Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.
Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.
Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.
Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan.
"Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang"
"Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya.
"Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.
Ia hanya bisa berdoa dan menangis karena darah di lengan nya tak kunjung berhenti. Hingga tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang cukup tua menghampiri tempat nya.
"Apa benar dia kekasih Aiden?" tanya pria tua itu. "Benar tuan"
"Aku tidak mengenal siapa Aiden, kalian-"
"Jangan berpura-pura berlagak polos dan mencoba membohongi kami!" bentak pria itu sambil menampar pipi kanan Irene.
"Apa mau mu sebenarnya?" lirih gadis ini.
"Mudah saja ... aku hanya ingin perusahaan yang Aiden pimpin menjadi milik ku seutuhnya. Dan untuk itu sepertinya aku membutuhkan mu gadis kecil"
"Aku tidak ada hubungan nya dengan-" Ucapan Irene terpotong karena mendengar suara pintu yang terbuka dengan paksa.
Dan nampaklah seorang pria dengan jas yang sudah berantakan masuk dengan menyeret seorang pria dibawah nya.
"Lepaskan dia!" Suara bariton menggema diruangan kecil itu. Sedangkan orang-orang yang ada disana hanya tersenyum licik kecuali Irene.
"Akhirnya kau datang juga Aiden. Tak ku sangka kau bisa secepat ini merespon panggilan ku hanya demi gadis ini" Tunjuk pria itu pada Irene.
"Aku tidak suka basa-basi. Akan lebih baik kalau kau menuruti apa yang menjadi kemauan ku" Bertolak belakang dengan apa yang Aiden inginkan, justru mereka semua malah tertawa seolah baru saja mendengar sebuah lelucon.
Namun yang nama nya Aiden tak pernah sekalipun bermain dengan ucapan nya. Ia langsung membanting orang yang diseret nya tadi dan mengambil satu benda disaku nya.
Sontak semua orang disana dikejutkan dengan apa yang Aiden bawa sekarang.
Ya! Sebuah bom. Dengan ukuran sekitar genggaman tangan. Dan dengan bentuk yang bulat berwarna hitam sedikit hijau tua sedang berada digenggaman nya.
"Hei, apa yang akan kau lakukan?" tanya salah satu penjaga dengan panik.
"Aku memiliki sebuah mainan untuk kalian. Bagaimana kalau kita bermain sebentar disini?" balas Aiden dengan santai nya.
"Apa kau gila! Kau akan membunuh semua orang disini, termasuk gadis mu itu," teriak pria tua disebrang sana karena melihat Aiden yang hendak melemparkan bom itu.
"Dia tidak akan melakukan nya ... karena kalau dia melemparkan bom itu, sama saja seperti dia bunuh diri" Tidak terlihat ekspresi panik sedikit pun. Justru sebaliknya, seringai Aiden muncul ketika ada salah satu anak buah musuhnya yang berkata demikian.
"Kau memang benar ... tapi sayangnya aku tidak peduli akan hal itu. Lagi pula tidak masalah kalau gadis itu tiada, aku belum mengatakan dia kekasih ku bukan?" Setelah mengatakan hal itu Aiden langsung menatap Irene yang juga tengah melihat nya.
Sapphire itu hanya memberikan tanda lewat lirikan saja, ia sangat berharap gadis ini mampu mengerti apa yang ingin ia sampaikan.
Tak menjelang lama, tangan nya mulai membuka penutup dari bom itu dan melemparkannya.
"Semua menunduk!" teriak pria tua yang tak lain dan tak bukan adalah pemimpin mereka.
Tidak ada suara ledakan dan hawa panas disekeliling mereka, hanya ada gumpalan asap yang mengitari dan bunyi langkah kaki yang menjauh. Dan tiba-tiba.
Dor!
"Shit, kau penipu," lirih pak tua itu sebelum peluru panas menembus kepala nya. Para anak buah nya juga panik ketika atasan mereka mati dihadapan nya.
"Aku tidak menipu, mungkin kalian saja yang tak cukup pintar untuk memahami arti dari ucapan ku," ujar Aiden.
"Apa maksud mu hah?!" bentak salah satu anak buah disana.
