Share

5. Keputusan Azka

Author: Nurfainarah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Saat sarapan, terjadi keributan antara Arya dan Dita. Arya meradang mengetahui Zoya tidak menurutinya dan pergi diam-diam.

Dita dan Elvan tentu menjadi sasaran kemarahan Arya. Elvan yang sudah terbiasa sengaja tak mendengar ocehan ayahnya itu dan tetap menikmati sarapannya dengan tenang.

Arya yang semakin meradang pun melakukan sesuatu untuk memperingatkan anak perempuannya.

“Mas, apa yang Mas lakukan? Kenapa harus sampai melakukan hal itu?” protes Dita pada suaminya.

“Ini peringatan untuk anak perempuanmu, kau terlalu memanjakannya sehingga dia jadi pembangkang seperti ini,” ucap Arya.

“Bukankah sifatnya sama sepertimu, Ayah, sama-sama keras kepala,” sanggah Elvan tak senang ibunya disalah-salahkan.

“Apa kau bilang?” teriak Arya pada anak laki-lakinya.

“Lihatlah, Dita! Bahkan kau juga gagal mendidik anak laki-lakimu, sebenarnya apa yang bisa kau lakukan sampai-sampai kehidupan kedua anakmu berantakan seperti ini?” lanjutnya lagi.

“Ayah! Apa kau lupa, aku hancur seperti ini pun karena mengikuti keinginanmu?” geram Elvan.

“Elvan!” teriak Dita, “sudah, kau berangkatlah bekerja! Ini sudah terlambat,” ucap Dita melembut berusaha menengahi.

Elvan menyudahi sarapannya dan bangkit dari duduknya.

“Aku harap Zoya tidak salah mengambil keputusan sepertiku! Semoga saja dia tidak mengikuti keinginan ayah agar hidupnya tidak berantakan sepertiku,” ejek Elvan pada ayahnya.

“Elvan! Dasar kau ....” Wajah Arya memerah karena emosi.

“Aku sudah bilang, ‘kan? Aku sudah memberinya kebebasan sejak kecil dan sekarang saatnya Zoya mematuhiku. Apa pun akan kulakukan agar anak itu tidak mempermalukanku! Untung saja Yogi dan keluarganya tidak jadi datang hari ini,” ucap Arya kesal pada istrinya.

“Aku akan ke kantor sekarang dan mungkin akan pulang terlambat. Saat anak perempuanmu itu pulang, lakukanlah tugasmu dengan baik!” perintah Arya.

‘Aku tidak akan bisa bicara pada Zoya, dia tidak akan mau mengerti. Kalau begitu tidak ada cara lain, aku harus menemuinya,' batin Dita.

Dita pun bersiap dan pergi menuju orang yang dia anggap bisa menyelesaikan masalah keluarganya.

*** 

Tin ... Tin ...

Suara klakson menghentikan laju motor Azka yang baru saja mengantarkan adiknya ke kampus.

‘Tante Dita?’ batin Azka sambil menyisi ke tepi jalan.

“Untunglah, bertemu denganmu di sini. Ada yang ingin kubicarakan, sebaiknya kita berhenti di tempat itu,” ucap Dita menunjuk sebuah kedai kopi.

Dita melajukan kembali mobilnya tanpa menunggu persetujuan Azka.

Azka pun mau tak mau mengikutinya dari belakang.

“Untunglah aku bertemu denganmu di sini, kau tidak bekerja, Azka?”

“Tidak, Tante. Kebetulan hari ini jadwal malam. Jadi tadi hanya mengantar Inaya ke kampus saja,” balas Azka sopan.

“Ya, Inaya sudah kuliah, ya. Kau anak yang baik, Azka. Tante sering mendengar tentangmu dari ibumu,” ucap Dita berusaha mencairkan ketegangan.

“Kau sudah bertemu Zoya?” tanya Dita tak mau lagi berbasa-basi.

Azka terlihat terkejut mendengar pertanyaan itu, tapi kemudian menjawab dengan biasa.

“Belum, Tante, rencananya siang ini aku akan menjemputnya ke kantor,” jawab Azka.

“Kau pasti terkejut, aku sudah tahu semuanya. Zoya sudah cerita. Aku juga tahu kalian tidak bertemu ataupun berkabar selama dua hari. Sepertinya Zoya juga belum memberitahumu apa-apa,” lanjut Dita.

“Ada apa dengan Zoya, Tante?” tanya Azka mulai khawatir.

