Bella melihat gaun pernikahan yang sudah terpasang di manekin. Baru pertama kali melihatnya, Bella langsung dibuat heran. Rancangannya sangat indah, mempesona, keren dan terlihat begitu elegan. Kristan memang nggak salah pilih butik. Ini butik terbaik yang bisa berikan acungan jempol. Bella suka. Tapi bukan berarti dia menang.
"Nona Bella. Silahkan di coba gaunnya. Jika ada yang kurang bisa kami perbaiki."
Dengan tidak sabar, Bella mencobanya untuk memastikan apakah semuanya pas. Begitu juga dengan Kristan. Dia juga mencoba memakai jasnya yang sudah disediakan.
Selesai mengenakannya Bella keluar untuk memperlihatkan pada desainer apakah semuanya sudah oke atau belum. Untuk saat ini, Bella rasa gaun yang dipakai sangat pas dan nyaman. Tidak terlalu terbuka dan yang pasti tidak ribet jika nanti Bella berjalan.
Sebentuk seringai terlihat di bibir Kristan begitu Bella keluar dengan gaun yang sudah dipakainya. Entah apa yang di pikirkan Kristan ketika melihat Bella yang sudah memakai gaun rancangan desainer ternama. Yang pasti ia punya pikiran yang tidak bisa ditebak.
Bella kira semuanya bakalan tidak sesuai dengan yang Bella pikirkan. Karna teramat mustahil Bella tidak ikut campur di dalamnya. Untuk kartu undangan saja, Bella tidak diikut sertakan dan tiba-tiba saja kartu undangan itu sudah selesai. Kristan tidak mempedulikannya. Apalagi untuk gaun yang akan di pakainya nanti. Bella rasa itu pasti tidak akan pas. Mungkin akan kebesaran atau kekecilan. Namun, saat Bella melihat sendiri gaun yang akan Bella pakai di hari H. Semua detail dalam gaun dan rancangannya ternyata Bella suka. Bella jadi merasa aneh sendiri. Bagaimana bisa Kristan tahu tentang kesukaannya? Apa ia sempat bertanya pada Firly tentang semua ini atau bertanya pada Kakek?
"Untuk gaun malamnya. Kami sudah membuatnya, Nona bisa pakai yang ini dan ini. Ada dua gaun yang diinginkan oleh Tuan Kristan untuk pernikahan nanti. Yang satu untuk resepsi dan satunya lagi untuk acara pribadi dan juga ada kebaya untuk akadnya juga sudah di persiapkan."
Desainer itu menunjukkan semua rancangannya dengan bangga. Semua sudah terpasang rapi berjajar di manekin itu tinggal Bella coba satu persatu apakah semua sudah pas atau belum. Dan memang semua kelihatan wah dan simple. Meskipun ada pernak pernik pun tidak terlalu banyak juga. Bella sadari Bella juga tidak terlalu suka dengan banyaknya hiasan. Terkesan norak dan tidak enak di pandang.
Bagaimana pun melihat hal ini membuat Bella ingin bertepuk tangan atas hasil kreasi itu. Pemikiran Kristan memang sangat akurat. Ia tahu apa yang Bella mau. Sangat jarang bisa pas begini.
Bella pun mencobanya satu persatu semua gaun yang ada di sana. Berganti dari satu pakaian ke pakaian lainnya. Dan itu membuatnya pegal luar biasa tapi herannya semua kelihatan pas dan nyaman di tubuh Bella. Tak Bella sangka calon suaminya ini tergolong laki-laki yang cerdik luar biasa.
Selepas mencoba semua pakaian itu satu persatu. Akhirnya Bella bisa bernafas lega. Beginikah orang-orang yang akan menikah. Mempersiapkan semuanya tanpa waktu.
Bella bergerak untuk duduk di satu kursi kosong dan merenggangkan tubuhnya agar rasa pegal yang diderita oleh Bella hilang seketika.
"Setelah ini kita akan berkunjung ke studio foto. Namun bukan malam ini. Nanti akan aku kirim pesan kapan waktunya. Dan setelahnya kamu harus mempersiapkan diri untuk pernikahan kita."
Bella membuka high heels yang masih terpakai itu untuk memijit pelan sekitar telapak kakinya yang luar biasa pegal setelah seharian dipakai. Kenapa para wanita itu suka sekali memakai high heels seperti ini. Rasanya begitu lega setelah Bella membukanya dan memijitnya pelan di sekitar kaki.
