Happy Reading..
"Kau mencari seseorang nona"
Deg!
Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya.
"Kau berniat mengusirku?"
"Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya.
"Hm?"
"Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan"
"Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini.
"Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini.
"Intinya yang perlu kau tau, aku tidak perlu jika hanya sekedar permintaan maaf" Irene sebenarnya sudah menduga kalau tidak akan semudah itu untuk berhadapan dengan pria seperti Aiden.
Menghembuskan nafas pelan akhirnya Irene menayakan satu pertanyaan yang mungkin akan ia sesali setelah nya.
"Lalu aku harus bagaimana?" Dan benar. Satu kalimat yang sukses membuat Aiden menyeringai puas.
"Karena kau berhutang 3 kali dengan ku, maka kau juga harus mengabulkan 3 permintaan ku. Bagaimana?"
Yah, sejujurnya Irene tidak yakin dengan apa yang akan dilakukan Aiden nanti. Dan juga gadis ini tau betul kalau alasan ia diculik juga karena pria ini.
Tapi Irene masih memiliki daya ingat yang bagus dimana Aiden juga telah menyelamatkan nyawa nya berkali-kali.
"Baiklah"
Tak menunggu lama lagi. Dengan cepat Aiden mendorong Irene hingga menabrak dinding dan menghimpitnya.
Sedetik kemudian gadis ini merasakan benda kenyal dan dingin yang menyentuh bibir nya. Ia membuka mata nya dan satu hal yang pertama ia lihat adalah mata biru yang tengah menatap nya dengan pandangan yang lembut.
Berbeda dari biasa nya yang selalu memancarkan aura yang menyeramkan kini berubah 180 derajat.
Semakin lama ciuman mereka semakin dalam. Setiap detik Aiden menekan bibir nya untuk mencari celah masuk kedalam.
Hingga pada satu titik Irene menyerah dan ikut hanyut dalam permainan Aiden. Tak bisa ia pungkiri sejauh apa pun ia berusaha, akan sangat sulit untuk melawan kemauan pria ini.
Bahkan aneh nya sekarang Irene menekan pundak Aiden dan meremas rambut raven nya. 'Akan sangat berbahaya kalau terus seperti ini' pikir pria ini.
Ia juga masih waras dengan tidak membuat gadis ini marah dan menjauh dari nya. Akhirnya dengan berat hati ia menyudahi acara yang sangat menyenangkan ini.
Aiden melihat Irene yang masih terdiam dengan nafas yang tak beraturan. "Itu permintaan pertama. Yang kedua, aku ingin kau menandatangi kontak yang aku buat sekarang." Irene hanya terdiam dan memandang Aiden dengan waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya ia sadar dan memutuskan sesuatu.
"Aku melupakan satu hal. Sampai berapa lama jangka waktu yang ada disurat perjanjian itu?" tanya Irene.
"1 Tahun," jawab Aiden dengan santai nya. Namun justru hal ini yang menjadi tanda tanya besar sekaligus sedikit rasa sedih bagi Irene.
'Mungkin dia hanya menginginkan ku sampai batas waktu itu. Setelah satu tahun pasti ia juga akan pergi meninggalkan ku,' pikir Irene.
Itu adalah ketakutan bagi gadis ini karena secara otomatis ia dan Aiden akan semakin sering bertemu.
Dan masalah nya adalah bagaimana kalau dia sampai jatuh cinta pada Aiden? Lalu sampai suatu saat nanti ia harus menerima fakta bahwa setiap waktu yang mereka lewati hanya sebatas perjanjian kontrak diatas kertas.
Hingga tanpa sadar, Irene mengatakan sesuatu sambil menatap dalam mata kelam milik Aiden. "Kenapa?"
"Apa nya?" tanya Aiden.
Suara bariton yang terdengar berat dan seksi membuat Irene sadar akan lamunan nya. Setelah itu ia kembali menenangkan diri dan bersikap tenang dihadapan pria ini "Ah tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa"
"Hn, akan kukirim surat nya nanti," ucap Aiden yang dibalas anggukan oleh Irene.
