Home / Romansa / The Wedding Agreement / Keingintahuan Firly

Share

Keingintahuan Firly

last update Last Updated: 2021-04-19 09:02:56

Bella mengambil blouse berwarna hitam dan celana bahan dengan warna senada di lemari lalu memakainya. 

Setelah memastikan pakaian kerja yang Bella pakai tertata rapi dan tidak kusut di tubuhnya. Bella berjalan menuju kaca yang berada tak jauh dari lemari itu untuk memoles wajahnya dengan memakai make up tipis. Bella memang tidak terlalu suka memakai make up yang terlalu tebal. Makanya yang Bella pakai saat ini hanyalah pelembab, foundation, bedak dan terakhir Bella memakai lipstik berwarna nude. 

Sebelum pergi, Bella mengecek kembali semua riasan itu. Terlihat perfect. Dan terakhir, Bella menggelung rambutnya yang berwarna coklat ke atas supaya saat Bella bekerja, rambutnya tidak mengganggu, apalagi ketika Bella sedang mengetik berkas. Sangatlah tidak mudah. Bekerja sambil menggerai rambut itu membuatnya ribet. Apalagi jika nanti selalu ada berkas yang membuatnya berpikir keras. Bella malah tidak menyukai rambut yang tergerai berantakan. 

Setelah semua oke. Bella langsung keluar dari rumahnya dan berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman untuk melaju ke perusahaan.

Perjalanan demi perjalanan Bella lewati. Hanya butuh waktu sekitar satu jam setengah Bella menuju kantor itu dan untungnya hari ini tidak macet. Jadi, Bella bisa cepat mengendarai mobil ini lebih cepat dari perkiraan.

Kemarin Bella sampai di perusahaan ini bisa sampai dua jam. Mungkin karna kemarin jalanan masih ramai dan waktu padat-padatnya orang sibuk makanya butuh waktu lama sampai di sini. 

Bella membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam perusahaan. Salam sapa dari para karyawan itu terdengar begitu khas saat Bella masuk ke sana dan sebagai atasan yang baik, Bella balas semua salam sapa dengan sebuah anggukan. 

"Pagi Bella. Lo kelihatan lebih segar hari ini, gimana pertemuan sama Kristan? Lancar?" Firly bertanya pas kebetulan Bella mau membuka pintu ruangannya. Kelihatan ia juga baru datang dan menyapanya pagi ini. 

"Emang biasanya muka gue kelihatan jelek terus keruh gitu. Makanya lo bilang hari ini muka gue segar? Lo itu ya bercandanya keterlaluan. Sadis banget sih."

Firly cengengesan lalu meninju pelan lengan Bella sebagai tanda kalau Firly hanya bergurau. Bella yang terkena pukulan ringan hanya bisa tersenyum samar. Ia tahu bahwa Firly hanya bergurau, ia tidak menanggapinya secara serius.

"Kelihatan banget ya yang mau nikah sama seseorang yang tampan itu. Muka lo itu emang beda. Lebih seger gimana gitu. Gimana perkembangan lo sama dia?"

Bella menaruh tas jinjingnya dan mengambil tablet yang sering Bella pakai untuk bekerja di dalam tas. Kebiasaan yang selalu ia lakukan setelah datang ke meja kerjanya, ia ingin tahu perkembangan perusahaan yang ia kelola dari sebelumnya sampai detik ini. Apakah ada perubahan atau belum.

"Eh gue lagi ngomong kali ya sama lo. Kerjanya nanti dulu kenapa."

Bella yang sedang duduk dan serius itu langsung meringis lalu mendesah kemudian. Bella pasrah, ia menaruh tablet yang Bella pegang dan melihat ke arah Firly. Firly sedang bertolak pinggang seperti ibu yang sedang menginterograsi anaknya. 

"Emang menurut lo perkembangan gue sama dia tuh gimana?"

