Happy Reading
Suara jerit kesakitan menggema jelas di seisi ruangan itu. Bagaimana tidak? Seorang pria dengan tangan terikat dikursi tengah menahan rasa sakit yang menjalar dari kepala hingga kaki nya.
"Ampun tuan ... saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama," ujar pria itu.
Hening.
Tak ada balasan apa pun kecuali suara asahan pisau di ujung sana. Hingga beberapa menit kemudian suara bariton terdengar jelas di ruangan itu.
"Itu sudah pasti. Tapi bukankah setiap orang yang melakukan kesalahan harus dihukum hm?" Hancur sudah harapan nya untuk bebas dari genggaman bos besar ini.
Karena satu kesalahan yang ia lakukan hingga menempatkan nya di situasi paling berbahaya.
"Aaarkkh ...." Jerit kesakitan ia lontarkan dari mulut nya. Tak ada pilihan lain selain meratapi tubuhnya yang penuh sayatan karena ulah pria di hadapan nya ini.
"Tolong Tuan, sudahi saja semua ini," lirih pria itu dengan sisa tenaga nya.
"Siapa kau berani mengaturku hah!" bentak pria ini sambil mengambil pistol yang ada disaku nya, dan mengarahkan tepat pada pria yang tengah ketakutan.
"Jangan tolong ...."
"Tu-tuan ... Ai ... den" Itulah kata terakhir yang pria ini lontarkan sebelum panas peluru melubangi kepala nya.
Aiden. Lebih tepatnya Aiden Cristover. Pria dingin yang terkenal memiliki sifat kejam dan misterius. Sangat pandai dalam hal berbisnis dan membunuh. Selain itu ia juga memiliki keluarga yang terbilang kaya dan terpandang dimasyarakat.
Namun mungkin kalian bingung. Bagaimana bisa semua orang tak tau kejahatan yang Aiden perbuat selama ini? Jawaban nya hanya satu. Status sosial yang menutupi fakta lain dibalik muka tampan dan otak cerdas seorang Aiden Cristover.
"Bagiku ... seorang penghianat sepertimu pantas mendapatkan hal ini," gumam Aiden sambil mengambil ponsel nya.
Tak lama kemudian ia menelepon seseorang dengan nada yang sudah kembali tenang. "Datang ke alamat yang ku kirim dan bereskan semua nya."
**
Keesokan hari nya disuatu apartemen yang mewah. Aiden tengah bergelut dengan semua tugas kantor nya. Memang suasana disana terbilang sangat hening.
"Aiden aku datang" Terdengar suara berisik dari pria yang sangat Aiden kenal memenuhi seluruh ruangan, bahkan hingga menembus ke kamar nya.
Tak terlu ditanyakan lagi. Karena kalau sudah begini mau tidak mau Aiden harus turun sebelum suara seperti soang itu merusak pendengaran nya.
Pria ini melewati satu persatu tangga dengan ekspresi muka yang ditekuk dan dengan tatapan mata yang tajam. Namun itu berbanding terbalik dengan orang yang ingin ia hampiri. Tak ada rasa takut sedikit pun. Hanya ada senyum sumringah yang ia ditunjukan.
"Berhenti berteriak dasar konyol," ujar Aiden sambil mengetuk kepala tamu nya dengan keras.
"-Hah, sepertinya hari mu sedang buruk" Sang empu hanya bisa menghela nafas pelan ketika melihat kelakuan sahabat nya ini. "Kau butuh refresing Aiden," sambung nya.
"Hn"
Namun setelah itu pria dihadapan nya ini menyeringai tanda ia mengetahui sesuatu. "Tapi jika ku lihat-lihat, seperti nya kau habis bersenang-senang." Mendengar hal itu membuat Aiden tersenyum puas. Memang ia akui walaupun sangat menyebalkan, tapi sahabat nya yang satu ini tidak pernah salah dalam hal kepekaan.
Sahabat? Mungkin kalian belum mengerti. Aiden memiliki satu sahabat yang sudah ia kenal sejak kecil, sebut saja nama nya Lucas.
Lucas ini memang termasuk orang yang sangat cerewet jika pada orang yang ia kenal, tak heran Aiden pun kadang dibuat pusing oleh tingkah nya.
