Share

Third Marriage, My Last Love
Third Marriage, My Last Love
Author: Nurfainarah

1. Penolakan Ayah

Author: Nurfainarah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Zoya termenung sendirian di kursi taman belakang rumahnya, dia teringat percakapannya dengan Azka siang tadi.

“Zoya, apa akhir pekan ini kau ada acara?” tanya Azka saat menjemput Zoya dari kantornya.

“Sepertinya tidak, ada apa?”

“Orang tuaku ....” Azka tampak ragu dengan apa yang ingin disampaikannya.

Zoya menggenggam tangan Azka dengan lembut, “orang tuamu kenapa?”

“Mereka ... ingin bertemu dengan orang tuamu, Zoya.”

Zoya melepas genggamannya, dia sesaat terdiam mendengar penuturan kekasihnya itu.

“Ada apa?” tanyanya lagi melihat reaksi Zoya.

“Azka ... ayahku memang tahu kalau kita sedang menjalin hubungan, tapi aku belum memberitahunya kalau kita berencana ke tahap yang lebih serius. Bisakah, kau menunggu sampai aku memberitahunya?” jawab Zoya dengan hati-hati.

“Baiklah,” jawab Azka berusaha menyembunyikan kekecewaannya.

“Maaf, Azka ... kau tahu ‘kan ayahku seperti apa? Tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin orang tuamu tidak mendapat sambutan yang layak jika datang tiba-tiba,” ucap Zoya lirih, berusaha menjelaskan.

“Tidak apa-apa, Zoya. Aku mengerti.”

Azka berusaha memaklumi agar tidak membebani Zoya, dia pun sebenarnya tahu bahwa sejak awal hubungan mereka tidak mendapat restu dari orang tua Zoya.

*** 

‘Sepertinya memang sudah saatnya aku bicara pada ayah,' batin Zoya.

Saat masih terhanyut dalam lamunannya, Zoya dikejutkan dengan kedatangan Dita, ibunya.

“Zoya, kau sedang apa sendirian di sini?” tanya Dita seraya duduk di samping Zoya.

Zoya hanya menatap lurus tanpa menjawab, batinnya masih berkecamuk.

“Zoya, sayang, kenapa? Apa ada masalah?” tanya Dita lagi, khawatir melihat raut Zoya.

‘Pokoknya aku harus bicara pada Ayah dan Bunda sekarang juga, kamu pasti bisa, Zoya,' batin Zoya menyemangati dirinya sendiri.

“Bunda ... ada yang mau Zoya bicarakan,” ucapnya ragu-ragu.

Zoya pun menceritakan keinginannya, rencana pernikahannya dengan Azka, laki-laki yang sedang menjalin cinta dengannya sejak masa sekolah.

“Azka ... temanmu saat sekolah itu? Dia anak dari Mina, penjual kue langganan Bunda ‘kan?” tanya Dita memastikan. Zoya mengangguk pelan.

“Zoya, kau serius dengan ucapanmu itu?” tanya Dita terkejut mendengar penuturan anak perempuannya.

“Iya, Bunda,” jawabnya pasti.

“Zoya, ada apa denganmu? Bunda pikir kalian ini hanya cinta sesaat di masa sekolah saja, tapi ....” Dita menghela napas panjang.

“Kenapa kau tidak pernah cerita apa pun? Kau tahu ayahmu seperti apa ‘kan?”

“Kalau aku cerita, Ayah dan Bunda pasti akan menentang ‘kan?” dalih Zoya.

“Lalu dengan sembunyi-sembunyi seperti ini, kau pikir akan dapat persetujuan ayahmu?” hardik Dita.

“Bukankah dulu Bunda sudah memperingatkanmu? Putuskan hubungan kalian sebelum semuanya jadi rumit!”

Dita terdiam, tak habis pikir dengan sifat keras kepala anak perempuannya.

“Bunda akan bicara pada Mina besok,” ucap Dita menyebut nama ibu dari Azka.

“Jangan, Bunda. Aku mohon,” ucap Zoya cepat, dia terlihat panik.

“Maafkan aku, aku memang salah sudah menyembunyikan ini dari Bunda. Karena itu, aku bicara pada Bunda lebih dulu. Tolong bantu aku, Bunda.” Zoya memelas.