“Dia baik-baik saja, tapi sepertinya hubungan kalian yang tidak akan baik-baik saja,” jawab Dita semakin membuat Azka tak karuan.

Azka masih terdiam, menunggu penjelasan Dita.

“Sebaiknya segera akhiri saja hubungan kalian! Aku bicara seperti ini bukan karena tidak menyukaimu, aku tahu kau laki-laki yang baik dan mungkin Zoya tidak akan menemukan yang lebih baik darimu, tapi ini demi kebaikan kalian berdua dan orang-orang di sekitar kalian juga,” jelas Dita serius.

“Apa maksud Tante, orang-orang di sekitar kami?” Azka mengerutkan dahi.

“Apa kau tahu apa yang sudah terjadi pada ayahmu?” tanya Dita.

Azka terperanjat mendengar ayahnya disebut. “Jadi ini ulah Ayah Zoya, suami Anda?”

Dita tersenyum kecut, “Berarti sedikitnya kau sudah tahu orang seperti apa suamiku itu.”

Azka terdiam, dia tampak berpikir keras.

“Suamiku orang yang bisa melakukan hal nekat demi mewujudkan tujuannya. Sekarang ayahmu ... mungkin nanti bisa ibumu atau adikmu,” ucap Dita, tapi Azka belum menanggapi.

“Kau pasti pernah mendengar kalimat, cinta tidak harus memiliki, memang terdengar klise tapi itu ada benarnya, Azka. Dalam hidupmu pasti ada yang lebih penting daripada cinta, ‘kan?”

Dita menatap Azka yang kini tertunduk, dia mengerti ini pasti sangat berat untuknya, apalagi hubungan keduanya sudah berlangsung bertahun-tahun.

“Aku tahu cintamu tulus untuk putriku, aku juga tahu kau akan bisa membahagiakannya, tapi bagaimana dengan orang-orang di sekitar kalian? Hubungan Zoya dengan ayahnya akan memburuk, bahkan mungkin dengan saudara-saudara yang lain juga, dan apa nantinya kau akan bisa menahan perlakuan suamiku pada orang tuamu?”

 Pertanyaan-pertanyaan Dita semakin menohok dan memojokkan perasaan Azka.

“Sekarang semua terserah padamu, buatlah keputusan yang terbaik untuk semua orang. Aku tahu kau mengerti maksudku,” lanjut Dita.

Dita meraih tasnya dan hendak beranjak dari duduknya. “Zoya tidak tahu kalau aku menemuimu seperti ini, kau tahu anak itu sangat keras kepala, dia tidak akan mau mendengarkan siapa pun, karena itu aku lebih memilih untuk bicara padamu. Jadi ... tolong jangan beritahu dia tentang pembicaraan kita ini.”

Dita pergi meninggalkan Azka begitu saja, sedang Azka masih menunduk tak berkutik, tangannya mengepal menahan amarah dan juga kekecewaan.

Azka sudah membuat keputusan dan pergi untuk menemui Zoya.

‘Aku sudah tahu semua akan seperti ini pada akhirnya, tapi tetap saja hatiku tidak bisa menahan rasa sakitnya,' batin Azka menitikkan air mata.

*** 

Saat sampai di rumah, Azka langsung mencari orang tuanya. Dia berjalan ke arah belakang rumah karena mendengar suara mereka di sana.

Azka berhenti, bersembunyi di balik dinding, mengamati orang tuanya yang tengah mengobrol. 

‘Ibu, Bapak, kalian masih bisa tersenyum seperti tidak ada yang terjadi. Padahal aku yakin kalian pun pasti sudah tahu alasan Bapak sampai dipecat,' batin Azka.

“Azka, kau pergi ke mana dulu? Kenapa lama sekali, tidak seperti biasanya,” tanya Mina, ibunya, saat tak sengaja melihat Azka berdiri di ambang pintu.

“Tadi Azka langsung menjemput Zoya dulu, Bu,” jawab Azka lemas.

“Zoya tidak diajak ke sini dulu?” tanya Hadi, ayahnya.

Azka langsung duduk dan bersandar di pangkuan ayahnya.

“Maafkan Azka, Pak,” ucapnya dengan pelan dan mata berkaca-kaca.

“Maaf karena Bapak sampai harus kehilangan pekerjaan,” lanjutnya lagi.

Hadi dan Mina saling menatap lalu mengelus rambut anak laki-lakinya, sedang Mina mengelus lembut pundaknya.

