Share

Bab 8

“Mati?” Kelvin bertanya dengan nada meremehkan. Nada bicaranya seperti seakan tidak takut sama sekali dengan ancaman Zico. Dia kemudian memejamkan matanya sembari berkata dengan tenang. “Mungkin kalian yang akan mati!”

Mendengar itu, Zico langsung merespon dengan berkata, “Apa? Apakah aku tidak salah dengar?” Setelah berkata demikian dia tertawa meremehkan. “Orang lemah sepertimu tidak mungkin bisa menang melawan kami bertiga, hahahaha!”

“Mati sajalah!” Zico langsung melompat dari motornya sembari menyiapkan tendangan ke arah Kelvin yang dengan santainya duduk di atas moto matic-nya.

Melihat itu, Kelvin langsung menangkap kaki Zico kemudian melemparkan tubuh Zico ke arah Jengki dan Fredy yang masih duduk menyaksikan di motor.

“Kuat sekali!” pekik Zico saat tubuhnya terlempar.

Karena kecepatan lemparan Kelvin sangat cepat, kuat, dan akurat, tubuh Zico yang dilemparnya itu langsung menabrak kedua anak buahnya sendiri, membuat mereka jatuh dari motornya dan mengalami luka yang cukup parah.

“Sakit, Bos!” kata Fredy yang kakinya tertimpa motornya sendiri, Zico kepalanya berdarah akibat terbentur aspal, sementara Jengki masih berusaha menyingkirkan motor yang menjepit kaki kanannya.

Kelvin mendekati mereka dengan motor-nya. Dia berkata dengan tenang namun nada bicaranya terdengar seperti sedang meremehkan mereka. “Sekarang siapa yang lemah? Aku atau kalian?”

Setelah itu, Kelvin pergi meninggalkan mereka. Dia melanjutkan perjalanannya untuk pulang menuju ke tempat penginapannya. Sebenarnya dia ingin sekali membunuh mereka, tetapi mengingat Zico adalah adiknya Xenovia, Kelvin mengurungkan niatnya, karena dia tidak ingin Xenovia membenci dirinya karena tahu kalau Zico dibunuh olehnya. Akan tetapi, jika suatu saat nanti Zico mengaku sendiri kalau dialah yang membunuh ibunya dan hal itu didengar secara langsung oleh Xenovia, maka Kelvin tidak akan ragu lagi untuk membalaskan dendam atas kematian ibunya.

Setelah 20 menit kemudian, akhirnya pun dia sampai di penginapan yang sekarang dia tempati. Jika wanita pemilik penginapan itu berada di rumah tersebut, dia berniat untuk segera membeli penginapan ini karena dia telah memiliki cukup uang untuk membayarnya.

Dia berjalan ke arah pintu rumah penginapan itu, setelah berada di depan pintu masuk, dia berkata dengan sistem dalam hati. “Sistem, aku ingin mencairkan uang $10.000. Tolong kirimkan ke tas-ku!”

[Baiklah, Master. Pencairan uang senilai $10.000 akan segera diproses.]

Mencairkan uang untuk Master...

Memproses...

0%

1%

3%

5%

7%

10%

21%

39%

59%

77%

81%

99%

100%

Selesai.

[Selamat, uang Master berhasil dicairkan!]

Setelah mendengar suara sistem yang memberitahukan kalau uang telah berhasil dicairkan, Kelvin langsung membuka pintu masuk penginapan tersebut. Dia masuk ke dalam dan ternyata rumah ini sepi. Dia mengira, mungkin wanita pemilik penginapan itu sedang bekerja di luar.

Tanpa memikirkan apa pun lagi, dia segera bergegas untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua melewati tangga.

Setelah sampai di kamarnya, Kelvin langsung mengantungkan tas-nya di gantungan sebelah kiri lemari, lalu mengganti bajunya dengan pakaian yang kemarin dia beli di Toko Ajisaka, karena di toko itu kemarin dia tidak hanya membeli seragam dan perlengkapan sekolah saja, tetapi dia juga membeli beberapa pakaian ganti.

Sekarang Kelvin telah berganti penampilan. Dia memakai kemeja berwarna merah dan memakai celana jins berwarna hitam. Mengetahui udara di luar cukup dingin karena cuaca mendung, Kelvin memutuskan untuk memakai jaket juga, karena dia berencana pergi ke luar untuk membeli ponsel android. Kini dia memakai jaket berwarna hitam.