"Ya nggak tahu. Makanya gue tanya sama lo. Gimana sih. Nggak mungkin kan lo sama dia cuma lirik-lirikkan doang terus nggak ngomong apa-apa. Emang kayaknya lo sama dia butuh konsultasi asmara. Gue pikir begitu lebih baik."

Bella kembali memusatkan pikirannya pada tablet yang tadinya ia letakkan di atas meja. Ada pikiran yang menganggunya saat tadi ia sedang membaca hasil laporan perkembangan perusahaan hari ini. Namun sayangnya ia tidak bisa fokus sama sekali karna omongan Firly yang memang ingin sekali mengetahui bagaimana perkembangan hubungan antara Bella sama Kristan. Kalau di lihat-lihat dari beberapa waktu ini. Kami biasa saja. Memangnya ada perubahan apa?

"Bella ... lo denger gue nggak sih. Astaga ... ini orang ya. Ya gimana Kakek lo nggak jodohin lo sama dia. Lo-nya aja nggak ada kemajuan apa-apa. Bellaaa," Firly mengeram tidak percaya sama wanita satu ini. Emang ya kalau di tanya soal hubungan Bella itu selalu pasif. Nggak ada kesan menggelora atau aktif. Dan salah satu alasan kenapa ia begitu adalah karna seseorang. Siapa lagi kalau bukan rivalnya itu. Jadi penasaran apa sih yang di lakukan ia sampai Bella susah amat move on. 

"Kalau lo nggak ngomong juga. Gue diemin lo."

"Oke-oke."

Bella mendesah lelah begitu Firly menggeram tak tenang. Bella paling malas kalau Firly udah diemin Bella. Mau gimana lagi, kerjaan kami tuh setiap hari selalu bareng. Kalau Firly terus diemin Bella terus-terusan bakalan kacau kerjaan mereka nantinya.

Yang ada Kakek pasti nanya macem-macem. Bella nggak mau hal itu terjadi. Mau nggak mau, Bella akhirnya mengalah semua demi kelancaran pekerjaan mereka.

Bella tahu maksudnya. Ia pasti khawatir dan ingin tau bagaimana kelanjutan dari hubungan antara Bella sama Kristan. Dan ternyata apa yang ia khawatirkan memang terjadi. Bella akui, Bella sama Kristan juga nggak ada rasa sama sekali. Jadi ibaratnya Bella menikah atas dasar paksaan semata.

"Ly gue udah ketemu sama dia kemarin. Dan memangnya apa yang harus di bicarakan lagi. Hubungan gue sama dia cuma sebatas perjanjian. Kalau yang lo tanya masalah cinta..."

Bella menggelengkan kepalanya untuk menegaskan bahwa Bella sama ia tidak ada rasa sama sekali. Dua kali pertemuan dan dua kalinya juga kami tidak mempunyai rasa sama sekali. Hatinya tidak merasakan ada debaran kencang sama sekali. Berbeda saat Bella bersama dengan seseorang yang...

"Tenang aja Bella. Cinta itu akan datang kalau kamu terbiasa nantinya. Lama kelamaan kalau kalian bersama pasti timbul benih cinta."

"Omongan lo terlalu tinggi tau nggak Ly."

Bella lelah dan lebih baik fokus pada obrolan tak jelas ini. Untuk ke sekian kali, Bella taruh tebletnya di atas meja lalu bersandar di kursi yang Bella tempati. Melipat tangannya di dada lalu membayangkan pertemuan kemarin sama Kristan. Bella merasa hubungan antara ia sama Kristan tidak akan bisa berjalan seperti layaknya hubungan pasangan yang penuh cinta. Yang ada malah kami pasti selalu berdebat dan terasa dingin. 

"Jadi lo tetap akan menikah sama dia?"

"Gue udah bilang dari kapan tahu deh perasaan sama lo. Ya mau gimana lagi. Pada akhirnya gue sama dia nikah tanpa cinta dan tanpa rasa. Hambar. Gue udah bilang sama Kristan deh padahal. Kalau nggak cinta ngapain juga ia rela menikahi gue. Gue juga udah bilang sama Kristan, Ly. Mending kita batalin aja pernikahan ini terus lo tahu apa yang ia bilang? Nggak ada alasan buat nggak nikah sama aku."