“Bunda tahu, Azka memang laki-laki yang baik. Tapi untuk bisa diterima oleh ayahmu tidak cukup hanya dengan baik, apalagi latar belakang keluarganya ....” Dita memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

“Bunda ....” Zoya berusaha membujuk ibunya agar mau membantu.

Zoya Cathelia Pradipta, anak perempuan satu-satunya dari pasangan Arya Pradipta dan Dita Cathelia.

Arya Pradipta yang seorang pebisnis sukses dan memang berasal dari silsilah keluarga terpandang, membuatnya memiliki pandangan yang sangat tinggi terhadap apa pun terutama status sosial. Namun tidak dengan kedua anaknya, Elvan dan Zoya.

Elvan, anak pertamanya, laki-laki yang lembut dan hangat, sedangkan Zoya gadis yang keras kepala. Namun keduanya memiliki persamaan, yaitu rasa simpati dan juga tidak setuju dengan pandangan ayahnya terhadap status sosial.

“Jadi kau masih berhubungan dengan anak rendahan itu?” tanya Arya yang tiba-tiba datang dengan nada ejekan.

“Ayah.” Zoya terkejut, mendapati ayahnya sudah berdiri di belakang mereka dengan tatapan tajam.

“Kau tahu apa pekerjaan orang tuanya?” 

Zoya tertunduk, tidak berani menatap ayahnya.

“Apa kau tahu, kalau Hadi, ayahnya itu hanya satpam di kompleks kita ini? Apalagi ibunya, penjual kue keliling yang sudah jadi langganan rumah ini.”

“Tahu, Ayah,” jawab Zoya pelan, masih tertunduk.

 

“Dan kau masih ingin menikah dengannya?”

“Ayah, apa hubungannya dengan pekerjaan orang tuanya?”

“Kita ini keluarga terpandang, Zoya. Ayahmu ini seorang pebisnis sukses.” Arya menepuk dada, membanggakan diri.

“Apa kata kolega-kolegaku nanti, jika mereka tahu besan kita hanya seorang satpam itu pun di kompleks perumahan kita sendiri?”

“Ayah!” Zoya sudah berkaca-kaca menahan tangis, dia tak ingin terlihat cengeng di depan ayahnya.

‘Tahan Zoya, jangan menangis. Kalau kau ingin menang dari Ayah, kau harus bisa lebih keras darinya,' batin Zoya.

“Kau tahu keluarga besar kita seperti apa, ‘kan? Setidaknya, pilihlah calon suami yang tidak akan membuatku malu saat menyebutnya sebagai menantu!”

“Mas, dengarkan Zoya dulu!” pinta Dita, berusaha meredam amarah suaminya.

“Lagi pula anak itu hanya pekerja kasar di pabrik kecil, apa yang bisa dia berikan padamu?” tambah Arya tak menghiraukan ucapan istrinya.

“Azka laki-laki yang baik, Ayah,” ucap Zoya lantang.

“Ayah tidak akan melarangmu jika hanya berpacaran dengan anak itu. Tapi jika untuk dijadikan suami, pilihlah yang tidak akan membuat malu keluarga besar kita,” tegas Arya.

“Tapi, Ayah ....”

“Jika kau memang ingin menikah, putuskan saja anak itu! Ayah akan carikan calon suami yang lebih pantas untukmu,” ucap Arya, Zoya tak bisa menahan air matanya dan mulai menangis.

“Ayah, aku hanya mencintai Azka,” ucap Zoya lirih.

“Bunda, bantu aku untuk bicara pada Ayah.” Zoya mencari pembelaan.

“Pernikahan itu tidak cukup hanya dengan cinta, Zoya. Suatu saat kau pasti akan berterima kasih padaku karena menentang anak itu,” ucap Arya, meninggalkan Zoya yang kini menangis di pelukan ibunya.

“Bunda, aku harus bagaimana?” tanya Zoya dengan terisak-isak.

‘Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada Azka dan keluarganya?’ batin Zoya.

Dita tak bisa berbuat apa-apa jika mengenai suaminya yang keras kepala, dia hanya bisa menenangkan Zoya dalam pelukannya.

Dita pun sebenarnya setuju dengan keputusan suaminya. Bagaimanapun, Zoya hanya akan mendapat perlakuan buruk dari keluarga besar Arya jika meneruskan hubungannya dengan Azka. Bagaimana tidak, di keluarga Arya tidak ada satu orang pun yang tidak memiliki harta dan jabatan.

