Dominique dan Aubrey sampai di Paroki Plaquemines. Pemandangan indah terlihat sejauh mata memandang di sana. Terdapat pula sebuah rumah kecil di pinggir danau dengan fasilitas lengkap. Setelah memarkirkan mobilnya, Dominique langsung menarik Aubrey keluar dari mobil.
"Aww! Dominique, are you crazy? Apa yang terjadi padamu, hah?"Dominique tidak menghiraukan ucapan Aubrey. Ia terus menarik tangannya memasuki rumah kecil tersebut. Aubrey diempaskan ke atas sofa dengan kasar, kemudian tubuhnya dikurung dengan dua tangan kekar Dominique. Aubrey tampak marah dengan sikap Dominique. Ia lalu mendorong tubuhnya hingga terjerembab ke belakang.Aubrey berdiri tepat dimana Dominique terbaring, "are you insane, Dom? What are you doing, hah?"Tampak kilatan kemarahan di mata Aubrey. Ia memandang Dominique yang masih berbaring di lantai dengan penuh tanya."Baiklah, terserah kau. Bagaimana pun caranya aku akan pergi dari sini," ucap Aubrey.Hari sudah mulai siang. Terik matahari memasuki ruang tidur dimana Aubrey terlelap. Panasnya mulai mengganggu tidur nyenyak sang putri yang habis bertempur semalaman itu. Tubuh Aubrey mulai terasa hangat karena terpaan sinar tersebut dan akhirnya ia mulai membuka mata. Gorden dan jendela di kamar sudah terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang merapikan seisi ruangan. Aubrey tampak canggung, pasalnya ia masih dalam keadaan tidak mengenakan sehelai benang pun. "Selamat pagi, Nona Muda. Perkenalkan saya Amber, pelayan di vila ini. Saya bertugas untuk melayani anda. Maaf, apakah ada yang anda inginkan?" Pelayan itu menyapa. "Oh, iya, pertama sebaiknya aku membersihkan tubuh terlebih dahulu. Apakah kau keberatan kalau aku meminta untuk diambilkan handuk?""Dengan senang hati. Oh, iya, Nona. Sarapan sudah siap di meja makan dan ini baju ganti. Satu lagi karena ada keperluan mendesak Tuan Dominique pulang terlebih dahulu ke New Orleans. Beli
Dominique pergi dari vila malam itu juga. Setelah sedikit minum sampanye dan berpakaian, ia gegas kembali ke New Orleans untuk menenangkan hatinya. Dalam perjalanan banyak tanya yang berada di pikirannya. Mengapa ia melakukan itu? Bukankah ia ingin membalas perbuatan Aubrey yang menyakitinya, tetapi kenapa malah mereka bercumbu? Hal itu akan menjadi lebih sulit nanti bila Dominique ingin meninggalkan Aubrey. Dominique bukanlah penjahat yang suka mengambil keuntungan dari seorang wanita apalagi masalah seks. Niat awal ia hanya ingin berlaku dingin kepada Aubrey karena secara sepihak memutus rencana pertunangan mereka. Namun, kejadian semalam membuat ia harus berpikir ulang. "Ah, sial. Kenapa aku harus melakukan itu kepadanya. Tampaknya hal tersebut juga pertama untuknya. Aku makin merasa bersalah dan sulit untuk pergi darinya." Dominique memaki sepanjang perjalanan. Hampir menjelang pagi Dominique sampai di mansionnya. Setelah mengganti baju dan menelepo
Setelah percakapannya dengan Tony selesai. Dominique kembali mengerjakan urusan kantor. Siang itu ia begitu sibuk karena dua hari yang lalu tidak masuk kantor jadi banyak pekerjaan yang tertunda. Satu per satu berkas diperiksa dan ditandatangani olehnya pagi itu. Tidak terasa hari berlalu begitu saja dan senja sudah hadir ingin menyapa malam. Dominique masih sibuk merapikan sisa-sisa tugas karena ia berniat ingin bersantai setelah acara pertunangan nanti. Rupanya ia sudah memikirkan pertunangan dirinya dengan Aubrey begitu matang. Saat sedang asyik dengan kesibukannya--sekretaris Dominique mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam ruangan. Sekretaris tersebut memberitahu bahwa ada wanita muda mencari dan berkata bahwa ia adalah teman dekat Dominique. Sempat berpikir sejenak siapa yang mencarinya, ia pun mengizinkan wanita itu untuk masuk. Namun, alangkah terkejutnya dia ternyata yang datang adalah Cassandra. "Cass, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Domi
"Hei Sayang, ayo bangun! Ini sudah pukul 08.00, you see. Aku tidak ingin kakek kecewa karena sudah berjanji akan membawamu pulang hari ini," ucap Dominique sambil mengecup kening Aubrey. "Kau bilang terserah aku kapan pulangnya, sekarang malah harus pulang hari ini," balas Aubrey merajuk. "Besok pertunangan kita, Sayang. Kakek ingin kita di sana hari ini mempersiapkan segala sesuatunya. Bagaimana kalau setelah acara, kita ke sini lagi. Ayolah jangan merajuk dong! Atau kau mau mengulang kegiatan tadi malam lagi," ledek Dominique sambil mengusap punggung Aubrey. "Hmmm, baiklah, baiklah. Dasar pria mesum, sepagi ini bisa-bisanya membicarakan hal seperti itu," ledek Aubrey kembali. "Good girl. Sekarang kau mandilah, atau kau ingin kita mandi berdua?" Dominique tertawa kecil melihat Aubrey yang sudah memerah pipinya. "Dominique! Masih pagi dan kau sudah menggodaku. Pergi sana!"Dominique kembali tertawa melihat tingkah Aubrey yan