Aiden bukan lah orang bodoh yang tidak akan mengerti maksud dari pertanyaan Irene tadi.
Sejujurnya ia hanya menyimpan jawaban nya untuk suatu hari nanti. Karena sekarang belum saat nya gadis ini tau. Dan untuk itu kalian juga belum bisa mengetahui nya.
**
Jam sudah menunjukan pukul 23.00 kini Irene sedang mengantarkan Aiden sampai ke pintu keluar.
"Kau yakin tidak ingin menginap? Ini sudah sangat malam" Aiden yang mendengar hal itu sebenarnya merasa sangat senang, namun itu semua ia tutupi dengan wajah datar nya. "Tidak, lagi pula besok akan ada orang yang menjemput mu."
"Siapa?"
"Bodyguard ku"
"Eh? Memang nya kenapa?"
"Karena mulai besok kau akan tinggal dengan ku" Jujur saja Irene terkejut mendengar perkataan Aiden. Ia bahkan belum menyiapkan barang-barang nya untuk pindah. "Secepat ini? Aku bahkan belum menandatangi kontrak nya, dan-"
"Aku tidak akan menerima penolakan dari mu." Setiap perkataan Aiden selalu terdengar mutlak. Itu sebab nya akan sangat susah untuk melawan apa pun yang ia katakan.
Saat Aiden ingin pergi dengan mobil nya, tiba-tiba Irene teringat sesuatu. "Tuan, kau belum mengatakan permintaan mu yang ketiga," seru Irene.
Mungkin kalian bingung mengapa gadis ini malah mengingatkan Aiden tentang permintaan nya. Namun jangan salah, di ingatkan ataupun tidak Aiden juga pasti tidak akan lupa semudah itu. Setidaknya ia bisa menimang-nimang apa permintaan yang Aiden sebutkan kali ini wajar atau tidak nanti.
"Yang ketiga mudah saja. Aku hanya ingin kau berjanji untuk tidak pernah melakukan hal konyol seperti bunuh diri lagi."
Satu senyuman tercetak jelas di wajah Irene ketika mendengar ucapan dari pria ini. Ia mengulurkan jari kelingking nya dihadapan Aiden sembari tersenyum manis. "Oke, aku berjanji"
**
Keesokan harinya Irene masih tidur dikasur empuk berwarna putih nya, hingga sinar matahari menggangu mimpi indah gadis ini.
Satu hal yang ia rasakan sekarang adalah mengantuk. Sangat mengantuk hingga membuat nya tidur kembali.
3 jam berlalu, kini jam sudah menunjukan pukul 08.00 gadis ini baru terbangun dari tidur nya dan bergegas mandi. Setelah mandi ia menuju kedapur untuk memasak, belum sampai memegang penggorengan suara ketukan pintu terdengar hingga ke dapur.
'Cklek'
Terlihat dua orang seperti bodyguard berpakaian hitam tengah berdiri didepan pintunya. "Apa benar anda Nona Irene?"
"Iya, kalian siapa?"
"Kami anak buah dari Tuan Aiden, Tuan menyuruh kami untuk menjemput nona sekarang," ujar salah satu orang itu dengan sopan.
"Tapi aku belum mengemas pakaian ku" Irene meruntuki dirinya sendiri karena bisa melupakan hal ini dan memilih untuk tidur tadi.
"Tuan berkata kalau nona hanya perlu membawa barang-barang yang penting saja. Selebihnya Tuan Aiden sudah siap kan disana"
"Baiklah, tunggu sebentar ya" Akhirnya Irene hanya membawa beberapa barang seperti ponsel, dompet, dan satu pasang baju ditas nya.
**
Namun entah mengapa selama diperjalanan Irene merasa gelisah. Hingga tak lama setelah nya, mobil mereka berhenti disebuah restoran. "Nona, Tuan menyuruh kami untuk membeli makanan. Nona Irene tunggu dimobil, teman saya akan menjaga nona."
"Baik," ucap Irene canggung.
Selama menunggu, karena bosan akhirnya Irene meminta ijin untuk turun dan menghirup udara segar.