"Aku nggak tau acaranya begitu cepat. Melihat tanggalnya yang memang tanggal cantik itu. Tidak pernah aku kira sebelumnya. Aku bisa menikah secepat ini. Kenapa kamu buru-buru memutuskan pernikahan ini? Takut aku kabur atau memang kamu takut semua rencanamu gagal. Begitu?"
Kristan yang melihat Bella memijit pelan telapak kakinya. Memandang Bella dengan pandangan sinis sembari bersedekap di dada. Laki-laki dingin macam Kristan mana mau mengulurkan tangan demi menolongnya yang terasa pegal di sana. Ia malah lebih suka memperlihatkan tatapan sinisnya ketimbang menolong.
"Semua yang atur adalah keluargaku. Pertimbangan tanggal pun gabungan antara keluargaku dan tentu saja Kakekmu sendiri. Mereka sudah sepakat untuk menikahkan aku dan kamu dengan tanggal yang menurut mereka adalah tanggal yang pas. Bukannya aku yang menginginkan pernikahan ini terburu-buru. Tapi karna semua pertimbangan mereka itu yang terkesan terburu-buru. Kamu salah sangka kalau aku yang menginginkannya. Yang harus kamu perhatikan lagi. Kita menikah di sini karna sebuah status. Hanya itu."
Bella memiringkan bibirnya ketika mendengar akan hal itu. Ada rasa sakit yang tak terlihat di dada. Begitu perih. Jika Bella bukan wanita yang bisa berpura-pura kuat di sini. Pasti sudah barang tentu. Bella akan menangis sesenggukan di pojokkan. Namun itu tidak akan pernah terjadi. Setelah orang tuanya meninggal karna kecelakaan pesawat dalam perjalanan. Bella selalu di tekan oleh Kakek harus menjadi wanita yang kuat dimana pun Bella berada. Meskipun Bella adalah seorang wanita. Bella tidak boleh lemah oleh siapa pun itu. Dunia itu bisa saja menindasnya kapan saja makanya Bella harus kuat dan tahan banting. Oleh karna itu Bella tidak boleh menangis. Menangis hanya akan membuktikan dirinya lemah.
Dan kenyataannya terbukti sampai sekarang dimana perjanjian pernikahan ini dilakukan. Buktinya Bella masih bisa tetap kuat meskipun ada rasa sakit di sana.
Satu hal yang cukup jelas Bella ketahui adalah. Laki-laki ini tidak layak sedikit pun jadi pasangan untuknya.
Bella sudah layaknya menjadi boneka yang nurut-nurut saja dengan kemauan para orang tua itu. Memang pada akhirnya Bella pun harus menuruti permintaan mereka. Mengikuti alur yang seharusnya bisa Bella tolak jika Bella punya pasangan. Namun mirisnya Bella tidak punya seseorang yang bisa di jadikan tameng.
"Ya aku tau saat pertama kali melihat dari sikapmu itu. Sudah di pastikan kamu itu tidak bisa menolak permintaan mereka. Kamu tidak bisa berdiri sendiri dan memutuskannya mana yang benar dan mana yang kurang. Padahal sudah sebesar ini tapi tidak bisa berpikir jernih dan masih meminta bantuan orang tua."
Kristan bergerak dan melihat Bella yang baru saja selesai memakai high heel. Dia menajamkan matanya dan memberikan sebuah peringatan di sana. Bella yang sudah biasa di beri intimidasi oleh orang-orang di luar sana, tidak bisa terpancing. Bella tidak akan kembali emosi karena yang Bella katakan memang benar adanya.
Bella sudah bilang sama ia untuk mengakhiri pernikahan ini. Namun, apa yang 9lia lakukan? Ia tidak bisa menghapusnya. Ia tetap menyetujuinya dan tetap menginginkan pernikahan ini.
"Kamu membuatku kesal."
"Oh maaf kalau begitu. Aku mengatakan apa adanya. Memang begitu. Aku terjebak dalam situasi ini. Tiba-tiba saja ada pemberitahuan aku akan menikah. Oh ayolah siapa yang tidak kaget mendengar hal itu. Kamu tau apa arti menikah di sini. Jangan buat main-main. Ini pernikahan sakral. Tidak bisa di anggap kita itu hanya sekedar punya hubungan biasa, kamu dan aku. Finish. Kamu harus ingat, Sang Pencipta turut andil di sini. Kamu akan mengucap janji suci di dalamnya. Tidak bisa di bilang hanya sekedar kata main-main saja. Kalau kita pacaran bisa saja kita putus dan setelahnya kita tidak akan mempunyai hubungan lagi. Bodo amat kamu mau bagaimana juga, aku nggak peduli. Tapi, yang harus kamu ingat, status putus setelah menikah sangat lah jelek. Image yang kamu dapat tidak hanya sekedar janda atau duda. Tapi lebih ke arah negatif. Oke lah tak apa dengan duda. Tapi, janda? Come on. Bisa gila aku dengar hal itu. Aku ingin sekali berhenti dan pergi. Namun, aku tidak bisa. Aku punya tangggung jawab. Miris sekali hidupku ini. Aku yakinkan sekali lagi padamu. Kuncinya hanya ada pada kamu tuan Kristan. Hanya kamu yang bisa mengubah semuanya. Aku harap kamu bisa mengubah pernikahan ini menjadi tidak jadi."
