Home / Romansa / The Wedding Agreement / Bertemu Dengan Kristan

Share

Bertemu Dengan Kristan

last update Last Updated: 2021-04-11 17:53:01

"Bel lo yakin sama penampilan lo?" tanya Firly keheranan. Bukannya apa, penampilan Bella bisa dikatakan penampilan yang tidak layak bertemu dengan kekasih hati apalagi katanya laki-laki ini adalah calon suaminya.

Bella memeriksa penampilannya dari kaca yang ada di dalam lift itu dimulai dari atas sampai ke bawah. Semua terkesan natural, tidak ada riasan atau pun gaun malam wah yang biasa Bella pakai untuk ke pesta. Malahan yang Bella pakai saat ini adalah outfit coklat dengan celana bahan hitam. Terkesan pekerja kantoran.

Tak hanya itu rambut Bella yang seharusnya tertata rapi sekarang malah kelihatan berantakan. Kebiasaan kalau sedang kerja, Bella selalu mengikat asal rambutnya dan itu berlangsung sampai mereka masuk ke dalam lift.

"Gue lupa rambut gue masih berantakan," Bella menyengir kemudian.

Firly mendecak gemas sementara Bella malah santai-santai saja membuka ikatan rambutnya yang membuat rambut yang berwarna kecoklatan tergerai indah sampai ke pinggang.

"Ly, lo tau kan kenapa gue nggak dandan buat ketemu tuh orang."

"Gue tau, lo itu emang antipati banget sama laki-laki. Siapa pun itu dan itu termasuk calon suami lo ini. Makanya begitu ada kata nikah di sini, lo langsung ciut atau mending kabur aja. Bener nggak apa kata gue? Dari keluar ruangan juga lo udah kelihatan nggak semangat banget. Kayak orang abis putus padahal mah belum sama sekali."

"Hm ... makanya dengan begini. Semoga laki-laki itu bisa ilfeel sama gue dan akhirnya dia mau batalin nikah. Hahaha. Ide gue cemerlang amat ya kadang-kadang."

"Lo serius nggak mau nikah sama dia? Dia itu laki-laki sempurna Bella. Kurang apa coba? Dia kaya, tampan, pinter, masa depan lo bakal cerah. Masa lo lepasin gitu aja. Sayang banget kan."

"Mau dia tajir kek. Gue nggak peduli. Yang jelas gue udah nggak berminat buat nikah."

"Sampai kapan?"

"Ya gue nggak tau," kata Bella dengan acuh sambil mengangkat bahunya.

"Tragis banget sih hidup lo, Bel. Emang seharusnya tuh rival lo semasa SMA jangan pernah ada, biar dia nggak selalu bayang-bayangin hidup lo kayak gini. Biar lo bisa move on dan hidup bebas. Gue kasihan sama lo yang nggak bisa nikah gegara rival lo itu. Sebegitu hebatnya dia bikin lo nggak bisa move on."

"Ly ... udah deh. Jangan bahas itu. Gue makin kesal rasanya dengar dia lagi."

Tring... 

Bunyi lift terdengar bertepatan selesainya pembahasan kami yang menyangkut masalah move on ini. Bella melihat jam tangannya dan jarum jam menunjukkan pukul 8 malam. Bella telat satu jam. Dan memang itu tujuannya saat ini. Biar laki-laki itu makin kesal terus menyudahi hubungan yang belum di mulai sama sekali. Bella terkekeh dalam hati begitu mengetahui rencana demi rencana untuk mengagalkan pernikahan ini. 

"Bel hati-hati lo," kata Firly sebelum berpisah. Dia berjalan ke arah mobilnya sementara Bella berjalan ke arah mobilnya. 

"Oke." Bella memberikan jempolnya pada Firly.

Begitu sampai di depan mobil. Bella masuk ke dalamnya dan bersiap untuk melaju ke resto yang tadi di bilang laki-laki itu. Bella pakai seatbeatnya lalu menyalakan mesin mobil itu dan kemudian menyalakan GPS untuk mencari dimana resto yang di maksud.