"Ia sepertinya emang udah siap banget ya nikah sama lo."

"Gue nggak ngerti deh sama pemikiran tuh cowok. Antara mementingkan egonya atau emang dia punya tujuan tertentu yang gue nggak tahu. Nggak mungkin kan dia terima-terima aja. Lo tahu kan siapa dia?"

"Jelas gue tau siapa Kristan. Siapa sih yang nggak kenal sama Renaldi Kristan Moreno. Pernah ada sejarahnya ia itu berhubungan sama model. Tapi ya nggak ngerti deh gue. Antara cuma hubungan sebatas teman tapi mesra atau punya hubungan lebih. Nggak ngerti deh gue. Dan yang pasti perusahaan ia memang selalu jadi saingan kita."

"Nah itu dia. Gue heran deh sama Kakek, kenapa Kakek pengen banget gue nikah sama tuh cowok."

"Lo nggak tanya kenapa Kakek lo mau nikahin lo sama perusahaan saingan kita?"

"Udah. Gue udah tanya itu sama Kakek."

"Terus apa jawabannya?"

"Kakek bilang karna gue nggak nikah-nikah jadi dia cariin pasangan buat gue dan parahnya kenapa yang dia cari malah saingan kita."

"Hm ... gue tahu."

"Apa? Eh nggak usah di terusin sih. Kita bahas tuh cowok nggak akan ada habisnya. Gue tahu lo paling suka ngomongin masalah hubungan gue. Tapi ya nggak sekarang juga kali. Kerjaan kita numpuk nih."

Firly memutar bola matanya. 

"Oke deh bu bos. Kita kerja lagi."

Related chapters

  • The Wedding Agreement   Kedatangan Drew

    Langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan tahu siapa ia. Ia adalah temannya sendiri yang super bernama Drew. Siapa lagi yang bisa melakukan itu selain teman baiknya. "Bisa nggak sih kalau mau masuk itu kamu harus ketuk pintu dulu. Sangat tidak sopan mengetahui ada orang yang sedang bekerja di dalamnya dan kamu datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku tidak mau menolerir siapa pun itu, mau kamu orang terdekat aku atau bukan. Aku rasa kamu tidak pantas melakukannya." Drew mendengus lalu duduk di kursi yang di persiapkan di depan meja Kristan. "Sejak kapan aku bersikap sopan sama kamu Kristan. Lucu, kamu sudah tahu kan siapa aku. Jadi tidak perlu layaknya orang yang baru kenal satu sama lainnya. Terdengar kaku tahu nggak." Kristan menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi. Matanya menatap tajam teman baiknya itu yang duduk dengan santainya. Penampilan yang bisa terbilang sederha

    Last Updated : 2021-04-19
  • The Wedding Agreement   Drew Yang Membuatku Kesal

    "Wow ... kamu sungguh luar biasa. Tidak hanya cantik tapi kamu juga sungguh mempesona. Aku yang mendengarnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak ku sangka calon istri seorang Kristan ternyata sangat..." "Sangat apa?" pelotot Bella pada Drew. "Sangat mempesona. Hahaha. Kristan ternyata kamu mempunyai pasangan yang luar biasa menarik. Aku yakin dia pasti bisa menyamai sikapmu itu." Bella mulai bosan dengan situasi ini. Kenapa harus ada laki-laki ini di sini. Siapa sih dia. Ikut campur saja saat Bella sedang bicara. Kristan berdiri tak lama kemudian. Melepaskan kancing lengan kemejanya lalu melipatnya sampai sebatas siku yang dapat memperlihatkan betapa kekar tangan laki-laki itu. Lihat saja bagaimana otot-otot keras terlihat di sana. "Maafkan aku Bella, aku sedang banyak pekerjaan sampai tidak melihat ponsel kalau kamu menghubungi aku." Bella menggeram. "Alasan! Aku tidak suka ya alasan kuno seperti itu. Itu sangat me