"Bukankah aku tadi bilang bahwa itu adalah mainan. Aku tidak pernah mengatakan kalau bom yang ku bawa itu asli" Karena marah, alhasil dengan gegabah salah satu anak buah tadi menodong Aiden dengan pistol nya.
Namun sayang nya Aiden bisa melihat dengan jelas bagaimana raut ketakutan dan tangan gemetar yang mengiringi tindakan pria dihadapan nya ini.
"Ku sarankan kalau kau tidak bisa menggunakan benda ini, lebih baik tidak usah bermain-main dengan nya. Atau kau akan berakhir seperti ini," ucap Aiden sambil memutar lengan pria itu dan melubangi kepala nya dengan timah panas.
Setelah itu Aiden mengurung sisa nya diruangan itu dan mengunci nya.
Kemudian Irene melihat Aiden sedang menyalurkan selang gas pada lubang kecil yang memang langsung menyambung pada ruangan tempat orang yang menculiknya tadi.
Emerlad nya mengamati pria ini sedang membuka sedikit demi sedikit gas supaya memasuki ruangan kecil itu. "Hentikan, kau bisa membunuh mereka!" Namun itu percuma saja, karena Aiden tak mengindahkan ucapan Irene sama sekali.
Di dalam hati nya sudah dipenuhi amarah yang menggebu-gebu karena mereka berani menculik dan membuat gadis yang ia cintai terluka seperti ini.
Dan pada akhirnya satu percikan api mengakhiri semua permainan hari ini.
**
Dengan segala macam pemaksaan akhirnya Irene bersedia diantar pulang oleh Aiden. Namun selama diperjalanan hanya keheningan yang tercipta diantara mereka.
"Terima kasih karena sudah menyelamatkanku Tuan," ujar Irene sambil mengamati wajah Aiden yang masih fokus ke jalanan.
"Hn" Irene hanya tersenyum tipis ketika mendengar jawaban dari pria disamping nya ini.
Sesampainya di tempat tujuan bukan nya pulang Aiden malah masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan langsung duduk disofa ruang tamu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Irene karena bingung melihat tingkah dari pria dihadapan nya ini.
"Duduk"
"Aku tau, tapi ini sudah malam, tidak baik kalau-"
"Aku tidak peduli," ucap Aiden dengan cepat.
"Tapi tuan-" Lagi dan lagi ucapan Irene tiba-tiba terpotong oleh perkataan Aiden.
"Tutup pintu nya dan kemarilah. Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan mu!" ujar Aiden dengan tegas.
Entah mengapa, ingin sekali Irene menolak semua perintah dari pria dihadapan nya ini. Namun rasanya semua penolakan itu tertahan di tenggorokan kala melihat sifat dingin dan mata biru yang selalu menatap tajam walau sedang berbicara.
"Mulai besok kau akan menjadi kekasih ku," ujar nya dengan santai.
"Apa?!" Jujur saja tak hanya Irene, Aiden pun juga terkejut ketika melihat reaksi dari gadis ini.
Bagaimana tidak? Tak pernah sekalipun Aiden mendapat penolakan dari wanita disekitarnya, apalagi saat ia mengatakan hal seperti itu justru semua wanita akan langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang.
Dan untuk Irene, ia cukup terkejut sekaligus bingung bagaimana pria yang bahkan baru bertemu dengan nya 2 kali bisa mengatakan hal seperti ini dengan cepat dan santai.
"Aku tidak mau," lirih Irene.
"Kenapa?"
"Ah itu ... kita baru bertemu 2 kali bagaimana bisa kau langsung mengatakan hal seperti ini? Dan apa alasan mu untuk itu?"
"Aku tidak tau. Aku hanya ingin kau menjadi miliku, dan aku tidak akan menerima penolakan!"
"Kau tidak bisa memaksa ku Tuan"
"Tentu aku bisa"
"Bagaimana kalau aku berkata tidak"
"Maka aku akan menghamili mu sekarang juga," ujar Aiden sambil bangun dari duduk nya, dan menghampiri Irene yang terdiam mendengar ucapan dari Aiden.
Dengan cepat Aiden mendorong gadis ini hingga ke dinding, dan mengurungnya dengan kedua tangan.
"Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapan ku. Tentukan pilihan mu sekarang nona," bisik Aiden tepat disamping telinga kanan Irene.
**
To be continue.
Happy Reading.Saat Aiden ingin memajukan wajah nya, terlihat Irene yang terkejut dan secara refleks langsung mendorong bahu Aiden dengan kuat.Namun ternyata itu semua sia-sia saja, karena walau begitu kekuatan Aiden jauh lebih besar dari tenaga nya.Karena tak ada pilihan lain akhirnya Irene menyetujui permintaan Aiden saat itu juga.Setelah itu pria ini memberikan sebuah surat perjanjian pada Irene untuk ditanda tangani. Satu demi satu permintaan konyol yang Aiden cantumkan kian membuat Irene merasa jengkel."Perjanjian ini hanya menguntungkan mu, aku tidak mau," sahut Irene.Ia sangat kesal dengan isi dari surat itu. Jika orang lain yang membaca itu pun pasti akan langsung menghajar siapa pun yang membuat nya.Surat perjanjian:1. Pihak pertama yaitu Nona Irene wajib menuruti perintah apapun itu dari Tuan Aiden.2. Nona Irene tidak boleh berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali Tuan Aiden.3. Segala y
Happy Reading.."Kau mencari seseorang nona"Deg!Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya."Kau berniat mengusirku?""Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya."Hm?""Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan""Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini."Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini."I
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Pisau tajam itu langsung menggores lengan putih milik Luna hingga membuat sang pemilik terbangun. "Arrkh sakit dasar kau ... Aidenn," teriaknya sembari bangun dan refleks ingin memeluk pria itu.Namun sayang belum ada 5 detik ia merasakan kehangatan pelukan Aiden tiba-tiba terdapat benda runcing menusuk punggung nya."Sakit a-ada apa Aiden kenapa kau sangat marah?" tanya dengan hati-hati karena ia bisa melihat dengan jelas terdapat emosi dalam tatapan Aiden.Tak juga menjawab pria ini justru mendorong Luna sampai menabrak dinding dan berteriak. "Kau tanya kenapa? kau ini pura-pura tidak tau atau memang bodoh hah?!" sentak nya sembari memegang rambut gadis ini dan sedikit menarik nya ke atas."Dasar wanita gila!" bentak nya sambil mendorong gadis ini."Sakit Aiden hentikan.""Rasa sakit itu bahkan tak seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan pada kekasih ku."'Deg'Mata nya membulat seolah ada benda yang menggores hati nya, air mata nya bahkan menetes kala mendengar penuturan pria i
Pisau tajam itu langsung menggores lengan putih milik Luna hingga membuat sang pemilik terbangun. "Arrkh sakit dasar kau ... Aidenn," teriaknya sembari bangun dan refleks ingin memeluk pria itu.Namun sayang belum ada 5 detik ia merasakan kehangatan pelukan Aiden tiba-tiba terdapat benda runcing menusuk punggung nya."Sakit a-ada apa Aiden kenapa kau sangat marah?" tanya dengan hati-hati karena ia bisa melihat dengan jelas terdapat emosi dalam tatapan Aiden.Tak juga menjawab pria ini justru mendorong Luna sampai menabrak dinding dan berteriak. "Kau tanya kenapa? kau ini pura-pura tidak tau atau memang bodoh hah?!" sentak nya sembari memegang rambut gadis ini dan sedikit menarik nya ke atas."Dasar wanita gila!" bentak nya sambil mendorong gadis ini."Sakit Aiden hentikan.""Rasa sakit itu bahkan tak seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan pada kekasih ku."'Deg'Mata nya membulat seolah ada benda yang menggores hati nya, air mata nya bahkan menetes kala mendengar penuturan pria i
Suara itu seolah terdengar seperti ancaman. Namun jika di lihat dan diperhatikan ada nada bicara yang terdengar seolah menyimpan sejuta kesedihan. Aiden menggepalkan tangan kekar nya dan memilih melepaskan cekikan nya kemudian berbaring di sofa. Sebenarnya apa yang ia lakukan itu hanyalah gertakan dan pelampiasan. Pada akhirnya pria ini hanya bisa menghela napas pelan sebelum kegelapan membawa nya ke alam mimpi. Di sisi lain seorang pria tengah berada di kamar siksaan dan mengikat seorang wanita. "Lepaskan aku sialan! Aku ingin bertemu Aiden, aku sangat merindukan nya. Pasti kalian yang menghasut Aiden untuk menjauhi ku bukan?!" Keadaan Luna sekarang benar-benar seperti orang gila. Ia sedari tadi hanya berteriak dan menyalahkan semua orang atas apa yang dialami nya sekarang. Dengan pakaian yang lusuh dan air mata mengering hingga membuat penampilan nya semakin menyedihkan. "Abaikan saja, mungkin dia sudah gila," bisik bodyguard yan