Dia mengambil uang $10.200 yang berada di tas-nya. Sebenarnya harga ponsel android mungkin hanya sekitar $100-$200 saja. Namun, karena dia berpikir kalau sepulang dari toko ponsel wanita pemilik penginapan itu sudah pulang, dia bisa langsung menyerahkannya. Oleh karena itulah, dia membawa semua uang yang ada di tas-nya.

Kelvin keluar dari kamar, dan pergi ke lantai bawah melewati tangga. Namun, saat dia akan keluar dari penginapan ini, tiba-tiba saja wanita pemilik penginapan ini pulang.

“Eh, ternyata Anda sudah pulang sekolah. Lalu, Anda mau pergi ke mana lagi?” Wanita itu bertanya sembari menutup pintu yang baru saja dia buka.

“Saya sebenarnya mau pergi ke Toko Posnsel. Karena kebetulan Anda sudah pulang, saya ingin membeli penginapan ini karena saya sudah memiliki uang yang cukup untuk membayarnya.” Kevin mengambil uang $10.000 yang dia simpan di saku jaketnya, kemudian menyerahkan uang itu kepada wanita itu. “Ini uangnya.”

Wanita itu melebarkan matanya sembari membuka mulut, kemudian dia bertanya dengan nada seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Bagaimana Anda bisa mendapatkan uang sebanyak itu?”

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Kelvin memikirkan jawaban seperti apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena tidak mungkin juga dia berkata dengan jujur kalau uang yang dia dapatkan itu berasal dari sistem.

Karena Kelvin belum juga menjawab pertanyaannya, wanita pemilik penginapan itu berkata, “Tidak perlu dijawab kalau itu suatu hal pribadi. Maaf jika pertanyaan ini menyinggung Anda.”

Kelvin menghembuskan napas lega. Ternyata wanita itu sangat ramah dan peduli dengan kebingungannya dalam menjawab pertanyaan ini. Dia pun kemudian mengulungkan uang $10.000 itu kepada wanita tersebut sembari berkata, “Kalau begitu, saya jadi ingin membeli rumah ini.”

Wanita itu menerima uang penginapan itu sembari berkata, “Terima kasih. Saya akan menyiapkan sertifikat rumah ini untuk Anda.”

“Mohon tunggu sebentar!” sambung wanita itu dan Kelvin mengangguk sebagai respon. Kemudian wanita itu pergi menuju ke kamarnya untuk mengambil sertifikat rumah penginapan ini.

“Akhirnya, sekarang aku punya rumah sendiri,” gumam Kelvin sembari tersenyum senang.

Beberapa menit kemudian, wanita itu kembali dengan membawa sertifikat rumah penginapan ini. Dia menyerahkan sertifikat dan kuci rumah tersebut kepada Kelvin. “Ini sertifikat dan kunci rumahnya, silakan ditandatangani!”

Kelvin menerimanya sembari berkata, “Baik, terima kasih.” Kemudian dia menandatangani sertifikat rumah tersebut.

“Terima kasih kembali,” kata wanita itu. “Kalau begitu, saya akan mengemas barang-barang saya dulu. Setelah ini saya akan mudik. Dan mulai sekarang, rumah ini sudah menjadi hak milik Anda.”

“Anda tidak perlu buru-buru untuk pergi dari rumah ini. Jika Anda tetap ingin tinggal di sini juga tidak apa-apa, saya tidak keberatan meskipun rumah ini sudah menjadi hak saya,” kata Kelvin.

“Oh, baiklah, terima kasih. Anda sangat baik. Kalau begitu, saya akan mudik besok,” kata wanita itu merespon ucapan Kelvin.

Dalam hati Kelvin membatin, “Cara bicara wanita ini sangat sopan kepadaku. Padahal, usiaku masih 15 tahun dan aku baru kelas 3 SMP.”

“Ya sudah. Kalau begitu, saya ingin pergi dulu,” kata Kelvin, dan direspon dengan anggukkan oleh wanita tersebut.

Kelvin pergi keluar rumah tersebut. Dia langsung bergegas menaiki motor matic-nya dan pergi menuju ke counter handphone untuk membeli smartphone android.

Sekitar 15 menit kemudian, dia sampai di Counter Pringapus.

“Mbak, saya ingin beli handphone yang harganya $100 sampai $150. Kira-kira yang bagus apa, ya? ” Kelvin bertanya kepada wanita yang berada di counter tersebut. Wanita itu adalah penjualnya.