    Last Updated : 2021-04-20
  • The Wedding Agreement   Intimidasi

    Pernikahan yang Bella inginkan adalah Bella bisa melangkah bersama dengan pasangan impian yang tidak hanya bisa berbagi dalam suka tapi juga dalam duka, kami bisa melewati pernikahan kami bersama-sama sampai akhir hayat nanti dan juga kami bisa saling cinta, melengkapi dan bisa saling mengerti satu sama lainnya. Simple bukan. Memang itu keinginan Bella sejak dulu. Namun semua yang Bella inginkan hanya ada dalam bayangan semata. Itu hanya ada dalam impian indah saja. Begitu ucapan janji di ucapkan oleh Kristan, laki-laki yang akan menjadi suami seumur hidup dengan lantang. Semua pasang mata yang menjadi tamu keluarga langsung berteriak sah setelah selesai berucap. Bella yang saat itu sedang duduk mendengarkan dengan seksama menjadi tersentak kaget mendengar realita yang sangat jauh dari bayangannya ini. Pasangan yang ada di sampingnya ini bukan seperti yang ada dalam bayangan Bella. Yang Bella inginkan adalah laki-laki yang sudah tahu betul luar dalam. Tapi tidak untu

    Last Updated : 2021-04-20
  • The Wedding Agreement   Luka

    Mata Bella terbuka dengan tubuh yang terasa remuk redam. Semua terasa begitu menyakitkan sewaktu Bella membuka mata. Rasanya untuk bergerak saja ia tidak sanggup apalagi berjalan ke kamar mandi. Padahal ia butuh ke kamar mandi sekarang. Sinar matahari terlihat dengan jelas saat Bella melihat ke tirai. Sinarnya masuk ke dalam melalui sela-sela tirai dan Bella kembali mengeluh, ternyata sudah beranjak siang, jam berapa ini? Tak pernah Bella bangun jam segini. Bella melihat ke sekeliling ruangan itu yang sekarang tengah ia tiduri lalu menatap langit-langit kamar yang saat ini tepat di atas kepalanya. Bella mengingat kembali atas apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin. Bayangan demi bayangan masuk ke dalam kepalanya saat itu bagai film yang ia tonton tanpa jeda sama sekali. Di mulai dari kami berdebat satu sama lainnya, K

    Last Updated : 2021-04-21
  • The Wedding Agreement   Apa Aku Tidak Ada Harganya

    "Apa yang kamu lakukan?" Bella mundur selangkah karna tangan Kristan yang terulur itu kepadanya. "Aku hanya ingin mengobatimu. Ada luka di bibirmu itu." Bella mengelengkan kepalanya begitu mengetahui bahwa Kristan ingin mengobati luka yang sudah ia perbuat sejak semalam. Buat apa ia berucap untuk mengobati lukanya kalau kenyataannya ia tidak akan pernah bisa mengubah sikapnya. Benci tetap saja benci tidak bisa mengubah semuanya menjadi sayang kalau ia tidak ada niat dari dalam dirinya sendiri ia akan memperbaiki diri. Dan luka ini, biarlah begini. Ini membuktikan betapa kasarnya yang telah ia lakukan pada Bella. Tak hanya kebenciannya yang terlihat tetapi juga sikap kasarnya juga terlihat jelas. "Tidak perlu. Aku masih kuat menanggung perih ini. Kam