Sebelum pulang ada sebuah pertanyaan yang masih saja tidak bisa diterima. Bella ingin tahu apa pendapat dari laki-laki itu. "Kristan, aku mau tanya sampai kapan drama ini selesai?" Bella dengan suara serak menatap intens Kristan yang duduk di hadapannya itu. Bella benar-benar harus memastikan apa yang ada dalam pemikiran laki-laki dewasa ini. Kenapa ia begitu mau menjalani pernikahan yang hanya sebatas persetujuan semata. Padahal seharusnya ia bisa memilih cara lain. Bella pikir, Kristan merupakan tipe laki-laki yang bisa terlihat lebih dari semua laki-laki punya. Ia mapan, tampan, seorang pebisnis handal, pintar dalam mengolah perusahaan dan yang terpenting adalah ia bisa menaklukkan wanita di luar sana. Bukannya bertindak bodoh dengan menyetujui pernikahan konyol ini. Kristan melipat tangannya di dada seolah ia sedang terlibat suatu pemikiran yang sulit. Wajahnya juga terlihat begitu serius saat Bella mempertany
Bella mengambil blouse berwarna hitam dan celana bahan dengan warna senada di lemari lalu memakainya. Setelah memastikan pakaian kerja yang Bella pakai tertata rapi dan tidak kusut di tubuhnya. Bella berjalan menuju kaca yang berada tak jauh dari lemari itu untuk memoles wajahnya dengan memakai make up tipis. Bella memang tidak terlalu suka memakai make up yang terlalu tebal. Makanya yang Bella pakai saat ini hanyalah pelembab, foundation, bedak dan terakhir Bella memakai lipstik berwarna nude. Sebelum pergi, Bella mengecek kembali semua riasan itu. Terlihat perfect. Dan terakhir, Bella menggelung rambutnya yang berwarna coklat ke atas supaya saat Bella bekerja, rambutnya tidak mengganggu, apalagi ketika Bella sedang mengetik berkas. Sangatlah tidak mudah. Bekerja sambil menggerai rambut itu membuatnya ribet. Apalagi jika nanti selalu ada berkas yang membuatnya berpikir keras. Bella malah tidak menyukai rambut yang tergerai berantakan. Setel
Langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan tahu siapa ia. Ia adalah temannya sendiri yang super bernama Drew. Siapa lagi yang bisa melakukan itu selain teman baiknya. "Bisa nggak sih kalau mau masuk itu kamu harus ketuk pintu dulu. Sangat tidak sopan mengetahui ada orang yang sedang bekerja di dalamnya dan kamu datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku tidak mau menolerir siapa pun itu, mau kamu orang terdekat aku atau bukan. Aku rasa kamu tidak pantas melakukannya." Drew mendengus lalu duduk di kursi yang di persiapkan di depan meja Kristan. "Sejak kapan aku bersikap sopan sama kamu Kristan. Lucu, kamu sudah tahu kan siapa aku. Jadi tidak perlu layaknya orang yang baru kenal satu sama lainnya. Terdengar kaku tahu nggak." Kristan menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi. Matanya menatap tajam teman baiknya itu yang duduk dengan santainya. Penampilan yang bisa terbilang sederha
"Wow ... kamu sungguh luar biasa. Tidak hanya cantik tapi kamu juga sungguh mempesona. Aku yang mendengarnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak ku sangka calon istri seorang Kristan ternyata sangat..." "Sangat apa?" pelotot Bella pada Drew. "Sangat mempesona. Hahaha. Kristan ternyata kamu mempunyai pasangan yang luar biasa menarik. Aku yakin dia pasti bisa menyamai sikapmu itu." Bella mulai bosan dengan situasi ini. Kenapa harus ada laki-laki ini di sini. Siapa sih dia. Ikut campur saja saat Bella sedang bicara. Kristan berdiri tak lama kemudian. Melepaskan kancing lengan kemejanya lalu melipatnya sampai sebatas siku yang dapat memperlihatkan betapa kekar tangan laki-laki itu. Lihat saja bagaimana otot-otot keras terlihat di sana. "Maafkan aku Bella, aku sedang banyak pekerjaan sampai tidak melihat ponsel kalau kamu menghubungi aku." Bella menggeram. "Alasan! Aku tidak suka ya alasan kuno seperti itu. Itu sangat me
