Edgar terkekeh kecil. "Kau tidak melarangku?" "Untuk apa aku melarangmu? Lagi pula, mereka memang harus diberi pelajaran yang pantas karena telah menjelek-jelekanku dengan rumor yang tidak benar! Andy juga mendapat skors gara-gara itu!" Biasanya Anna akan memaafkan orang yang mencari masalah dengannya, namun kali ini tidak! Sebab, Andy yang telah membelanya jadi mendapat masalah di sekolah dan tidak bisa pergi belajar. Padahal, Andy sudah kelas tiga SMA dan tidak boleh sampai ketinggalan pelajaran. "Aku akan memecat ayahnya dari perusahaanku?" jelas Edgar. "Itu saja? Tapi, aku ingin Farrell meminta maaf secara resmi pada Andy." Merasa heran, Edgar mengangkat satu alisnya ke atas. "Kenapa Farrell harus meminta maaf pada Andy, bukan padamu?" "Karena Farrell sudah membuat Andy marah. Itu urusan mereka berdua, sedangkan aku akan mengurus Wendy." Seseorang yang sudah berkata jahat tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab, mereka pasti akan melakukan hal sama di lain waktu. Oleh se
"Bukankah Ayah sudah memberimu uang jajan selama seminggu? Kenapa kau meminta lagi, Nak?" "Sudah habis, Ayah! Cepatlah, berikan uangnya padaku!" Wendy menjulurkan tangannya terbuka ke hadapan sang ayah. Dia hanya membutuhkan uang, tak peduli meskipun keluarganya miskin dan hidup pas-pasan asalkan dirinya senang dan bisa berbelanja sesuka hati. Setelah menerima uang, Wendy berangkat ke kampus dengan menggunakan taksi. Dia tidak memiliki mobil karena ayahnya tidak mau memberikannya, padahal jika dia memiliki mobil pribadi, dia akan memamerkannya dengan sombong. "Hai! Aku sudah menunggumu sejak tadi!" celetuk Anna yang tengah bersandar di samping gerbang kampus. Seperti yang baru saja Anna katakan, dia berangkat ke kampus lebih awal dan sengaja menunggu Wendy di dekat gerbang. Alasannya sangat sederhana. Dia ingin mengerjai Wendy karena wanita itu telah beromong kosong di depan para mahasiswa dan membuatnya malu. 'Aku lupa berterima kasih pada Grace karena dia telah menampar W
Oke, Anna mengakui bahwa dirinya memang tidak paham dengan fashion. Meskipun dulu keluarganya kaya, Anna tidak pernah menghamburkan uang seenaknya seperti berbelanja dan jalan-jalan ke berbagai tempat bagus. Dia lebih suka berdiam diri di rumah atau bermain dengan Grace di kafe, kecuali setelah mengenal Edgar. "Sepertinya kau selalu memakai barang baru setiap hari. Apa keluargamu sangat kaya?" ucap Anna, mengalihkan pembicaraan. Anna penasaran dengan respon Wendy, bagaimana wanita itu akan menjelaskan pertanyaan Anna? Ya, meskipun Anna sudah mengetahui keadaan keluarga Wendy yang sebenarnya. Entah Anna salah lihat atau tidak, namun Wendy tampak tertegun sejenak sebelum menjawab pertanyaan Anna. 'Kenapa dia menanyakan itu? Tidak mungkin 'kan dia tahu keadaan keluargaku?' pikir Wendy. Namun, mengingat Anna adalah menantu dari keluarga Dominic, Wendy khawatir jika kebohongannya selama ini terbongkar. "T-tentu saja keluargaku sangat kaya! Kalau tidak, aku tidak mungkin bisa ment
"Ha! Jadi kau mengikutiku bukan hanya menuntut permintaan maaf, tapi juga karena penasaran dengan itu?" ucap Wendy dengan nada sarkastik. Memang apa salahnya jika Anna penasaran dengan itu? Sebab, selama ini tidak ada orang yang mengusik atau menyebarkan gosip buruk tentangnya karena Anna tidak pernah mencari masalah apa pun. Mendengus kesal, Wendy melipat kedua tangannya di depan dada seraya mendekati Anna yang tengah berdiri tak jauh darinya. Dia kemudian menunjuk Anna dengan jari telunjuknya dan menatapnya tajam. "Asal kau tahu! Kau sudah menghancurkan rencanaku dan merebut Profesor Edgar dariku! Itulah yang membuatku sangat membencimu, Anna!"Merebut? Wendy bahkan bukan siapa-siapa Edgar, mengapa dia mengklaim Edgar seolah-olah pria itu adalah miliknya? "Apa maksudmu? 'Suamiku' bahkan tidak mengenalmu secara pribadi. Baginya, kau hanya salah satu murid yang tidak ada artinya di kampus ini!" Anna sengaja menegaskan kata 'Suamiku' di depan Wendy agar wanita itu sadar akan posisi