Bella akui memang Bella kuper, Bella sudah tinggal lama di kota ini. Tapi, tidak tau tempat mana pun itu. Masih butuh bantuan GPS untuk mencari tempat. Bella memang orang yang jarang pergi kemana-mana kecuali apartemen, kantor dan rumah Kakek. Hanya ketiga tempat itu yang ku ketahui. Selain itu, tidak sama sekali. 

Bella menulis nama resto itu di GPS. The Dairy Nick. Dan muncullah lokasi yang akan Bella tuju saat itu.

"Oke siap."

Bella pun melajukan mobilnya ke sana dengan kecepatan sedang. Tak lupa Bella nyalakan lagu kesukaannya untuk menemani perjalanan Bella kali ini. Setidaknya ada hiburan dalam perjalanannya. Jadi, Bella tidak kesepian.

Satu jam kemudian, perjalanan pun sampai tepat di depan resto The Dairy Nick. Bella memarkirkan mobilnya lalu keluar dari mobil. Sebelum keluar Bella semprotkan parfum kesayangannya terlebih dahulu biar tidak ketara kalau Bella baru pulang dari kantor dan belum mandi.

"Saya mau ketemu sama Pak Renaldi Kristan Moreno. Saya sudah ada janji sama beliau di tempat ini," ujar Bella ketika Bella masuk dan seorang pelayan menghampirinya. 

Dalam hati berdoa, semoga laki-laki itu sudah pergi sejak sejam yang lalu karna saat ini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam yang berarti Bella sudah telat sekitar dua jam dari perjanjian.

Bella yakin laki-laki itu nggak akan mungkin bisa bertahan selama itu hanya untuk menemuinya. Mustahil. Jika Bella yang di beri janji pun, kalau suruh menunggu adalah hal yang paling malas. Apalagi kalau sudah berjam-jam. Detik itu juga pasti Bella langsung tinggal. Namun semua keinginan itu tidak sesuai harapan. Kenyataannya Kristan masih ada di resto ini. Sialan.

"Oh Pak Kristan. Mari saya tunjukkan."

Bella berjalan di belakang pelayan itu sampai pada sebuah ruang ekslusive yang hanya di peruntukkan untuk kalangan kelas atas. Untuk sekelas Kristan memang tak perlu di ragukan lagi. Dia pasti memilih tempat berkelas ini karna memang untuk memperlihatkan siapa dia yang sebenarnya dan juga untuk kenyamanan yang dia punya. Bella mengangguk-anggukan sendiri atas semua asumsinya itu.

Begitu pintu itu terbuka. Ruangan wah terlihat. Tidak hanya nyaman tapi juga sangat elegan dan berkelas.Tampilan meja yang di tata sangat menarik, sebuah alunan musik melow terdengar dan juga beberapa pernak-pernik resto itu terdapat di sana.

"Silahkan masuk Nona. Tuan Kristan sudah menunggu."

Bella pun masuk dan melihat seorang laki-laki sedang berdiri melihat entah apa dari balik jendela. Dia berdiri membelakangi dengan tampilan yang cukup menarik. Dia tampil rapi, rambut spike yang kelihatan basah, memakai jas dan celana mahal. Tidak hanya itu, sepasang sepatu mengkilat di sana. Sedangkan Bella? Bella malah tampil sebaliknya. Pakaian kerja yang kusut dimana-mana dan rambut yang di rapikan ala kadarnya. Tidak se-perfect dia. 

"Ehem."

Bella berdeham demi membuatnya sadar kalau Bella sudah datang. Bella kira dia sudah pergi sejak tadi. Tapi, perhitungannya ternyata salah. Dia masih bertahan di sini dari jam yang sudah ditetapkan. Cukup menarik. Ternyata laki-laki ini sabar juga ya.

Laki-laki itu pun berbalik dan melihatnya. Dia menilai penampilan Bella yang datang hari ini. Ya Bella tahu Bella memang tidak secantik wanita-wanita diluar sana. Makanya dia menilai Bella dari atas sampai bawah dan tak lama kemudian dia menarik sudut bibirnya ke atas memunculkan smirk aneh dan itu membuat Bella sadar kalau dia ingin sekali Bella menendangnya saat itu juga.