Aiden berlari menghampiri Irene yang sudah terbaring lemas. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong gadis ini ke dalam mobil dan menyuruh salah satu anak buah nya untuk mengurus Luna.Rasa gelisah dan kawatir terus menghantui Aiden, ia mendekatkan wajah nya dan membisikan sesuatu pada gadis ini. "Sabarlah sebentar lagi kita sudah sampai dirumah sakit.""Tu-tuan Aiden ...." lirih Irene dengan sisa tenaga nya. Sesuatu di dalam diri pria ini bangun seketika saat mendengar rintihan kesakitan dari mulut Irene. Rasa yang tak pernah ada sebelumnya membuat Aiden sedikit kebingungan dengan apa yang telah terjadi.'Ada apa ini' pikir nya. Entahlah, Aiden merasa setiap detik dan setiap menit nya terasa sangat lama dan menyakitkan. "Sial. Apa tidak bisa lebih cepat!""Maaf Tuan diluar sedang macet." Tanpa menunggu lagi pria ini menggendong Irene keluar dari mobil dan berlari menuju rumah sakit terdekat.Tak peduli setiap langkah yang terbilang tidak beratura
Happy Reading. "Temukan dia sampai dapat!" Suara keras ini memenuhi seluruh penjuru rumah. Aiden benar-benar dibuat kesal oleh tingkah seorang gadis yang tiba-tiba menghilang dari kediaman nya. "Tuan, kami sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi belum menemukan dimana Nona Irene berada" Sedikit demi sedikit kesabaran Aiden mulai habis, hingga pada puncak nya ia menyuruh semua orang termasuk pelayan nya pulang dan menjauh dari hadapan nya. "Ck, sial kau dimana," gumam Aiden. Disisi lain seorang gadis tengah terikat di tiang dengan darah yang sudah bercucuran deras hingga membasahi kaki nya. Dengan nafas terengah-engah ia mencoba untuk memfokuskan pengeliatan nya pada satu titik. 'Dimana ini' pikir nya. "Akhirnya kau bangun juga" Suara ini membuat Irene langsung mengalihkan pandangan nya ke sudut gelap disebrang ruangan. "Siapa kau?" tanya Irene kepada wanita bertopeng di depan nya. "Siapa aku? Itu tidak penting. Yang jela
Happy Reading.Terhitung sudah 4 hari ia berada dikediaman Aiden, tak ada satu pun yang aneh kecuali sifat manja dan menjengkelkan dari pria ini yang tak kunjung hilang."Suapi" Seperti ini contoh nya, ketika sedang dimeja makan Aiden tak ingin menyentuh sedikit pun makanan itu tanpa disuapi oleh Irene."Tidak biasanya Tuan ingin makan makanan yang sudah disentuh orang lain," bisik salah satu penjaga yang ada disana.Namun rupa nya suara bisikan sekecil itu pun masih bisa di dengar oleh Aiden. "Kalian kemari ingin bekerja atau bergosip seperti itu?!" Suara bariton ini seolah seperti bunyi petir bagi semua pekerja disana.Tak hanya satu, bahkan semua orang yang tadi nya berkerumun dipojok ruangan itu dengan sekejap menghilang seperti ditelan bumi."Kau galak sekali," gumam Irene sambil tertawa pelan."Hn. Terkadang kita memang harus bersikap tegas kepada orang yang sulit di atur," ujar Aiden sembari menggarap tugas kantor nya yang tak
Happy Reading."Irene kau menunggu apa? Masuklah sayang"Deg!Semua orang disana langsung menatap kearah Aiden yang sedang tersenyum. Mereka benar-benar tak menyangka seorang Aiden Cristover bisa mengatakan hal selembut ini pada seorang gadis. Antara syok dan bahagia itu bercampur menjadi satu disana.Namun berbeda dengan seorang gadis yang justru tengah mengepalkan tangan nya seperti siap untuk menyerang. Mata biru nya dengan tajam menatap Irene yang masuk dikediaman Cristover.'Tenang Luna. Kebahagiaan gadis itu tidak akan lama lagi,'Irene masuk ke kediaman Aiden dan emerlad nya dikejutkan dengan nuansa tenang, dan corak rumah yang bergaya belanda. Aiden membawa Irene masuk lebih dalam hingga berhenti didepan suatu kamar."Mulai sekarang ini adalah kamar mu" Saat itu juga senyuman nya mengembang, kemudian gadis ini menatap wajah Aiden dengan wajah penuh harap. "Terimakasih. Boleh aku berkeliling sebentar?"