    Last Updated : 2021-04-21
  • The Wedding Agreement   Fatal

    Bella rasa tindakan yang akan Bella lakukan sudah teramat fatal jika Bella dengan suka rela melaksanakan perintahnya. Bagaimana mungkin Bella menelanjangi diri dan dengan senang hati menganti pakaiannya itu di depan Kristan. Memang benar ia adalah suaminya. Tapi sudah sangat jelas bukan kalau yang ia perintahkan adalah tindakan untuk mempermalukannya dan juga secara tidak langsung membuat harga diri Bella terluka. Membuang semua gengsi dan harus mengikuti aturannya. Ia masih waras untuk melakukan hal itu. Bella bukan wanita yang tidak punya rasa malu. Ia punya dan ia tidak mau mempermalukan diri sendiri apalagi di hadapan Kristan. Lupakan! Seumur hidup Bella tidak akan pernah mau mempermalukan diri sendiri. Bella harus memikirkan cara lain supaya Bella tidak menemui jalan buntu. Lebih baik Bella memikirkan ide lain daripada harus bertemu dengan rasa malu pada diri sendiri. "Aku akan tidak mau membuka baju demi hasratmu semata. Aku bukan wanita yang dengan senan

    Last Updated : 2021-04-22
  • The Wedding Agreement   Di Rumah Sakit

    Saat Bella mau duduk di kursi yang ada di sana. Tiba-tiba saja pandangan matanya langsung menggelap dan tak lama kemudian Bella terjatuh tak sadarkan diri. Kristan yang melihat Bella pingsan langsung terburu-buru mendekatinya dan berjongkok kemudian. Ia memeluknya sembari menepuk pelan pipi Bella untuk membangunkannya. Sementara itu Biantara yang melihat cucu kesayangannya terjatuh tidak sadarkan diri terlihat begitu panik. Ia juga menghampiri Bella dan menyentuh tangan Bella. Mencoba untuk membangunkannya. "Kenapa Bella bisa pingsan? Apa yang kamu lakukan sampai ia bisa pingsan begini? Apa Bella tidak makan. Makanya bisa pingsan? Oh aku tidak percaya ini." Kristan yang masih mencoba membangunkan Bella tidak mampu menjawab pertanyaan Biantara. Ia mencoba cara ini supaya Bella bangun. Namun cara itu tidak mampu membangunkannya. "Aku akan membawanya ke rumah sakit kenalanku Kek. Aku akan beritahu nanti bagaimana kondisinya setelah dokter mem

    Last Updated : 2021-04-22
  • The Wedding Agreement   Isi Hati Kristan

    Selepas Biantara pergi bersama pelayan setianya yaitu Daniel. Kristan berjalan mendekati Bella yang saat ini sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucatnya. Tubuhnya terlihat begitu lemah tak berdaya. Tapi meskipun begitu, parasnya masih saja terlihat cantik dan tidak akan pernah pudar dari wajahnya itu. Bella melihat pemandangan dari balik kaca jendela yang berada di sana. Ranjang dan kaca jendela yang ada di ruangan itu memang tidak terlalu jauh sehingga ia bisa melihat keluar. Tidak terlalu banyak yang dapat Bella lihat. Hanya ada sebuah pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah sakit itu dan orang yang berlalu lalang di sekitar sana. Bella meruntuki nasibnya lagi dan lagi. Kenapa penyakitnya harus kambuh di saat yang tidak tepat sih. Kakeknya sudah mengetahui kondisinya sekarang ini. Bukannya apa, yang ia takutkan akan terjadi lagi. Pemikirannya hinggap pada pekerjaan di kantornya dan juga para pekerja di sana. Bagaimana dengan para kary

    Last Updated : 2021-04-24

Latest chapter

  • The Wedding Agreement   Extra Part

    Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.

  • The Wedding Agreement   Kemesraan Kami

    "Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya

  • The Wedding Agreement   Kejahilan Kristan

    Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin

  • The Wedding Agreement   Aku Mencarimu Sayang

    Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot

  • The Wedding Agreement   Aku Suka Hari Ini

    Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja

  • The Wedding Agreement   Surat Gugatan Cerai

    "Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella

  • The Wedding Agreement   Ketidakberdayaan

    Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak

  • The Wedding Agreement   Kepergian Bella

    Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu

  • The Wedding Agreement   Kejujuranku Pada Kristan

    Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status