Pernikahan yang Bella inginkan adalah Bella bisa melangkah bersama dengan pasangan impian yang tidak hanya bisa berbagi dalam suka tapi juga dalam duka, kami bisa melewati pernikahan kami bersama-sama sampai akhir hayat nanti dan juga kami bisa saling cinta, melengkapi dan bisa saling mengerti satu sama lainnya. Simple bukan. Memang itu keinginan Bella sejak dulu. Namun semua yang Bella inginkan hanya ada dalam bayangan semata. Itu hanya ada dalam impian indah saja. Begitu ucapan janji di ucapkan oleh Kristan, laki-laki yang akan menjadi suami seumur hidup dengan lantang. Semua pasang mata yang menjadi tamu keluarga langsung berteriak sah setelah selesai berucap. Bella yang saat itu sedang duduk mendengarkan dengan seksama menjadi tersentak kaget mendengar realita yang sangat jauh dari bayangannya ini. Pasangan yang ada di sampingnya ini bukan seperti yang ada dalam bayangan Bella. Yang Bella inginkan adalah laki-laki yang sudah tahu betul luar dalam. Tapi tidak untu
Mata Bella terbuka dengan tubuh yang terasa remuk redam. Semua terasa begitu menyakitkan sewaktu Bella membuka mata. Rasanya untuk bergerak saja ia tidak sanggup apalagi berjalan ke kamar mandi. Padahal ia butuh ke kamar mandi sekarang. Sinar matahari terlihat dengan jelas saat Bella melihat ke tirai. Sinarnya masuk ke dalam melalui sela-sela tirai dan Bella kembali mengeluh, ternyata sudah beranjak siang, jam berapa ini? Tak pernah Bella bangun jam segini. Bella melihat ke sekeliling ruangan itu yang sekarang tengah ia tiduri lalu menatap langit-langit kamar yang saat ini tepat di atas kepalanya. Bella mengingat kembali atas apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin. Bayangan demi bayangan masuk ke dalam kepalanya saat itu bagai film yang ia tonton tanpa jeda sama sekali. Di mulai dari kami berdebat satu sama lainnya, K
"Apa yang kamu lakukan?" Bella mundur selangkah karna tangan Kristan yang terulur itu kepadanya. "Aku hanya ingin mengobatimu. Ada luka di bibirmu itu." Bella mengelengkan kepalanya begitu mengetahui bahwa Kristan ingin mengobati luka yang sudah ia perbuat sejak semalam. Buat apa ia berucap untuk mengobati lukanya kalau kenyataannya ia tidak akan pernah bisa mengubah sikapnya. Benci tetap saja benci tidak bisa mengubah semuanya menjadi sayang kalau ia tidak ada niat dari dalam dirinya sendiri ia akan memperbaiki diri. Dan luka ini, biarlah begini. Ini membuktikan betapa kasarnya yang telah ia lakukan pada Bella. Tak hanya kebenciannya yang terlihat tetapi juga sikap kasarnya juga terlihat jelas. "Tidak perlu. Aku masih kuat menanggung perih ini. Kam
Bella rasa tindakan yang akan Bella lakukan sudah teramat fatal jika Bella dengan suka rela melaksanakan perintahnya. Bagaimana mungkin Bella menelanjangi diri dan dengan senang hati menganti pakaiannya itu di depan Kristan. Memang benar ia adalah suaminya. Tapi sudah sangat jelas bukan kalau yang ia perintahkan adalah tindakan untuk mempermalukannya dan juga secara tidak langsung membuat harga diri Bella terluka. Membuang semua gengsi dan harus mengikuti aturannya. Ia masih waras untuk melakukan hal itu. Bella bukan wanita yang tidak punya rasa malu. Ia punya dan ia tidak mau mempermalukan diri sendiri apalagi di hadapan Kristan. Lupakan! Seumur hidup Bella tidak akan pernah mau mempermalukan diri sendiri. Bella harus memikirkan cara lain supaya Bella tidak menemui jalan buntu. Lebih baik Bella memikirkan ide lain daripada harus bertemu dengan rasa malu pada diri sendiri. "Aku akan tidak mau membuka baju demi hasratmu semata. Aku bukan wanita yang dengan senan
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i