan dahi, tampaknya ia masih tak percaya dengan ucapanku."Kami tak mungkin bercanda dengan semua ini. Aku Bianca, kembaran Bella. Sementara Bella sudah meninggal di jurang. Semua itu gara-gara kamu! Karena saat Bella beberapa kali menelponmu untuk meminta pertolongan, kamu malah mengabaikan telponnya.""Bella..." Gio langsung berlutut, kulihat ada raut penyesalan di wajahnya."Jangan melempar kesalahan pada Gio. Kamu dan keluargamu telah menipu kami dengan berpura-pura menjadi Bella," ujar Mama Clara."Kedatanganku ke rumah ini adalah untuk menyelidiki siapa pembunuh Bella, bukan menipu kalian semua. Karena sekarang pelakunya sudah tertangkap, maka tugasku sudah selesai.""Bianca, meskipun kamu bukan Bella, kamu tetaplah cucu Wirawan, jadi kamu memiliki hak atas rumah ini," ujar Opa William tiba-tiba hingga membuat semua orang terhenyak."Kenapa Opa tam

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Lelaki Yang Bersama Mama Clara

    Selama dalam perjalanan, Gio hanya terdiam, ekspresi wajahnya sama persis seperti semalam."Apa sejak malam kamu terus termenung karena telah mengetahui sesuatu?" Aku memberanikan diri untuk bertanya."Maksud kamu?""Bagaimana jika pelaku yang sebenarnya adalah mama kamu?""Siapapun pelakunya, dia tetap harus mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya. Namun...."Aku melihat ada raut kepedihan saat ia mengatakannya, lalu setelah itu ia kembali fokus menyetir."Namun kenapa, Gio?""Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Mama pelakunya.""Tapi kamu bersedia, kan, untuk membantuku menyelidikinya?"Ia mengangguk, tetapi kulihat ada gurat kepedihan di wajahnya.Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya jika benar Mama Clara adalah dalang dibalik kematian Bella. Hati Gio pasti akan sangat hancur ketika wanita yang telah melahirkannya dipenjara, terlebih ia telah kehilangan ayahnya ketika ia berusia 5 tahun.Opa William pernah bercerita bahwa kakekku meninggal ketika Be

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Pengakuan Villia Pada Gio

    "Bagaimana caranya kamu tahu kalau aku dibawa ke hutan?" tanyaku pada Gio di dalam mobil setelah sejak tadi ia hanya diam."Tadi kebetulan aku sedang berada di jalan, pulang meeting. Lalu Tiar mengabarkan bahwa kamu diculik, ia shar location juga memberitahukan plat mobil si penculik. Setelah itu aku langsung mengejar sambil menelpon polisi.""Gio, untuk kedua kalinya, aku sangat berterima kasih karena lagi-lagi kamu menyelamatkanku.""Iya." Ia hanya menjawab datar sembari fokus menyetir, aku jadi semakin curiga jika ia menyembunyikan sesuatu dariku.Tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di rumah, tampak Opa William dan semua orang menyambut kedatanganku."Mamaaa!" teriak Leo yang langsung menghambur ke pelukanku sembari berlinang air mata.Aku langsung memeluknya dengan erat, untunglah penculik tadi tidak menyakitinya sedikit pun."Saat Tiar mengatakan bahwa kamu diculik, jujur saja opa sangat khawatir sama kamu." Opa William menatapku nanar sembari sesekali memegangi dadan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Penyelamat

    Dalam keadaan tubuh terikat dan mulut yang disumpal kain, aku menyandarkan kepala di jok mobil. Seluruh tubuh ini dibanjiri keringat, sementara dadaku terasa berguncang hebat memikirkan apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Kulihat para penjahat itu tertawa riang sembari melajukan mobil yang membawaku entah kemana. Sesekali terdengar obrolan mereka yang membuatku seketika bergidik ngeri."Sebelum kita singkirkan, kita nikmati dulu dia," ujar seorang lelaki berkepala botak yang sejak tadi menatapku penuh nafsu."Tentu saja, hari ini kita akan berpesta." Yang lainnya ikut menyahut, lalu setelah itu mereka kembali tertawa hingga membuat darah di tubuhku seakan berhenti mengalir.Jika harus memilih, aku lebih baik memilih mati daripada harus menjadi budak nafsu mereka. Mobil yang membawaku terus melaju menjauh dari keramaian kota, lalu mataku membelalak saat kulihat deretan pepohonan yang begitu rimbun disertai suara burung dan binatang alam lainnya, pertanda mobil ini memasuki kawasa