“Sudah, tidak apa-apa,” balas Hadi lembut.

“Maaf, Pak. Seharusnya dari awal Azka tidak keras kepala,” ucapnya lagi penuh penyesalan.

“Sudahlah, dari awal kita memang sudah memprediksinya, bukan?” ucap Hadi.

“Lalu bagaimana dengan kalian sekarang?” tanya Mina.

“Azka sudah mengakhiri semuanya,” jawabnya singkat.

Mina meneteskan air matanya, menyayangkan apa yang terjadi pada anak laki-lakinya.

“Anakku ...,” ucapnya memeluk Azka.

“Sudah, sudah, seperti katamu dulu, ‘kan? Itu artinya dia bukan jodohmu, ikhlaskan!” ucap Hadi.

Related chapters

  • Third Marriage, My Last Love   6. Kesedihan dan Amarah Zoya

    Setelah mendengar perkataan Azka, Zoya tidak bicara sedikitpun. Walaupun banyak pertanyaan di dalam pikirannya, mulutnya seakan terkunci. Dia pun tidak mengerti, entah apa yang membuatnya begitu takut untuk bertanya 'kenapa' pada Azka.Keduanya duduk dalam diam untuk beberapa lama, saling menundukkan kepala dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Ayo, aku antar kau pulang!" ucap Azka memecah keheningan. Zoya hanya mengangguk, matanya masih menghindar.Di perjalanan pulang pun tidak ada pembicaraan sedikitpun. Azka fokus pada jalanan sedangkan Zoya hanya memeluk dalam diam di belakang Azka.Zoya turun dari motor Azka saat mereka sampai tepat di depan rumahnya, Azka menggenggam tangan Zoya dengan erat, menatap Zoya yang masih tertunduk dengan murung."Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Zoya lirih.Azka menyentuh lembut pipi Zoya tanpa melepas genggamannya, "Maaf," ucapnya singkat lalu melepas tangannya dan menyalakan motornya kembali.Zoya mengangkat kepala, menatapnya lek

  • Third Marriage, My Last Love   7. Kehidupan Baru, Pilihan Ayah

    Empat bulan sudah berlalu setelah kepergian Azka dan keluarganya yang entah kemana.Zoya kini mulai bisa menerima kepergian kekasihnya itu, meski semua mengubah seluruh hidupnya dan juga dirinya.Zoya berhenti dari pekerjaannya karena paksaan dari Arya, sang ayah."Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Adrian Kavindra, istri seorang CEO yang sukses, untuk apa lagi kau masih bekerja di perusahaan kecil itu," ucap Arya saat itu.Arya kemudian menentukan tanggal pernikahan Zoya dengan Adrian. Tidak ada bantahan dari Zoya membuat Arya senang, namun tidak dengan Dita.Pernikahan pun dilangsungkan dengan sangat megah dan luar biasa di kediaman pribadi Adrian Kavindra, tapi pernikahan yang seharusnya menjadi mimpi bagi para gadis itu ternyata sama sekali tidak berkesan diingatan Zoya."Zoy ... kau sangat beruntung, semuanya sangat luar biasa, benar-benar pernikahan idaman semua wanita," ucap Nisa sambil terus mengamati gaun pengantin yang dikenakan Zoya.Saat keluarganya dan mempelai pria se

  • Third Marriage, My Last Love   1. Penolakan Ayah

    Zoya termenung sendirian di kursi taman belakang rumahnya, dia teringat percakapannya dengan Azka siang tadi.“Zoya, apa akhir pekan ini kau ada acara?” tanya Azka saat menjemput Zoya dari kantornya.“Sepertinya tidak, ada apa?”“Orang tuaku ....” Azka tampak ragu dengan apa yang ingin disampaikannya.Zoya menggenggam tangan Azka dengan lembut, “orang tuamu kenapa?”“Mereka ... ingin bertemu dengan orang tuamu, Zoya.”Zoya melepas genggamannya, dia sesaat terdiam mendengar penuturan kekasihnya itu.“Ada apa?” tanyanya lagi melihat reaksi Zoya.“Azka ... ayahku memang tahu kalau kita sedang menjalin hubungan, tapi aku belum memberitahunya kalau kita berencana ke tahap yang lebih serius. Bisakah, kau menunggu sampai aku memberitahunya?” jawab Zoya dengan hati-hati.“Baiklah,” jawab Azka berusaha menyembunyikan kekecewaannya.“Maaf, Azka ... kau tahu ‘kan ayahku seperti apa? Tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin orang tuamu tidak mendapat sambutan yang layak jika datang tiba-t