Namun Emerlad nya menangkap seorang wanita paruh baya yang tengah membawa barang belanjaan dan hendak menyebrang di jalan.
Entah mungkin karena kerepotan membawa barang nya, wanita itu tak melihat mobil yang sedang melaju kencang kearah nya.
Tak bisa tinggal diam Irene langsung berlari dengan sekencang-kencang nya menghampiri wanita itu dan mendorong nya kepinggir jalan.
Wanita paruh baya itu pun terkejut dan berterimakasih pada Irene atas bantuan nya. "Terima kasih, Nak. Kalau bukan karena bantuan mu ibu tidak tau lagi akan bagaimana"
"Jangan berkata seperti itu nyonya," ujar Irene. "Jangan memanggil ku nyonya, panggil saja ibu. Andai aku punya putri seperti mu, Nak"
Sebenarnya Irene ingin berbincang lebih lama dengan wanita itu tapi ia tak ingin membuat para bodyguard Aiden kebingungan mencari nya. Akhirnya Irene memutuskan untuk berpamitan dengan wanita itu dan kembali ke mobil.
"Nona kemana saja?"
Ya. Benar bukan? Sekarang Irene merasa bersalah karena membuat 2 orang panik karena nya. "Maaf pak, saya tadi dari sebrang sana"
Tak ingin membuang waktu lagi akhirnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di kediaman Aiden.
Terlihat dari luar, sebuah rumah yang besar dengan air mancur berisi ikan dan taman yang indah dihalaman depan menambah sensasi sejuk dirumah itu.
Namun satu hal yang membuat Irene menyengitkan dahi nya. Dari kejauhan ia melihat seorang gadis seumuran nya sedang merengek.
Karena penasaran, ia mendekati dan berdiri tepat dibelakang nya.
"Minggir! Aku ingin bertemu Aiden," bentak gadis itu. Jujur saja Irene terkejut melihat sifat kasar dari gadis itu kepada penjaga yang jelas lebih tua dari nya.
"Sebaiknya Nona pergi karena Tuan tidak ingin bertemu dengan anda," seru salah satu penjaga itu.
"Berani berani nya kau mengaturku begitu! Apa kau tidak tau aku ini adalah calon istri dari majikan mu!"
Deg!
Mendengar hal itu rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Satu kalimat yang mampu membuat Irene merasakan lemas dari kaki nya. Hingga tak lama kemudian muncul lah Aiden dari balik pintu dan tanpa panjang lebar lagi gadis yang merengek tadi pun langsung memeluk Aiden dengan erat.
Sedangkan Aiden sendiri? Dia hanya mengamati dan memandang ke arah Irene berdiri sekarang.
Entah mengapa ingin sekali Irene menjambak rambut gadis itu dan menjauhkan nya dari Aiden.
Namun ia cukup sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa dan tidak memiliki hak untuk mengatur apa pun dalam kehidupan pribadi Aiden.
Namun yang nama nya perasaan tak akan bisa dibohongi bukan?
Memang tak bisa dipungkiri setelah melihat hal itu ekspresi Irene berubah 180 derajat. Dan Aiden bisa melihat itu dengan jelas.
Akhirnya pria ini melepaskan pelukan Luna dari nya dan mengatakan satu kalimat yang sukses membuat semua orang disana terkejut tak terkecuali.
**
To be continue.