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Diculik Lagi

    Setelah jam besuk berakhir, aku segera pulang. Selama di perjalanan, aku masih terus kepikiran ucapan Villia yang mengatakan bahwa pelaku sebenarnya bukanlah dia. Hatiku bertanya-tanya, jika bukan dia, lalu siapa lagi?"Non, sekarang kita kemana?" tanya Pak Jono."Kita ke sekolah Leo aja.""Baik, Non."Setelah itu ia melajukan mobilnya menuju sekolah Leo, lalu tidak lama kemudian, kami telah tiba. Setibanya di sana, kebetulan sudah waktunya jam istirahat. Tampak Tiar sedang menyuapi Leo makan."Hai Sayang." Aku berjalan menghampirinya.Leo menoleh, lalu seketika senyumnya mengembang saat melihatku."Mamaaa!" Leo langsung merentangkan tangannya lalu memelukku."Kok makannya disuapin? Leo kan anak pintar, harusnya makan sendiri." Aku mengelus lembut rambutnya."Oh, iya, kan bentar lagi aku jadi kakak, jadi aku harus makan sendiri." Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia begitu ngotot untuk mendapatkan adik, sementara aku dan Gio tidak memiliki hubungan apapun."Sini

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Bukan Villia Pelakunya

    "Leo Sayang. Hari ini mama capek banget. Mama istirahat dulu, ya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama bisa, kan, ngasih adik buat aku?" Ia menatapku penuh harap."Itu gak mungkin, Leo. Mama gak mungkin ngasih adik buat Leo."Tiba-tiba ia tertunduk lesu. "Tapi kenapa? Bukankah tadi Papa bilang akan memberikan semua yang aku minta?" Kali ini ia menatap Gio sembari merengut."Papa sih mau aja ngasih Leo adik, cuma mamanya aja yang gak mau." Gio melirik ke arahku sembari memicingkan mata.Mataku membulat mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia menjadikan Leo sebagai alasan untuk mendekatiku."Besok kita bahas lagi, ya, sekarang mama capek banget." Aku kembali mengalihkan pembicaraan."Tapi Mama harus janji dulu, akan memberikan adik buat aku.""Oma akan pastikan Mama dan Papa memberi adik baru untuk Leo." Tiba-tiba Mama Clara muncul lalu menyahuti obrolan kami."Horeeeee!" Leo seketika bersorak gembira.Aku menghela napas dengan apa yang dilakukan Gio juga Mama Clara, bisa-bisan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Gio Semakin Agresif

    "Keluar kalian semua!" teriak para preman berwajah sangar itu sembari bersiap menghantamkan balok ke mobil Gio.Meskipun merasa takut, akhirnya kami semua keluar, karena mereka mengepung setiap penjuru mobil dan bersiap memecahkan kaca mobil."Apa mau kalian?" tanya Gio, ia tampak sangat tenang, tak kulihat sedikit pun rasa takut dalam dirinya, padahal jumlah para preman itu sangatlah banyak."Serahkan Kirana pada kami, maka setelah itu kalian bisa pergi!"Saat mendengar ucapan dari salah satu preman, aku baru sadar jika mereka adalah orang suruhan Juragan Karta."Ngapain kalian mau membawa putri saya? Tak akan saya biarkan kalian melakukannya!" teriak Ayah sembari melindungiku dengan badannya."Kirana itu calon istri juragan kami, apalagi ayahnya masih berhutang pada juragan kami," ujar seorang lelaki berkepala botak.Dahiku mengernyit saat mendengar ucapannya, padahal kini Ratih telah menjadi istrinya sebagai penebus hutang, tetapi mengapa ia masih saja mengincarku.Sementara itu Gi