Namun jangan salah. Walau begitu, justru hanya Lucas lah satu-satunya orang yang bisa dipercaya oleh Aiden. Ia juga sudah sangat mengenal sifat dari sahabat nya ini, termasuk satu kebiasaan buruk yang dimiliki Aiden, dia juga sudah tau akan hal itu.
"Hanya mengurus satu tikus kecil." Satu kalimat yang sudah cukup menjelaskan bagi Lucas. Karena bagaimana pun juga, Lucas adalah orang yang memiliki kebiasaan yang sama dengan Aiden.
"Mau apa kau kesini?" tanya Aiden karena melihat Lucas yang masih berpakaian kantor dan membawa beberapa dokumen.
Namun karena sifat iseng dari Lucas yang tak bisa dihindarkan maka ia hanya menjawab "Kau tidak perlu tau"
"Ini rumah ku," jawab Aiden dengan intonasi dan ekspresi yang datar. "Ya ... dan aku hanya ingin berkunjung." Mengabaikan amarah Aiden, Lucas dengan santai nya mengambil camilan dimeja makan.
"Pagi pagi buta begini?"
"Memang nya tidak boleh?"
"Kunjungan mu tidak diterima, silakan pergi."
"Astaga Aiden ... memang nya kenapa? Kau ini sinis sekali pada sahabat mu ini."
"Kau mengganggu ku" Setelah Aiden mengatakan hal itu muncul satu seringai diwajah Lucas.
"Apa aku mengganggu ritual pagi mu dengan para wanita mu seperti yang terakhir kali itu Aiden?" goda Lucas sambil tertawa puas karena melihat ekspresi Aiden yang menatap nya dengan tajam.
Tak ingin membuat sahabat nya tambah marah akhirnya Lucas langsung mengatakan alasan nya datang ke kediaman Cristover.
"Sebenarnya aku tadi tidak sengaja berada di dekat sini dan aku pikir akan sekalian mengantarkan ini pada mu," ujar Lucas sambil menyerahkan beberapa dokumen milik Aiden yang tertinggal di kantor nya beberapa hari yang lalu.
"Aaa terima kasih" Jujur saja Aiden bersyukur karena Lucas membawa dokumen yang memang sangat ia perlukan sekarang ini.
Karena ia sudah puas mengejek sahabat nya dan keperluan nya juga sudah selesai maka ia memutuskan untuk kembali berangkat menuju ke kantor. "Baiklah, kalau begitu aku ke kantor dulu. Jangan lupa akan ada rapat nanti"
"Hn."
Tak jelang lama setelah Lucas pergi tiba-tiba Aiden mendapat satu panggilan dan pesan singkat dari seseorang yang membuat rasa malas kembali muncul dalam dirinya.
"Ada apa?"
"...."
"Tidak usah, aku akan segera ke sana" Dengan nafas memburu dan kesal Aiden pergi dengan mobil hitam nya menuju suatu tempat yang ingin ia datangi.
Setelah ia sampai disana, terlihat lah pemandangan yang paling memuakkan bagi nya. Bagaimana tidak? Seorang wanita tengah merengek di depan pintu apartemen nya dengan keadaan yang cukup menyedihkan.
Melihat Aiden yang sudah datang wanita itu pun langsung ingin memeluk Aiden kalau saja tidak dihalau oleh para penjaga disana.
"Apa mau mu kali ini?"
"Aiden tolong maafkan aku ... biarkan aku tetap berada disamping mu seperti dulu ... hiks"
Yah. Sebuah kalimat sudah sangat sering Aiden dengar dari mulut wanita ini. "Sudah selesai?" tanya Aiden yang hanya dibalas oleh tangisan yang terdengar pilu.
"Bawa dia pergi sejauh mungkin. Aku muak melihat nya didekat ku," sambung Aiden sembari pergi meninggalkan wanita itu.
Sesampainya dimobil satu demi satu memori berdatangan dalam pikiran Aiden. Tak disangka. Satu nama yang terukir di ingatan nya menciptakan begitu banyak luka dihati nya.