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Pisau tajam itu langsung menggores lengan putih milik Luna hingga membuat sang pemilik terbangun. "Arrkh sakit dasar kau ... Aidenn," teriaknya sembari bangun dan refleks ingin memeluk pria itu.Namun sayang belum ada 5 detik ia merasakan kehangatan pelukan Aiden tiba-tiba terdapat benda runcing menusuk punggung nya."Sakit a-ada apa Aiden kenapa kau sangat marah?" tanya dengan hati-hati karena ia bisa melihat dengan jelas terdapat emosi dalam tatapan Aiden.Tak juga menjawab pria ini justru mendorong Luna sampai menabrak dinding dan berteriak. "Kau tanya kenapa? kau ini pura-pura tidak tau atau memang bodoh hah?!" sentak nya sembari memegang rambut gadis ini dan sedikit menarik nya ke atas."Dasar wanita gila!" bentak nya sambil mendorong gadis ini."Sakit Aiden hentikan.""Rasa sakit itu bahkan tak seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan pada kekasih ku."'Deg'Mata nya membulat seolah ada benda yang menggores hati nya, air mata nya bahkan menetes kala mendengar penuturan pria i
Happy Reading Suara jerit kesakitan menggema jelas di seisi ruangan itu. Bagaimana tidak? Seorang pria dengan tangan terikat dikursi tengah menahan rasa sakit yang menjalar dari kepala hingga kaki nya. "Ampun tuan ... saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama," ujar pria itu. Hening. Tak ada balasan apa pun kecuali suara asahan pisau di ujung sana. Hingga beberapa menit kemudian suara bariton terdengar jelas di ruangan itu. "Itu sudah pasti. Tapi bukankah setiap orang yang melakukan kesalahan harus dihukum hm?" Hancur sudah harapan nya untuk bebas dari genggaman bos besar ini. Karena satu kesalahan yang ia lakukan hingga menempatkan nya di situasi paling berbahaya. "Aaarkkh ...." Jerit kesakitan ia lontarkan dari mulut nya. Tak ada pilihan lain selain meratapi tubuhnya yang penuh sayatan karena ulah pria di hadapan nya ini. "Tolong Tuan, sudahi saja semua ini," lirih pria itu dengan sisa tenaga nya.
Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan."Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang""Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya."Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.Ia hanya bisa berdoa dan
Pisau tajam itu langsung menggores lengan putih milik Luna hingga membuat sang pemilik terbangun. "Arrkh sakit dasar kau ... Aidenn," teriaknya sembari bangun dan refleks ingin memeluk pria itu.Namun sayang belum ada 5 detik ia merasakan kehangatan pelukan Aiden tiba-tiba terdapat benda runcing menusuk punggung nya."Sakit a-ada apa Aiden kenapa kau sangat marah?" tanya dengan hati-hati karena ia bisa melihat dengan jelas terdapat emosi dalam tatapan Aiden.Tak juga menjawab pria ini justru mendorong Luna sampai menabrak dinding dan berteriak. "Kau tanya kenapa? kau ini pura-pura tidak tau atau memang bodoh hah?!" sentak nya sembari memegang rambut gadis ini dan sedikit menarik nya ke atas."Dasar wanita gila!" bentak nya sambil mendorong gadis ini."Sakit Aiden hentikan.""Rasa sakit itu bahkan tak seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan pada kekasih ku."'Deg'Mata nya membulat seolah ada benda yang menggores hati nya, air mata nya bahkan menetes kala mendengar penuturan pria i
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.."Kau mencari seseorang nona"Deg!Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya."Kau berniat mengusirku?""Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya."Hm?""Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan""Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini."Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini."I
Happy Reading.Saat Aiden ingin memajukan wajah nya, terlihat Irene yang terkejut dan secara refleks langsung mendorong bahu Aiden dengan kuat.Namun ternyata itu semua sia-sia saja, karena walau begitu kekuatan Aiden jauh lebih besar dari tenaga nya.Karena tak ada pilihan lain akhirnya Irene menyetujui permintaan Aiden saat itu juga.Setelah itu pria ini memberikan sebuah surat perjanjian pada Irene untuk ditanda tangani. Satu demi satu permintaan konyol yang Aiden cantumkan kian membuat Irene merasa jengkel."Perjanjian ini hanya menguntungkan mu, aku tidak mau," sahut Irene.Ia sangat kesal dengan isi dari surat itu. Jika orang lain yang membaca itu pun pasti akan langsung menghajar siapa pun yang membuat nya.Surat perjanjian:1. Pihak pertama yaitu Nona Irene wajib menuruti perintah apapun itu dari Tuan Aiden.2. Nona Irene tidak boleh berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali Tuan Aiden.3. Segala y
Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan."Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang""Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya."Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.Ia hanya bisa berdoa dan