"Bisa kita mulai acaranya. Aku ingin tau apa yang kamu inginkan sampai bisa Kakekku menerima perjanjian nikah itu."

Laki-laki itu melangkah elegan dengan suara gema kaki dari sepatunya itu ke arah kursi yang di peruntukkan untuk makan kami berdua. Dia mempersilakan Bella duduk dulu sebelum membahas masalah ini. Bella menuruti permintaannya untuk duduk dulu dan menunggu apa yang akan dia katakan.

Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan bersiap untuk bicara.

"Apa kamu tidak membaca apa yang ada di dalam surat itu. Kalau kedua pihak setuju akan pernikahan ini. Aku tidak menekan Kakekmu supaya aku bisa menikahimu. Tapi, Kakekmu sendiri yang datang ke kantorku memintaku untuk menikah sama kamu. Kamu tau alasannya apa?"

"Kamu pasti ingin mengenyahkan perusahaanku bukan. Makanya kamu mau menerima tawaran Kakek buat nikah sama aku. Aku tau sedari dulu kamu itu emang iri sama perusahaan Kakek. Makanya kamu nggak mau perusahaan Kakek berdiri. Dengan aku menikah sama kamu. Kamu bisa mengambil alih perusahaan aku atau bisa saja, kamu hilangkan begitu saja. Tapi, yang perlu kamu tau. Aku nggak akan tinggal diam."

Kristan menarik sudut bibirnya ke atas begitu Bella selesai berbicara. Seringainya terlihat jelas dan itu sangat mengerikan.

Gawat! Aku udah bangunin singa tidur.

Related chapters

  • The Wedding Agreement   Curhat

    Kini, Bella berada tepat di bawah kucuran air shower hangat untuk membasahi tubuhnya yang sudah pegal setelah seharian bekerja dan menemui Kristan tadi. Ternyata mandi itu sangat ampuh untuk menghilangkan rasa pegal dan juga menjernihkan semua pikiran yang sudah kusut sejak pertemuan tadi. Bayangan saja apa yang di katakan Kristan tadi begitu mengena dalam hati. "Aku memberi sebuah jalan. Urusan bisnis ini tidak hanya menguntungkan kedua belah pihak saja. Tapi juga memberi kehormatan pada keluargamu karna bisa mendapatkan keluarga Moreno. Salah satu keluarga terpandang di Negri ini. Kamu pasti sudah tau bagaimana keluargaku kan. Makanya kamu tidak usah berpikir panjang. Jika kamu menolak. Maka hilang sudah jalan lebar yang kamu terima." Bella mencermati wajah datar dan tidak berperasaan yang saat ini duduk di hadapannya. Dia begitu sombong karna menjadi bagian dari keluarga Moreno. Itu kebetulan saja dia bisa lahir di keluarga terpan

    Last Updated : 2021-04-14
  • The Wedding Agreement   Penjelasan Kakek

    Begitu mobil Bella sudah terparkir di depan mansion Biantara. Bella langsung bergerak memasuki tempat tinggal Biantara, Kakek kebanggaannya sejak dulu kala. Langkah terburu-buru Bella ambil setelah mengecek jam tangan yang sekarang berada tepat di posisi 7 pagi ini. Semua rencana sudah tertata rapi dalam kepala Bella setelah matanya terbuka sejak bangun pagi tadi. Bella langsung berpikir, apa yang harus Bella lakukan pagi ini sampai nanti Bella datang ke kantornya. Seorang pelayan utama menyambut Bella begitu kakinya masuk ke dalamnya. Daniel, pelayan yang sudah lama menjabat sebagai pelayan khusus yang di tempatkan di rumah Biantara menyapa Bella saat tau Bella datang untuk bertemu dengan Biantara. "Pagi Nona," sapanya dengan suaranya yang khas. Serak-serak basah yang sudah Bella kenal sejak dulu. "Pagi. Kakek ada di dalam kan?" "Tentu saja. Beliau sudah menunggu anda." "Wow ... aku tidak terkejut jika dia selalu tahu aku akan s