Sebut saja nama nya Luna. Luna Mekhalister. Ia adalah anak dari rekan bisnis Ayah Aiden. Pertemuan mereka adalah awal dari sifat kejam Aiden tercipta.
*Flashback on*
Saat itu salju tengah turun dengan lebat nya. Bersamaan dengan itu pula pikiran-pikiran negatif diiringi ucapan seseorang yang terus bergema di pikiran nya.
Malam itu Aiden tengah berencana menyiapkan kejutan untuk Luna, kekasihnya. Namun siapa sangka pada malam itu juga ia tau bahwa selama 4 tahun mereka menjalin hubungan, selama itu juga Luna tengah berselingkuh dengan laki-laki lain. Dengan cara melihat Luna tengah bercinta dengan lelaki lain membuat nya sadar akan kebodohan nya selama ini.
Sejak saat itu, muncul rasa benci Aiden terhadap seorang gadis terutama pada mantan kekasih nya ini. Namun meski begitu, tak bisa ia pungkiri bahwa sampai saat ini pun belum ada yang sanggup menggantikan posisi Luna dalam hati nya.
*Flashback off*
Namun malam ini seakan-akan mengingatkan Aiden kembali saat mereka masih bersama. Jujur saja memang tak mudah untuk menggantikan cinta pertama tanpa adanya seorang pengganti.
Saat ia ingin menambah kecepatan nya, tanpa sadar seorang gadis yang tengah menyeberang dijalan dan berteriak hingga membangunkan Aiden dari lamunan nya.
Ia menginjak rem mobil nya dan bergegas keluar untuk melihat siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak.
Kemudian Aiden melihat seorang gadis cantik bersurai coklat tengah duduk di atas aspal dengan memegang kaki nya yang terluka. Mata biru nya menggulir pada sepeda yang berada tak jauh dari sana.
"Sakit," pekik gadis itu saat Aiden memegang kaki kanan nya.
"Seperti nya tulang mu bergeser, kau ceroboh juga ya," ujar Aiden tanpa sadar.
Gadis melotot ketika ucapan itu tercetus dengan santai nya dari pria yang sayangnya tampan di hadapan nya ini."Apa kau bilang? Ini semua juga karena kau yang membawa mobil ugal-ugalan Tuan," ujar gadis itu sambil menepuk lengan kanan Aiden.
"Hn."
"Bukan nya minta maaf malah mengatakan kosakata yang tidak jelas," gumam gadis itu. "Aku mendengar itu"
"Sudahlah, aku mau pulang"
"Dengan sepeda itu?" tanya Aiden karena melihat keadaan ban sepeda yang sudah hampir lepas dari tempat nya.
"Hn. Aku tidak butuh bantuan pria dingin seperti mu," ujar gadis itu karena kesal dan menahan rasa sakit nya.
"Memang nya aku bilang akan membantu mu?" Jujur saja. Entah mengapa muncul rasa bahagia saat menggoda gadis dihadapan nya ini. "Dasar menyebalkan"
Setelah gadis itu pergi satu seringai tercetak jelas di wajah Aiden. Ia bersender pada mobil nya dan menghela nafas pelan.
"Gadis yang cukup menarik, kalau kita bertemu lagi aku bersumpah akan membuat mu berada di genggaman ku," ujar Aiden sambil masuk ke dalam mobil dan bergegas untuk pulang.
Disisi lain Irene tengah berjalan menuntun sepeda nya dengan rasa nyeri menjalar dari kaki nya.
Ia mengumpat dan menyesali nasib nya karena bertemu dengan pria yang sangat menyebalkan.
Diperjalanan pulang ia bertemu dengan seorang pria yang menawari nya tumpangan, namun karena Irene menolak salah satu pria memukul nya hingga tak sadarkan diri.
Sebelum ia pingsan satu kalimat yang bisa ia dengar dengan jelas. "Bagus, seperti nya bos akan senang karena kita berhasil menangkap kekasih dari Aiden"
Satu kalimat yang membuat Irene bingung dan bertanya-tanya. 'Siapa Aiden?'