  • Third Marriage, My Last Love   2. Air Mata Zoya

    Setelah perseteruan dengan ayahnya kemarin, Zoya mengurung diri di kamar. Tidak berselera makan dan tidak enak tidur, dia hanya memikirkan apa yang harus dikatakan jika bertemu Azka dan orang tuanya. Apalagi mengetahui ayahnya yang akan menjodohkannya dengan orang lain, membuat Zoya semakin kebingungan.“Ponselnya mati,” gumam Zoya saat meraih ponsel yang tidak dia lihat sejak kemarin.Zoya menyalakan ponselnya, muncul notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan dari para sahabatnya.“Astaga, ponselku bisa meledak karena pesan dari dua orang ini,” gumam Zoya dengan senyum tipis, melihat banyaknya pesan dari Nisa dan Mila, sahabatnya.[Hei, Zoya! Kau sakit? Kenapa tidak ke kantor?]Pesan dari Mila.[Zoya, kau tidak apa-apa, ‘kan? Tadi Azka mencarimu ke sini, ada apa denganmu? Kenapa tidak ada kabar?]Pesan dari Nisa.Belum sempat membalas pesan itu, Zoya terdiam saat muncul notifikasi dari kekasihnya.“Azka menelepon sampai lima belas kali? Dia pasti khawatir,” gumam Zoya.[Zoya, kau b

  • Third Marriage, My Last Love   3. Kecemasan

    Hadi baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya, berpatroli sebelum jam pulang.“Aku dengar Pak Arya akan menikahkan anak perempuannya dengan keluarga Kavindra,” ucap Sapto, salah satu satpam yang bergosip dengan rekannya saat sedang serah terima pergantian jam kerja.“Yogi Kavindra? Setahuku mereka memang sudah berteman sejak lama, dan sekarang akan jadi besan?” Rekannya yang bernama Rudi menanggapi.“Apa yang kalian maksud itu adalah Zoya?” tanya Hadi, ayahnya Azka yang tak sengaja mendengar dari arah belakang.“Iya, siapa lagi, anak perempuan keluarga itu ‘kan hanya Zoya,” jawab Sapto tanpa menoleh ke arah suara yang bertanya.‘Apa Azka tahu hal ini?’ tanya Hadi dalam hatinya sambil berlalu memasuki ruangan untuk mengambil kunci motornya karena jam kerja sudah selesai.“Hei, kenapa kau bicara begitu? Kau tahu ‘kan kabarnya anaknya itu punya hubungan dengan Zoya,” ucap Rudi pelan.“Aku tidak sengaja, aku pikir bukan dia yang datang. Lagi pula memangnya kau percaya? Bisa jadi itu hany

  • Third Marriage, My Last Love   4. Berakhir

    Zoya tampak sedang menikmati makan malam bersama ibu dan kakaknya, setelah mengetahui sang ayah akan pulang terlambat. Sudah dua hari Zoya tidak pergi bekerja karena belum berani bertemu Azka, ponsel pun hanya dinyalakan saat malam hari agar tidak ada yang menelepon.Zoya juga hanya berdiam diri di kamar, enggan keluar karena tidak mau bertemu ayahnya. “Baguslah kau terlihat baik-baik saja,” ucap Arya membuat Zoya terkejut.Zoya langsung menatap ke arah ibunya. Dita pun sama terkejutnya, karena saat pagi jelas dia mendengar suaminya mengatakan akan pulang sangat larut.“Mas, bukankah tadi pagi bilang akan pulang terlambat? Kalau tahu tidak jadi, kami pasti menunggu dulu untuk makan bersama,” ucap Dita tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan keterkejutannya, dia lalu menarik Arya duduk di kursinya dan meraih piring untuk menyiapkan makan malam.“Tidak usah, aku sudah makan malam di luar,” cegah Arya.Dita kembali duduk sambil menatap penuh khawatir pada anak perempuannya.“Ada bagus