    Last Updated : 2021-04-15
  • The Wedding Agreement   Atur Saja

    Bella menjatuhkan tas jinjing yang ia bawa di atas meja kerja begitu ia sampai di kantor. Firly yang melihat Bella kesal hanya bisa menyunggingkan senyumnya. Firly bisa menebak dengan pasti kalau Bella tidak bisa menyelesaikan masalahnya sehingga wajahnya terlihat kesal saat ini. "Pagi-pagi muka lo udah di tekuk gitu. Apa masalahnya bertambah rumit makanya muka lo nggak kelihatan bahagia?" Bella mengacak rambutnya yang sudah tertata rapi itu untuk meredakan kekecewaan ini. Namun rasanya percuma saja. Tidak cukup membantu. Semua masih tetap pada sedia kala. "Ly, gue tadi ke rumah Kakek. Ya lo tau kan, kali aja gue bisa nego gitu tentang kesepakatan ini. Gue pikir, jalan gue bakalan mulus-mulus aja. Tapi, ternyata hasil yang gue dapat 0. Kakek tetap pada keputusannya dan mau nggak mau gue akhirnya nikah sama dia." "Yess ... gue pasti bakal jadi orang pertama yang akan datang ke party lo. Gue senang pada akhirnya lo nikah juga." "Gue nggak

    Last Updated : 2021-04-16
  • The Wedding Agreement   Mencoba Gaun Pernikahan

    Bella melihat gaun pernikahan yang sudah terpasang di manekin. Baru pertama kali melihatnya, Bella langsung dibuat heran. Rancangannya sangat indah, mempesona, keren dan terlihat begitu elegan. Kristan memang nggak salah pilih butik. Ini butik terbaik yang bisa berikan acungan jempol. Bella suka. Tapi bukan berarti dia menang. "Nona Bella. Silahkan di coba gaunnya. Jika ada yang kurang bisa kami perbaiki." Dengan tidak sabar, Bella mencobanya untuk memastikan apakah semuanya pas. Begitu juga dengan Kristan. Dia juga mencoba memakai jasnya yang sudah disediakan. Selesai mengenakannya Bella keluar untuk memperlihatkan pada desainer apakah semuanya sudah oke atau belum. Untuk saat ini, Bella rasa gaun yang dipakai sangat pas dan nyaman. Tidak terlalu terbuka dan yang pasti tidak ribet jika nanti Bella berjalan. Sebentuk seringai terlihat di bibir Kristan begitu Bella keluar dengan gaun yang sudah dipakainya. Entah apa yang di pikirkan Kristan ketik

    Last Updated : 2021-04-17
  • The Wedding Agreement   Memahami

    Sebelum pulang ada sebuah pertanyaan yang masih saja tidak bisa diterima. Bella ingin tahu apa pendapat dari laki-laki itu. "Kristan, aku mau tanya sampai kapan drama ini selesai?" Bella dengan suara serak menatap intens Kristan yang duduk di hadapannya itu. Bella benar-benar harus memastikan apa yang ada dalam pemikiran laki-laki dewasa ini. Kenapa ia begitu mau menjalani pernikahan yang hanya sebatas persetujuan semata. Padahal seharusnya ia bisa memilih cara lain. Bella pikir, Kristan merupakan tipe laki-laki yang bisa terlihat lebih dari semua laki-laki punya. Ia mapan, tampan, seorang pebisnis handal, pintar dalam mengolah perusahaan dan yang terpenting adalah ia bisa menaklukkan wanita di luar sana. Bukannya bertindak bodoh dengan menyetujui pernikahan konyol ini. Kristan melipat tangannya di dada seolah ia sedang terlibat suatu pemikiran yang sulit. Wajahnya juga terlihat begitu serius saat Bella mempertany