Happy Reading.."Kau mencari seseorang nona"Deg!Suara bariton terdengar di pendengaran Irene yang ajaib nya membuat rasa sedih gadis ini menghilang dalam sekejap. "Kau masih disini?" Ada perasaan tidak menyangka kalau pria ini mau berada disini sampai ia bangun dari tidurnya."Kau berniat mengusirku?""Tidak," jawab Irene dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepala nya."Hm?""Itu ... aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Irene dengan ragu-ragu. "Katakan""Aku minta maaf kalau ucapan ku sangat kasar semalam. Dan juga terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan ku 2 kali" Aiden yang mendengar hal ini hanya diam. Kemudian setelah dirasa Irene selesai bicara baru ia membalas semua perkataan gadis ini."Jika itu orang lain aku tidak akan peduli saat dia meminta maaf. Tapi karena itu kau ...." Ucapan Aiden terputus sejenak, ia mengamati setiap ekspresi dan gerak gerik dari gadis dihadapan nya ini."I
Happy Reading.Saat Aiden ingin memajukan wajah nya, terlihat Irene yang terkejut dan secara refleks langsung mendorong bahu Aiden dengan kuat.Namun ternyata itu semua sia-sia saja, karena walau begitu kekuatan Aiden jauh lebih besar dari tenaga nya.Karena tak ada pilihan lain akhirnya Irene menyetujui permintaan Aiden saat itu juga.Setelah itu pria ini memberikan sebuah surat perjanjian pada Irene untuk ditanda tangani. Satu demi satu permintaan konyol yang Aiden cantumkan kian membuat Irene merasa jengkel."Perjanjian ini hanya menguntungkan mu, aku tidak mau," sahut Irene.Ia sangat kesal dengan isi dari surat itu. Jika orang lain yang membaca itu pun pasti akan langsung menghajar siapa pun yang membuat nya.Surat perjanjian:1. Pihak pertama yaitu Nona Irene wajib menuruti perintah apapun itu dari Tuan Aiden.2. Nona Irene tidak boleh berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali Tuan Aiden.3. Segala y
Entah sudah hari yang ke berapa Irene akhirnya terbangun dari pingsan nya. Sekarang emerlad nya menelisik dimana ia berada sekarang.Namun nihil. Hanya ada sepetak kamar tanpa ranjang dan tempat tidur yang beralaskan tikar dengan bantal.Mengabaikan itu semua, ia mendengar suara pintu yang terbuka membuat nya menjadi posisi siaga sekarang.Irene menyengitkan dahi nya kala melihat beberapa pria yang tengah berdiri di hadapan nya dengan wajah yang cukup mengerikan."Tenanglah gadis kecil, sebentar lagi pasti pangeran mu itu akan datang""Siapa? Dan apa yang kalian lakukan padaku?" Jujur saja Irene panik karena melihat darah yang keluar dari kaki kanan, kepala hingga ke pipi dan di lengan atas nya."Oh, apa kau terkejut melihat luka itu? Sebenarnya kami hanya menggores sedikit saja supaya kau cepat bangun. Dan lihat cara itu berhasil bukan?" Sungguh mendengar itu saja membuat gadis ini merasa sangat takut.Ia hanya bisa berdoa dan