Penjual wanita itu menjawab, “Ini, Mas, Poco M3. Ini $135 saja.”

Tiba-tiba saja suara sistem terngiang di indera pendengaran Kelvin.

[Master, sistem menyarankan handphone Asus ROG saja. Master bisa mencairkan $1000 lagi untuk membeli smartphone itu, karena harga Asus ROG cukup mahal.]

“Kenapa kau merekomendasikan smartphone itu, Sistem?” Kelvin bertanya kepada sistem dalam hati

[Karena nanti Master akan mendapatkan misi dari bermain game online, dan hadiah yang akan diberikan dari bermain game cukup besar.]

“Ooh, baiklah kalau begitu. Aku akan memilih Asus ROG saja,” jawab Kelvin dalam hati.

“Mbak, kalau Asus ROG harganya berapa?” Kelvin bertanya kepada wanita penjaga counter tersebut.

“Kalau itu, saya menyarankan Asus ROG Phone 6 Pro. Harganya $1325,” saran wanita penjaga counter itu.

Mendengar itu, Kelvin langsung berkata pada sistem dalam hati. “Sistem, aku ingin mencairkan uang $2000. Kirimkan ke saku jaketku!”

[Baiklah, Master. Pencairan uang $2000 akan segera diproses.]

Mencairkan uang untuk Master...

Memproses...

0%

1%

5%

7%

10%

39%

77%

99%

100%

Selesai.

[Selamat, uang Master berhasil dicairkan!]

Seperti biasa, Kelvin merasakan kalau saku jaketnya menjadi semakin tebal, dan dia tahu kalau itu adalah uang yang telah dicairkan oleh sistem. Dengan cekatan, dia langsung merogoh saku-nya, mengambil $1325 dan menyerahkannya kepada Wanita penjaga counter tersebut sembari berkata, “Ini uangnya.”

Wanita penjaga counter tersebut sempat sedikit terkejut ketika melihat uang yang Kelvin pegang. Dia menerima uang itu sembari berkata, “Oh, iya. Terima kasih. Sebentar, saya ambilkan Asus ROG-nya, ya.”

Wanita itu berjalan ke bagian kumpulan handphone seri Asus. Dia mengambil Asus ROG Phone 6 Pro, kemudian menyerahkan phonsel itu kepada Kelvin. Phonsel tersebut masih dalam wadah yang berbentuk segi enam dengan tiga sisi pendek dan tiga sisi lain yang lebih panjang.

Kelvin menerima phonsel tersebut sembari berkata, “Wah, bentuk wadahnya aja udah keren, ya!”

“Apakah Anda sebelumnya belum pernah melihat handphone ini?” tanya penjaga counter tersebut kepada Kelvin.

Dengan alasan pintar Kelvin menjawab, “Tidak. Saya tidak pernah melihatnya, tetapi pernah dengar dari orang-orang kalau Asus ROG itu bagus untuk bermain game online.” Padahal, dia tahu kalau handphone tersebut bagus untuk main game online karena sistem yang memberitahunya.

“Oh, jadi seperti itu, ya? Baiklah kalau begitu. Apakah Anda butuh bantuan untuk penggunaan handphone tersebut?” tanya wanita itu menawarkan. “Kalau Anda memang belum berpengalaman menggunakan Asus ROG, saya akan mengajarinya.”

[Tidak perlu, Master. Sistem bisa mengajari Master.]

Mendengar sistem berkata demikian, Kelvin menjawab, “Tidak perlu. Saya sedang terburu-buru. Terima kasih.”

“Ya sudah kalau begitu,” kata wanita penjaga counter tersebut.

Kelvin langsung bergegas menaiki motor matic-nya. Dia langsung tancap gas untuk pergi ke rumah penginapan yang telah dibeli-nya. Tak lama kemudian, dia sampai di depan rumahnya.

Dari kejauhan, Zico, Fredy, dan Jengki sedang mengintai Kelvin yang akan masuk ke rumah dengan teleskop.

“Itu Kelvin. Ayo tembak sekarang, sebelum dia masuk ke dalam rumah!” perintah Zico kepada Jengki yang kini sedang memegang senjata sniper.

“Oke, Bos!” Jengki menargetkan kepala Kelvin, kemudian dia menarik pelatuknya sembari menyeringai sadis. “Mati kau, Kelvin!”

DOR!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status