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Reaksi Ibu Angkat

    "Jangan lagi kamu menyentuh meskipun hanya sehelai rambut putriku!" Bunda langsung menarik tanganku. Lalu, Plaaaaaak! tangannya melayang dan mendarat di pipi wanita yang selama bertahun-tahun kupanggil Ibu."Ibuu....!" Kulihat Rani dan Ratna berlari menuju ibunya."Kalian...." Ibu tampak tercengang saat melihat Ayah dan Bunda, terlebih saat Bunda menyebutku sebagai putrinya."Kenapa, kamu terkejut karena saya dan putri saya yang kamu culik saat bayi bisa bersatu kembali? Meskipun kamu merantau ke kota ini lalu mengubah namamu dari Ijah menjadi Sumiati, kenyataannya kamu tetap kami temukan!" Bunda tampak tersenyum sinis, sementara Ibu angkatku tampak gemetaran.Sementara itu Gio hanya terdiam sembari menggenggam erat tanganku, sebenarnya aku ingin melepaskannya, tetapi jemarinya begitu kuat mengunci jemariku."Sebenarnya apa alasan kamu dan Sopian menculik putri kami, lalu memperlakukannya dengan semena-mena?" tanya Ayah.Kulihat Ibu tampak gemetaran, lalu matanya langsung memerah dan

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Ke Bandung

    "Bangunlah, Gio. Semuanya sudah terjadi. Meskipun kamu bersujud di kaki kami, Bella tak akan kembali pada kami.""Aku sangat menyesal, Ayah, Bunda, tetapi aku memang tak pernah mencintai Bella, pernikahan kami terjadi karena paksaan dari Opa, andai saja saat itu aku tak pernah menerima perjodohan kami, mungkin Bella tak akan tersakiti dengan sikapku.""Egois kamu!" bentak Bunda sembari menatap tajam ke arahnya."Sudahlah, Bunda. Kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan Gio. Mungkin kita yang salah karena telah membiarkan Bella menikah dengan lelaki yang tidak pernah mencintainya," ujar Ayah.Gio memang bersalah karena telah menyakiti Bella, tetapi apa yang ia katakan ada benarnya juga. Mungkin ia tak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Bella. Pernikahannya terjadi atas kehendak Opa William, bahkan mungkin Gio pernah diancam tidak mendapatkan warisan jika tidak menerima perjodohan itu."Baiklah, Gio. Sekarang kami berniat untuk ke Bandung, jadi silakan kamu pergi.""Bolehkah aku i

  • Tiba-Tiba Menjadi Menantu Konglomerat    Setelah Semuanya Terungkap

    Keesokan paginya, aku langsung mandi setelah tersadar dari mimpiku semalam. Meskipun pikiranku masih tertaut pada ucapan Bella yang mengatakan bahwa Gio sangat mencintaiku. Tidak, aku tidak boleh terbawa perasaan. Aku harus sadar bahwa yang dicintai Gio adalah Bella, bukan aku. Lagipula jr tak boleh mencintai dia, karena dia adalah salah satu penyebab kematian Bella.Beberapa saat kemudian, setelah aku selesai mandi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Siapa?" tanyaku tanpa membuka pintu, bisa saja itu Gio, dia tak boleh melihatku yang hanya mengenakan handuk seperti ini."Non Bella, eh maksud mbok, Non Bianca sudah ditunggu di meja makan oleh Tuan William dan lainnya.""Iya, Mbok, aku baru selesai mandi, mau berpakaian dulu.""Iya, Non," ujarnya.Setelah itu aku segera berpakaian dan berdandan. Lalu beberapa saat kemudian, aku telah selesai, lalu aku segera turun menuju ruang makan. Kulihat semua orang telah berada di kursinya masing-masing, termasuk kedua orang tuaku."Mornin

DMCA.com Protection Status