Dulu Dita selalu merasa bangga pada anak-anaknya yang tidak terpengaruh cara berpikir Arya dan keluarganya. Dia bersyukur Elvan dan Zoya tumbuh menjadi manusia yang memiliki kelembutan hati dan rasa simpati.

Namun, Dita sama sekali tidak menyangka, bahwa hal itu akan membawa anak-anaknya pada kehancuran.

‘Semua ini salahku, karena memilih keluarga batu seperti mereka,' batin Dita menyalahkan dirinya sendiri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurfa Faiz
awal yang bagus, lanjut author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Third Marriage, My Last Love   2. Air Mata Zoya

    Setelah perseteruan dengan ayahnya kemarin, Zoya mengurung diri di kamar. Tidak berselera makan dan tidak enak tidur, dia hanya memikirkan apa yang harus dikatakan jika bertemu Azka dan orang tuanya. Apalagi mengetahui ayahnya yang akan menjodohkannya dengan orang lain, membuat Zoya semakin kebingungan.“Ponselnya mati,” gumam Zoya saat meraih ponsel yang tidak dia lihat sejak kemarin.Zoya menyalakan ponselnya, muncul notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan dari para sahabatnya.“Astaga, ponselku bisa meledak karena pesan dari dua orang ini,” gumam Zoya dengan senyum tipis, melihat banyaknya pesan dari Nisa dan Mila, sahabatnya.[Hei, Zoya! Kau sakit? Kenapa tidak ke kantor?]Pesan dari Mila.[Zoya, kau tidak apa-apa, ‘kan? Tadi Azka mencarimu ke sini, ada apa denganmu? Kenapa tidak ada kabar?]Pesan dari Nisa.Belum sempat membalas pesan itu, Zoya terdiam saat muncul notifikasi dari kekasihnya.“Azka menelepon sampai lima belas kali? Dia pasti khawatir,” gumam Zoya.[Zoya, kau b

  • Third Marriage, My Last Love   3. Kecemasan

    Hadi baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya, berpatroli sebelum jam pulang.“Aku dengar Pak Arya akan menikahkan anak perempuannya dengan keluarga Kavindra,” ucap Sapto, salah satu satpam yang bergosip dengan rekannya saat sedang serah terima pergantian jam kerja.“Yogi Kavindra? Setahuku mereka memang sudah berteman sejak lama, dan sekarang akan jadi besan?” Rekannya yang bernama Rudi menanggapi.“Apa yang kalian maksud itu adalah Zoya?” tanya Hadi, ayahnya Azka yang tak sengaja mendengar dari arah belakang.“Iya, siapa lagi, anak perempuan keluarga itu ‘kan hanya Zoya,” jawab Sapto tanpa menoleh ke arah suara yang bertanya.‘Apa Azka tahu hal ini?’ tanya Hadi dalam hatinya sambil berlalu memasuki ruangan untuk mengambil kunci motornya karena jam kerja sudah selesai.“Hei, kenapa kau bicara begitu? Kau tahu ‘kan kabarnya anaknya itu punya hubungan dengan Zoya,” ucap Rudi pelan.“Aku tidak sengaja, aku pikir bukan dia yang datang. Lagi pula memangnya kau percaya? Bisa jadi itu hany

  • Third Marriage, My Last Love   4. Berakhir

    Zoya tampak sedang menikmati makan malam bersama ibu dan kakaknya, setelah mengetahui sang ayah akan pulang terlambat. Sudah dua hari Zoya tidak pergi bekerja karena belum berani bertemu Azka, ponsel pun hanya dinyalakan saat malam hari agar tidak ada yang menelepon.Zoya juga hanya berdiam diri di kamar, enggan keluar karena tidak mau bertemu ayahnya. “Baguslah kau terlihat baik-baik saja,” ucap Arya membuat Zoya terkejut.Zoya langsung menatap ke arah ibunya. Dita pun sama terkejutnya, karena saat pagi jelas dia mendengar suaminya mengatakan akan pulang sangat larut.“Mas, bukankah tadi pagi bilang akan pulang terlambat? Kalau tahu tidak jadi, kami pasti menunggu dulu untuk makan bersama,” ucap Dita tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan keterkejutannya, dia lalu menarik Arya duduk di kursinya dan meraih piring untuk menyiapkan makan malam.“Tidak usah, aku sudah makan malam di luar,” cegah Arya.Dita kembali duduk sambil menatap penuh khawatir pada anak perempuannya.“Ada bagus