Disisi lain Luna tengah berada diruangan gelap dengan air mata yang sudah hampir mengering. Ia mengambil ponsel nya dan menelepon seseorang. "Kita jalankan rencana cadangan secepatnya"
Kemudian satu senyuman muncul diwajah cantik Luna "Bagaimana pun caranya kau harus kembali pada ku Aiden. Entah dalam keadaan hidup ataupun mati sekalipun" Gadis ini mengatakan hal gila itu sambil menatap kearah pisau yang menancap di dinding.
Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan."Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang""Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya."Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.Ia hanya bisa berdoa dan
Happy Reading.Saat Aiden ingin memajukan wajah nya, terlihat Irene yang terkejut dan secara refleks langsung mendorong bahu Aiden dengan kuat.Namun ternyata itu semua sia-sia saja, karena walau begitu kekuatan Aiden jauh lebih besar dari tenaga nya.Karena tak ada pilihan lain akhirnya Irene menyetujui permintaan Aiden saat itu juga.Setelah itu pria ini memberikan sebuah surat perjanjian pada Irene untuk ditanda tangani. Satu demi satu permintaan konyol yang Aiden cantumkan kian membuat Irene merasa jengkel."Perjanjian ini hanya menguntungkan mu, aku tidak mau," sahut Irene.Ia sangat kesal dengan isi dari surat itu. Jika orang lain yang membaca itu pun pasti akan langsung menghajar siapa pun yang membuat nya.Surat perjanjian:1. Pihak pertama yaitu Nona Irene wajib menuruti perintah apapun itu dari Tuan Aiden.2. Nona Irene tidak boleh berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali Tuan Aiden.3. Segala y
Happy Reading.."Kau mencari seseorang nona"Deg!Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya."Kau berniat mengusirku?""Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya."Hm?""Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan""Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini."Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini."I
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Pisau tajam itu langsung menggores lengan putih milik Luna hingga membuat sang pemilik terbangun. "Arrkh sakit dasar kau ... Aidenn," teriaknya sembari bangun dan refleks ingin memeluk pria itu.Namun sayang belum ada 5 detik ia merasakan kehangatan pelukan Aiden tiba-tiba terdapat benda runcing menusuk punggung nya."Sakit a-ada apa Aiden kenapa kau sangat marah?" tanya dengan hati-hati karena ia bisa melihat dengan jelas terdapat emosi dalam tatapan Aiden.Tak juga menjawab pria ini justru mendorong Luna sampai menabrak dinding dan berteriak. "Kau tanya kenapa? kau ini pura-pura tidak tau atau memang bodoh hah?!" sentak nya sembari memegang rambut gadis ini dan sedikit menarik nya ke atas."Dasar wanita gila!" bentak nya sambil mendorong gadis ini."Sakit Aiden hentikan.""Rasa sakit itu bahkan tak seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan pada kekasih ku."'Deg'Mata nya membulat seolah ada benda yang menggores hati nya, air mata nya bahkan menetes kala mendengar penuturan pria i
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.."Kau mencari seseorang nona"Deg!Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya."Kau berniat mengusirku?""Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya."Hm?""Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan""Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini."Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini."I
Happy Reading.Saat Aiden ingin memajukan wajah nya, terlihat Irene yang terkejut dan secara refleks langsung mendorong bahu Aiden dengan kuat.Namun ternyata itu semua sia-sia saja, karena walau begitu kekuatan Aiden jauh lebih besar dari tenaga nya.Karena tak ada pilihan lain akhirnya Irene menyetujui permintaan Aiden saat itu juga.Setelah itu pria ini memberikan sebuah surat perjanjian pada Irene untuk ditanda tangani. Satu demi satu permintaan konyol yang Aiden cantumkan kian membuat Irene merasa jengkel."Perjanjian ini hanya menguntungkan mu, aku tidak mau," sahut Irene.Ia sangat kesal dengan isi dari surat itu. Jika orang lain yang membaca itu pun pasti akan langsung menghajar siapa pun yang membuat nya.Surat perjanjian:1. Pihak pertama yaitu Nona Irene wajib menuruti perintah apapun itu dari Tuan Aiden.2. Nona Irene tidak boleh berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali Tuan Aiden.3. Segala y
Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan."Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang""Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya."Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.Ia hanya bisa berdoa dan