    Last Updated : 2021-04-18
  • The Wedding Agreement   Keingintahuan Firly

    Bella mengambil blouse berwarna hitam dan celana bahan dengan warna senada di lemari lalu memakainya. Setelah memastikan pakaian kerja yang Bella pakai tertata rapi dan tidak kusut di tubuhnya. Bella berjalan menuju kaca yang berada tak jauh dari lemari itu untuk memoles wajahnya dengan memakai make up tipis. Bella memang tidak terlalu suka memakai make up yang terlalu tebal. Makanya yang Bella pakai saat ini hanyalah pelembab, foundation, bedak dan terakhir Bella memakai lipstik berwarna nude. Sebelum pergi, Bella mengecek kembali semua riasan itu. Terlihat perfect. Dan terakhir, Bella menggelung rambutnya yang berwarna coklat ke atas supaya saat Bella bekerja, rambutnya tidak mengganggu, apalagi ketika Bella sedang mengetik berkas. Sangatlah tidak mudah. Bekerja sambil menggerai rambut itu membuatnya ribet. Apalagi jika nanti selalu ada berkas yang membuatnya berpikir keras. Bella malah tidak menyukai rambut yang tergerai berantakan. Setel

    Last Updated : 2021-04-19
  • The Wedding Agreement   Kedatangan Drew

    Langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan tahu siapa ia. Ia adalah temannya sendiri yang super bernama Drew. Siapa lagi yang bisa melakukan itu selain teman baiknya. "Bisa nggak sih kalau mau masuk itu kamu harus ketuk pintu dulu. Sangat tidak sopan mengetahui ada orang yang sedang bekerja di dalamnya dan kamu datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku tidak mau menolerir siapa pun itu, mau kamu orang terdekat aku atau bukan. Aku rasa kamu tidak pantas melakukannya." Drew mendengus lalu duduk di kursi yang di persiapkan di depan meja Kristan. "Sejak kapan aku bersikap sopan sama kamu Kristan. Lucu, kamu sudah tahu kan siapa aku. Jadi tidak perlu layaknya orang yang baru kenal satu sama lainnya. Terdengar kaku tahu nggak." Kristan menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi. Matanya menatap tajam teman baiknya itu yang duduk dengan santainya. Penampilan yang bisa terbilang sederha

    Last Updated : 2021-04-19
  • The Wedding Agreement   Drew Yang Membuatku Kesal

    "Wow ... kamu sungguh luar biasa. Tidak hanya cantik tapi kamu juga sungguh mempesona. Aku yang mendengarnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak ku sangka calon istri seorang Kristan ternyata sangat..." "Sangat apa?" pelotot Bella pada Drew. "Sangat mempesona. Hahaha. Kristan ternyata kamu mempunyai pasangan yang luar biasa menarik. Aku yakin dia pasti bisa menyamai sikapmu itu." Bella mulai bosan dengan situasi ini. Kenapa harus ada laki-laki ini di sini. Siapa sih dia. Ikut campur saja saat Bella sedang bicara. Kristan berdiri tak lama kemudian. Melepaskan kancing lengan kemejanya lalu melipatnya sampai sebatas siku yang dapat memperlihatkan betapa kekar tangan laki-laki itu. Lihat saja bagaimana otot-otot keras terlihat di sana. "Maafkan aku Bella, aku sedang banyak pekerjaan sampai tidak melihat ponsel kalau kamu menghubungi aku." Bella menggeram. "Alasan! Aku tidak suka ya alasan kuno seperti itu. Itu sangat me

    Last Updated : 2021-04-20

Latest chapter

  • The Wedding Agreement   Extra Part

    Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.

  • The Wedding Agreement   Kemesraan Kami

    "Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya

  • The Wedding Agreement   Kejahilan Kristan

    Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin

  • The Wedding Agreement   Aku Mencarimu Sayang

    Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot

  • The Wedding Agreement   Aku Suka Hari Ini

    Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja

  • The Wedding Agreement   Surat Gugatan Cerai

    "Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella

  • The Wedding Agreement   Ketidakberdayaan

    Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak

  • The Wedding Agreement   Kepergian Bella

    Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu

  • The Wedding Agreement   Kejujuranku Pada Kristan

    Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status