  • Third Marriage, My Last Love   5. Keputusan Azka

    Saat sarapan, terjadi keributan antara Arya dan Dita. Arya meradang mengetahui Zoya tidak menurutinya dan pergi diam-diam.Dita dan Elvan tentu menjadi sasaran kemarahan Arya. Elvan yang sudah terbiasa sengaja tak mendengar ocehan ayahnya itu dan tetap menikmati sarapannya dengan tenang.Arya yang semakin meradang pun melakukan sesuatu untuk memperingatkan anak perempuannya.“Mas, apa yang Mas lakukan? Kenapa harus sampai melakukan hal itu?” protes Dita pada suaminya.“Ini peringatan untuk anak perempuanmu, kau terlalu memanjakannya sehingga dia jadi pembangkang seperti ini,” ucap Arya.“Bukankah sifatnya sama sepertimu, Ayah, sama-sama keras kepala,” sanggah Elvan tak senang ibunya disalah-salahkan.“Apa kau bilang?” teriak Arya pada anak laki-lakinya.“Lihatlah, Dita! Bahkan kau juga gagal mendidik anak laki-lakimu, sebenarnya apa yang bisa kau lakukan sampai-sampai kehidupan kedua anakmu berantakan seperti ini?” lanjutnya lagi.“Ayah! Apa kau lupa, aku hancur seperti ini pun karena

  • Third Marriage, My Last Love   6. Kesedihan dan Amarah Zoya

    Setelah mendengar perkataan Azka, Zoya tidak bicara sedikitpun. Walaupun banyak pertanyaan di dalam pikirannya, mulutnya seakan terkunci. Dia pun tidak mengerti, entah apa yang membuatnya begitu takut untuk bertanya 'kenapa' pada Azka.Keduanya duduk dalam diam untuk beberapa lama, saling menundukkan kepala dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Ayo, aku antar kau pulang!" ucap Azka memecah keheningan. Zoya hanya mengangguk, matanya masih menghindar.Di perjalanan pulang pun tidak ada pembicaraan sedikitpun. Azka fokus pada jalanan sedangkan Zoya hanya memeluk dalam diam di belakang Azka.Zoya turun dari motor Azka saat mereka sampai tepat di depan rumahnya, Azka menggenggam tangan Zoya dengan erat, menatap Zoya yang masih tertunduk dengan murung."Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Zoya lirih.Azka menyentuh lembut pipi Zoya tanpa melepas genggamannya, "Maaf," ucapnya singkat lalu melepas tangannya dan menyalakan motornya kembali.Zoya mengangkat kepala, menatapnya lek

  • Third Marriage, My Last Love   7. Kehidupan Baru, Pilihan Ayah

    Empat bulan sudah berlalu setelah kepergian Azka dan keluarganya yang entah kemana.Zoya kini mulai bisa menerima kepergian kekasihnya itu, meski semua mengubah seluruh hidupnya dan juga dirinya.Zoya berhenti dari pekerjaannya karena paksaan dari Arya, sang ayah."Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Adrian Kavindra, istri seorang CEO yang sukses, untuk apa lagi kau masih bekerja di perusahaan kecil itu," ucap Arya saat itu.Arya kemudian menentukan tanggal pernikahan Zoya dengan Adrian. Tidak ada bantahan dari Zoya membuat Arya senang, namun tidak dengan Dita.Pernikahan pun dilangsungkan dengan sangat megah dan luar biasa di kediaman pribadi Adrian Kavindra, tapi pernikahan yang seharusnya menjadi mimpi bagi para gadis itu ternyata sama sekali tidak berkesan diingatan Zoya."Zoy ... kau sangat beruntung, semuanya sangat luar biasa, benar-benar pernikahan idaman semua wanita," ucap Nisa sambil terus mengamati gaun pengantin yang dikenakan Zoya.Saat keluarganya dan mempelai pria se