Latest chapter

  • Third Marriage, My Last Love   7. Kehidupan Baru, Pilihan Ayah

    Empat bulan sudah berlalu setelah kepergian Azka dan keluarganya yang entah kemana.Zoya kini mulai bisa menerima kepergian kekasihnya itu, meski semua mengubah seluruh hidupnya dan juga dirinya.Zoya berhenti dari pekerjaannya karena paksaan dari Arya, sang ayah."Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Adrian Kavindra, istri seorang CEO yang sukses, untuk apa lagi kau masih bekerja di perusahaan kecil itu," ucap Arya saat itu.Arya kemudian menentukan tanggal pernikahan Zoya dengan Adrian. Tidak ada bantahan dari Zoya membuat Arya senang, namun tidak dengan Dita.Pernikahan pun dilangsungkan dengan sangat megah dan luar biasa di kediaman pribadi Adrian Kavindra, tapi pernikahan yang seharusnya menjadi mimpi bagi para gadis itu ternyata sama sekali tidak berkesan diingatan Zoya."Zoy ... kau sangat beruntung, semuanya sangat luar biasa, benar-benar pernikahan idaman semua wanita," ucap Nisa sambil terus mengamati gaun pengantin yang dikenakan Zoya.Saat keluarganya dan mempelai pria se

  • Third Marriage, My Last Love   6. Kesedihan dan Amarah Zoya

    Setelah mendengar perkataan Azka, Zoya tidak bicara sedikitpun. Walaupun banyak pertanyaan di dalam pikirannya, mulutnya seakan terkunci. Dia pun tidak mengerti, entah apa yang membuatnya begitu takut untuk bertanya 'kenapa' pada Azka.Keduanya duduk dalam diam untuk beberapa lama, saling menundukkan kepala dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Ayo, aku antar kau pulang!" ucap Azka memecah keheningan. Zoya hanya mengangguk, matanya masih menghindar.Di perjalanan pulang pun tidak ada pembicaraan sedikitpun. Azka fokus pada jalanan sedangkan Zoya hanya memeluk dalam diam di belakang Azka.Zoya turun dari motor Azka saat mereka sampai tepat di depan rumahnya, Azka menggenggam tangan Zoya dengan erat, menatap Zoya yang masih tertunduk dengan murung."Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Zoya lirih.Azka menyentuh lembut pipi Zoya tanpa melepas genggamannya, "Maaf," ucapnya singkat lalu melepas tangannya dan menyalakan motornya kembali.Zoya mengangkat kepala, menatapnya lek

  • Third Marriage, My Last Love   5. Keputusan Azka

    Saat sarapan, terjadi keributan antara Arya dan Dita. Arya meradang mengetahui Zoya tidak menurutinya dan pergi diam-diam.Dita dan Elvan tentu menjadi sasaran kemarahan Arya. Elvan yang sudah terbiasa sengaja tak mendengar ocehan ayahnya itu dan tetap menikmati sarapannya dengan tenang.Arya yang semakin meradang pun melakukan sesuatu untuk memperingatkan anak perempuannya.“Mas, apa yang Mas lakukan? Kenapa harus sampai melakukan hal itu?” protes Dita pada suaminya.“Ini peringatan untuk anak perempuanmu, kau terlalu memanjakannya sehingga dia jadi pembangkang seperti ini,” ucap Arya.“Bukankah sifatnya sama sepertimu, Ayah, sama-sama keras kepala,” sanggah Elvan tak senang ibunya disalah-salahkan.“Apa kau bilang?” teriak Arya pada anak laki-lakinya.“Lihatlah, Dita! Bahkan kau juga gagal mendidik anak laki-lakimu, sebenarnya apa yang bisa kau lakukan sampai-sampai kehidupan kedua anakmu berantakan seperti ini?” lanjutnya lagi.“Ayah! Apa kau lupa, aku hancur seperti ini pun karena

  • Third Marriage, My Last Love   4. Berakhir

    Zoya tampak sedang menikmati makan malam bersama ibu dan kakaknya, setelah mengetahui sang ayah akan pulang terlambat. Sudah dua hari Zoya tidak pergi bekerja karena belum berani bertemu Azka, ponsel pun hanya dinyalakan saat malam hari agar tidak ada yang menelepon.Zoya juga hanya berdiam diri di kamar, enggan keluar karena tidak mau bertemu ayahnya. “Baguslah kau terlihat baik-baik saja,” ucap Arya membuat Zoya terkejut.Zoya langsung menatap ke arah ibunya. Dita pun sama terkejutnya, karena saat pagi jelas dia mendengar suaminya mengatakan akan pulang sangat larut.“Mas, bukankah tadi pagi bilang akan pulang terlambat? Kalau tahu tidak jadi, kami pasti menunggu dulu untuk makan bersama,” ucap Dita tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan keterkejutannya, dia lalu menarik Arya duduk di kursinya dan meraih piring untuk menyiapkan makan malam.“Tidak usah, aku sudah makan malam di luar,” cegah Arya.Dita kembali duduk sambil menatap penuh khawatir pada anak perempuannya.“Ada bagus