Anna sadar jika perkataannya barusan sangat kejam, namun hanya itu satu-satunya cara agar Wendy malu dan tahu diri! Anna paham bagaimana rasanya ketika dia tidak punya uang saat perusahaan ayahnya bangkrut, bahkan sampai terlilit hutang. Namun, dia tidak seperti Wendy yang suka berfoya-foya di atas kerja keras ayahnya. "Kau!" geram Wendy, "sebaiknya hentikan ucapanmu sebelum aku berbuat lebih jauh!" Tampaknya Wendy goyah dengan ucapan Anna. Wanita itu takut jika kebohongannya selama ini terbongkar bahkan di depan banyak orang. Susah payah dia membangunnya, dia tidak akan membiarkan Anna yang hendak merusak citranya dalam sekejap! "Bukankah ucapanku benar?" Anna tersenyum mengejek. "Teman-teman sekalian!" teriak Anna dengan lantang, dengan sengaja memancing emosi Wendy. Begitu teriakkan Anna terdengar oleh orang-orang kampus, mereka sontak menoleh hingga membuat Wendy panik karena rahasianya akan dibongkar di hadapan publik. Sebelum Anna berbicara lebih lanjut, dengan cepat We
"Anna!" teriak Grace seraya melambaikan tangan. "kau dari mana saja? Aku mencarimu dari tadi?!"Sebelum menjawab pertanyaan Grace, Anna melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. "Aku akan menceritakannya nanti. Ayo kita ke kelas!"Anna tidak menyangka jika dia terlalu lama bermain-main dengan Wendy hingga lupa kalau dia memiliki jadwal masuk pagi. Untungnya Grace datang untuk mencarinya! "Jadi ... apa yang kau lakukan pagi ini hingga aku tidak bisa menemukan keberadaanmu, Anna?"Memang pada dasarnya Grace adalah orang yang cerewet, baru saja sampai dan duduk di kelas, namun dia sudah bertanya lagi. Tadinya Anna tidak ingin menceritakan masalahnya dengan orang lain. Namun, karena Grace adalah teman baiknya jadi mungkin tidak masalah. "Jadi, begini ceritanya ...." Anna menceritakan semua kejadian, termasuk kejadian yang menimpa Andy. Dia menjelaskan secara rinci bagaimana dan mengapa itu bisa terjadi. Sementara itu, Grace hanya menanggapi cerita Anna dengan ekspresi wajahnya ya
"Aku tidak bisa lama-lama di sini. Aku ada jadwal mengajar pagi." Kevin berdiri setelah dia melihat jam tangannya. "Hn, pergilah."Kevin berbohong mengenai jadwal mengajar, sebenarnya dia mendapat jadwal mengajar siang. Namun, karena tidak ingin meneruskan pembicaraan yang sensitif baginya, dia lebih memilih menghindar secara baik-baik. Keluar dari ruangan Edgar, Kevin menghela napas panjang dan mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa melupakan perasaannya terhadap Anna. Sebab, Anna sudah menjadi milik Edgar! Kevin tidak ingin menjadi perusak hubungan orang karena perasaan yang dia miliki. 'Seperti ada seseorang!' pikir Kevin. Dalam sepersekian detik, dia melihat sesosok orang yang bersembuyi di balik semak-semak. "Keluar 'lah. Aku tahu kalau kau bersembunyi di semak-semak!" teriak Kevin dengan lantang. Dugaannya tepat. Seseorang keluar dari semak-semak. Orang itu memakai topi yang menutupi wajahnya, namun karena rambutnya panjang, Kevin berpikir bahwa orang itu adalah wani
Kevin tersenyum dan mengusir Edgar dengan tangannya. Jantungnya hampir berhenti karena kedatangan Edgar yang tiba-tiba. Syukurlah karena Edgar percaya dengan kebohongan yang Kevin buat. Setelah melihat punggung Edgar menjauh, Kevin sontak menghadap Venna. Tatapan tajam nan menusuk dia arahkan pada wanita yang sudah tua itu. "Aku harap kau tidak pernah muncul lagi di sekitarku dan Edgar!" ucap Kevin dengan tatapan tajamnya. Venna terdiam mendengar penuturan Kevin, namun bukan berarti dia setuju dengan pemuda itu. Tampaknya Kevin dan Edgar sangat membencinya. Bagaimana tidak? Venna adalah dalang dari trauma masa lalu mereka! Melihat Kevin menjauh, Venna kemudian menyeringai. "Menarik! Mereka tumbuh dengan sangat baik dan menjadi pemuda tampan!" Ya, awalnya tujuan Venna memang ingin meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Namun, melihat dua orang yang pernah menjadi korban pelecehan dirinya, hasrat yang sempat terkubur lama tiba-tiba bangkit kembali hingga membuat dia bersemanga