Latest chapter

  • Third Marriage, My Last Love   7. Kehidupan Baru, Pilihan Ayah

    Empat bulan sudah berlalu setelah kepergian Azka dan keluarganya yang entah kemana.Zoya kini mulai bisa menerima kepergian kekasihnya itu, meski semua mengubah seluruh hidupnya dan juga dirinya.Zoya berhenti dari pekerjaannya karena paksaan dari Arya, sang ayah."Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Adrian Kavindra, istri seorang CEO yang sukses, untuk apa lagi kau masih bekerja di perusahaan kecil itu," ucap Arya saat itu.Arya kemudian menentukan tanggal pernikahan Zoya dengan Adrian. Tidak ada bantahan dari Zoya membuat Arya senang, namun tidak dengan Dita.Pernikahan pun dilangsungkan dengan sangat megah dan luar biasa di kediaman pribadi Adrian Kavindra, tapi pernikahan yang seharusnya menjadi mimpi bagi para gadis itu ternyata sama sekali tidak berkesan diingatan Zoya."Zoy ... kau sangat beruntung, semuanya sangat luar biasa, benar-benar pernikahan idaman semua wanita," ucap Nisa sambil terus mengamati gaun pengantin yang dikenakan Zoya.Saat keluarganya dan mempelai pria se

  • Third Marriage, My Last Love   6. Kesedihan dan Amarah Zoya

    Setelah mendengar perkataan Azka, Zoya tidak bicara sedikitpun. Walaupun banyak pertanyaan di dalam pikirannya, mulutnya seakan terkunci. Dia pun tidak mengerti, entah apa yang membuatnya begitu takut untuk bertanya 'kenapa' pada Azka.Keduanya duduk dalam diam untuk beberapa lama, saling menundukkan kepala dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Ayo, aku antar kau pulang!" ucap Azka memecah keheningan. Zoya hanya mengangguk, matanya masih menghindar.Di perjalanan pulang pun tidak ada pembicaraan sedikitpun. Azka fokus pada jalanan sedangkan Zoya hanya memeluk dalam diam di belakang Azka.Zoya turun dari motor Azka saat mereka sampai tepat di depan rumahnya, Azka menggenggam tangan Zoya dengan erat, menatap Zoya yang masih tertunduk dengan murung."Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Zoya lirih.Azka menyentuh lembut pipi Zoya tanpa melepas genggamannya, "Maaf," ucapnya singkat lalu melepas tangannya dan menyalakan motornya kembali.Zoya mengangkat kepala, menatapnya lek

  • Third Marriage, My Last Love   5. Keputusan Azka

    Saat sarapan, terjadi keributan antara Arya dan Dita. Arya meradang mengetahui Zoya tidak menurutinya dan pergi diam-diam.Dita dan Elvan tentu menjadi sasaran kemarahan Arya. Elvan yang sudah terbiasa sengaja tak mendengar ocehan ayahnya itu dan tetap menikmati sarapannya dengan tenang.Arya yang semakin meradang pun melakukan sesuatu untuk memperingatkan anak perempuannya.“Mas, apa yang Mas lakukan? Kenapa harus sampai melakukan hal itu?” protes Dita pada suaminya.“Ini peringatan untuk anak perempuanmu, kau terlalu memanjakannya sehingga dia jadi pembangkang seperti ini,” ucap Arya.“Bukankah sifatnya sama sepertimu, Ayah, sama-sama keras kepala,” sanggah Elvan tak senang ibunya disalah-salahkan.“Apa kau bilang?” teriak Arya pada anak laki-lakinya.“Lihatlah, Dita! Bahkan kau juga gagal mendidik anak laki-lakimu, sebenarnya apa yang bisa kau lakukan sampai-sampai kehidupan kedua anakmu berantakan seperti ini?” lanjutnya lagi.“Ayah! Apa kau lupa, aku hancur seperti ini pun karena

  • Third Marriage, My Last Love   4. Berakhir

    Zoya tampak sedang menikmati makan malam bersama ibu dan kakaknya, setelah mengetahui sang ayah akan pulang terlambat. Sudah dua hari Zoya tidak pergi bekerja karena belum berani bertemu Azka, ponsel pun hanya dinyalakan saat malam hari agar tidak ada yang menelepon.Zoya juga hanya berdiam diri di kamar, enggan keluar karena tidak mau bertemu ayahnya. “Baguslah kau terlihat baik-baik saja,” ucap Arya membuat Zoya terkejut.Zoya langsung menatap ke arah ibunya. Dita pun sama terkejutnya, karena saat pagi jelas dia mendengar suaminya mengatakan akan pulang sangat larut.“Mas, bukankah tadi pagi bilang akan pulang terlambat? Kalau tahu tidak jadi, kami pasti menunggu dulu untuk makan bersama,” ucap Dita tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan keterkejutannya, dia lalu menarik Arya duduk di kursinya dan meraih piring untuk menyiapkan makan malam.“Tidak usah, aku sudah makan malam di luar,” cegah Arya.Dita kembali duduk sambil menatap penuh khawatir pada anak perempuannya.“Ada bagus