  • Third Marriage, My Last Love   3. Kecemasan

    Hadi baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya, berpatroli sebelum jam pulang.“Aku dengar Pak Arya akan menikahkan anak perempuannya dengan keluarga Kavindra,” ucap Sapto, salah satu satpam yang bergosip dengan rekannya saat sedang serah terima pergantian jam kerja.“Yogi Kavindra? Setahuku mereka memang sudah berteman sejak lama, dan sekarang akan jadi besan?” Rekannya yang bernama Rudi menanggapi.“Apa yang kalian maksud itu adalah Zoya?” tanya Hadi, ayahnya Azka yang tak sengaja mendengar dari arah belakang.“Iya, siapa lagi, anak perempuan keluarga itu ‘kan hanya Zoya,” jawab Sapto tanpa menoleh ke arah suara yang bertanya.‘Apa Azka tahu hal ini?’ tanya Hadi dalam hatinya sambil berlalu memasuki ruangan untuk mengambil kunci motornya karena jam kerja sudah selesai.“Hei, kenapa kau bicara begitu? Kau tahu ‘kan kabarnya anaknya itu punya hubungan dengan Zoya,” ucap Rudi pelan.“Aku tidak sengaja, aku pikir bukan dia yang datang. Lagi pula memangnya kau percaya? Bisa jadi itu hany

  • Third Marriage, My Last Love   2. Air Mata Zoya

    Setelah perseteruan dengan ayahnya kemarin, Zoya mengurung diri di kamar. Tidak berselera makan dan tidak enak tidur, dia hanya memikirkan apa yang harus dikatakan jika bertemu Azka dan orang tuanya. Apalagi mengetahui ayahnya yang akan menjodohkannya dengan orang lain, membuat Zoya semakin kebingungan.“Ponselnya mati,” gumam Zoya saat meraih ponsel yang tidak dia lihat sejak kemarin.Zoya menyalakan ponselnya, muncul notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan dari para sahabatnya.“Astaga, ponselku bisa meledak karena pesan dari dua orang ini,” gumam Zoya dengan senyum tipis, melihat banyaknya pesan dari Nisa dan Mila, sahabatnya.[Hei, Zoya! Kau sakit? Kenapa tidak ke kantor?]Pesan dari Mila.[Zoya, kau tidak apa-apa, ‘kan? Tadi Azka mencarimu ke sini, ada apa denganmu? Kenapa tidak ada kabar?]Pesan dari Nisa.Belum sempat membalas pesan itu, Zoya terdiam saat muncul notifikasi dari kekasihnya.“Azka menelepon sampai lima belas kali? Dia pasti khawatir,” gumam Zoya.[Zoya, kau b

  • Third Marriage, My Last Love   1. Penolakan Ayah

    Zoya termenung sendirian di kursi taman belakang rumahnya, dia teringat percakapannya dengan Azka siang tadi.“Zoya, apa akhir pekan ini kau ada acara?” tanya Azka saat menjemput Zoya dari kantornya.“Sepertinya tidak, ada apa?”“Orang tuaku ....” Azka tampak ragu dengan apa yang ingin disampaikannya.Zoya menggenggam tangan Azka dengan lembut, “orang tuamu kenapa?”“Mereka ... ingin bertemu dengan orang tuamu, Zoya.”Zoya melepas genggamannya, dia sesaat terdiam mendengar penuturan kekasihnya itu.“Ada apa?” tanyanya lagi melihat reaksi Zoya.“Azka ... ayahku memang tahu kalau kita sedang menjalin hubungan, tapi aku belum memberitahunya kalau kita berencana ke tahap yang lebih serius. Bisakah, kau menunggu sampai aku memberitahunya?” jawab Zoya dengan hati-hati.“Baiklah,” jawab Azka berusaha menyembunyikan kekecewaannya.“Maaf, Azka ... kau tahu ‘kan ayahku seperti apa? Tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin orang tuamu tidak mendapat sambutan yang layak jika datang tiba-t

DMCA.com Protection Status