  • Third Marriage, My Last Love   3. Kecemasan

    Hadi baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya, berpatroli sebelum jam pulang.“Aku dengar Pak Arya akan menikahkan anak perempuannya dengan keluarga Kavindra,” ucap Sapto, salah satu satpam yang bergosip dengan rekannya saat sedang serah terima pergantian jam kerja.“Yogi Kavindra? Setahuku mereka memang sudah berteman sejak lama, dan sekarang akan jadi besan?” Rekannya yang bernama Rudi menanggapi.“Apa yang kalian maksud itu adalah Zoya?” tanya Hadi, ayahnya Azka yang tak sengaja mendengar dari arah belakang.“Iya, siapa lagi, anak perempuan keluarga itu ‘kan hanya Zoya,” jawab Sapto tanpa menoleh ke arah suara yang bertanya.‘Apa Azka tahu hal ini?’ tanya Hadi dalam hatinya sambil berlalu memasuki ruangan untuk mengambil kunci motornya karena jam kerja sudah selesai.“Hei, kenapa kau bicara begitu? Kau tahu ‘kan kabarnya anaknya itu punya hubungan dengan Zoya,” ucap Rudi pelan.“Aku tidak sengaja, aku pikir bukan dia yang datang. Lagi pula memangnya kau percaya? Bisa jadi itu hany

  • Third Marriage, My Last Love   2. Air Mata Zoya

    Setelah perseteruan dengan ayahnya kemarin, Zoya mengurung diri di kamar. Tidak berselera makan dan tidak enak tidur, dia hanya memikirkan apa yang harus dikatakan jika bertemu Azka dan orang tuanya. Apalagi mengetahui ayahnya yang akan menjodohkannya dengan orang lain, membuat Zoya semakin kebingungan.“Ponselnya mati,” gumam Zoya saat meraih ponsel yang tidak dia lihat sejak kemarin.Zoya menyalakan ponselnya, muncul notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan dari para sahabatnya.“Astaga, ponselku bisa meledak karena pesan dari dua orang ini,” gumam Zoya dengan senyum tipis, melihat banyaknya pesan dari Nisa dan Mila, sahabatnya.[Hei, Zoya! Kau sakit? Kenapa tidak ke kantor?]Pesan dari Mila.[Zoya, kau tidak apa-apa, ‘kan? Tadi Azka mencarimu ke sini, ada apa denganmu? Kenapa tidak ada kabar?]Pesan dari Nisa.Belum sempat membalas pesan itu, Zoya terdiam saat muncul notifikasi dari kekasihnya.“Azka menelepon sampai lima belas kali? Dia pasti khawatir,” gumam Zoya.[Zoya, kau b

  • Third Marriage, My Last Love   1. Penolakan Ayah

    Zoya termenung sendirian di kursi taman belakang rumahnya, dia teringat percakapannya dengan Azka siang tadi.“Zoya, apa akhir pekan ini kau ada acara?” tanya Azka saat menjemput Zoya dari kantornya.“Sepertinya tidak, ada apa?”“Orang tuaku ....” Azka tampak ragu dengan apa yang ingin disampaikannya.Zoya menggenggam tangan Azka dengan lembut, “orang tuamu kenapa?”“Mereka ... ingin bertemu dengan orang tuamu, Zoya.”Zoya melepas genggamannya, dia sesaat terdiam mendengar penuturan kekasihnya itu.“Ada apa?” tanyanya lagi melihat reaksi Zoya.“Azka ... ayahku memang tahu kalau kita sedang menjalin hubungan, tapi aku belum memberitahunya kalau kita berencana ke tahap yang lebih serius. Bisakah, kau menunggu sampai aku memberitahunya?” jawab Zoya dengan hati-hati.“Baiklah,” jawab Azka berusaha menyembunyikan kekecewaannya.“Maaf, Azka ... kau tahu ‘kan ayahku seperti apa? Tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin orang tuamu tidak mendapat sambutan yang layak jika datang tiba-t

DMCA.com Protection Status