Setelah urusannya selesai dengan Abraham. Aubrey mengajak Dominique untuk melihat aula yang akan dipakai untuk acara mereka. Dengan sangat antusias Aubrey menerangkan semua konsep yang ada di sana. Sesekali ia melirik dan memperhatikan Dominique. Dalam hatinya bertanya-tanya apa sebenarnya yang dipikirkan laki-laki ini? "Oh iya, Sayang. Aku pergi ke toilet dulu, ya," ucap Aubrey berpamitan kepada Dominique. "Hmmm." Dominique menganggukkan kepala sambil memperhatikan sekelilingnya. "Halo, Philippe. Cari tahu siapa yang mengambil foto yang aku kirimkan padamu dan bagaimana foto itu bisa sampai ke tangan Tuan Abraham. Oh iya, satu lagi bagaimana dia juga tahu tentang perjanjian yang aku buat dengan Aubrey. Selidiki pelan-pelan dan hati-hati, jangan sampai ada yang tahu." Dominique menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya. Setelah selesai melakukan panggilan, Dominique kembali bersikap seperti semula seperti tidak ada yang terjadi. Namun,
Hari yang dinantikan Dominique tiba. Sedari pagi semua orang sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Ia begitu bahagia hingga cukup lama berdiri di depan cermin membayangkan masa depan yang akan dilaluinya kelak. Seketika ia lupa tujuan awal bertunangan dengan Aubrey. Memang pada awalnya pertunangan dan pernikahan itu rencana kedua orang tua mereka. Kemudian, menjadi rencana Aubrey dengan sebuah perjanjian dan di pertengahan jalan memang sempat ada rencana untuk menyakiti Aubrey. Namun, semenjak malam itu Dominique mengetahui hatinya, ia tidak bisa hidup tanpa Aubrey. Di kediaman Calandre. Aubrey melamun menatap ke arah cermin. Ia memikirkan pesan singkat yang Tony kirimkan. Apakah ia akan melanjutkan penyelidikannya atau pura-pura tidak tahu saja. 'Apakah kau akan datang di acaraku, Ton?' tanya Aubrey melalui pesan singkat kepada Tony. 'Tentu saja, aku tidak akan melewatkan acara kalian," jawab Tony cepat. 'Baiklah, ada yang akan
"Sudah mengocehnya? Dasar tidak tahu malu, seharusnya sebelum berbuat kau harus berpikir dua kali dengan otak kecilmu itu," ucap Aubrey mengejek. Tony yang tadinya ingin menghampiri Cassandra, mengurungkan niatnya. Begitu pun Dominique, ia hanya melihat apa yang akan dilakukan tunangannya itu. Semua orang yang berkasak-kusuk juga ikut terdiam melihat kemarahan Aubrey. "Lihatlah! Kalian harus tahu siapa wanita yang tidak tahu diri sebenarnya di sini."Aubrey memperlihatkan foto dan video yang sama persis dengan milik Cassandra. Bedanya milik Aubrey lebih lengkap, dari saat awal yang dilakukan Cassandra sampai siasatnya untuk menggoda Dominique. Terlihat jelas di situ, bahwa penolakanlah yang dia dapatkan. Cassandra terkejut dan tertegun. Ia tidak menyangka rencananya berantakan. Ternyata Aubrey selangkah lebih di depan darinya. Karena malu banyak orang yang menatap dan membicarakannya, ia lantas pergi dari acara tersebut. Aubrey tersen
Kembalinya dari toilet. Dominique melihat Tony dan Aubrey berbincang sangat serius karena terlihat dari raut keduanya yang dengan mudah ditebak. Dia memperhatikan dari kejauhan dua insan itu yang tampak akrab tidak seperti terakhir kali yang seperti diceritakan Aubrey. Dalam hatinya terbesit kecurigaan. "Oh, rupanya dia yang membantu Aubrey. Entahlah berapa banyak informasi yang disampaikan kepada Aubrey tentangku? Kalau yang membantu itu Tony, aku tahu siapa orang yang dipekerjakan Aubrey. Aku harus menghubungi orang tersebut untuk bertanya," gumam Dominique, kemudian menghampiri Tony dan Aubrey. Dominique pura-pura tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Aubrey dengan Tony. Ia bersikap santai dan kembali menikmati suasana pesta. Setelah selesai semua rangkaian acara, mereka gegas pulang ke kediaman masing-masing. Dominique mengantar Aubrey ke mansionnya. Dalam perjalanan mereka hanya tersisa kesunyian dengan pikiran masing-masing. "Oh iya, besok aku
"Kurang ajar! Dia bahkan berani menemui kau seorang diri untuk adiknya," ucap Dominique menahan marah. Dia menggenggam tangannya begitu keras hingga memerah buku-buku jarinya. "Lupakanlah itu, Dom! Yang terpenting sekarang kau tutup rapat masalah ini dan biarkan semuanya berlalu." Aubrey membuat permintaan kepada Dominique. Dia mencoba merayu sang suami agar menutup masalah ini. Aubrey hanya ingin hidup tenang tanpa ada masalah lagi dalam rumah tangganya. Masalah Reno, dia juga pura-pura tidak mendengar dan mengetahuinya. "Tapi ….""Tidak ada tapi. Turuti saja permintaanku, oke! Aku sudah berjanji padanya." Aubrey berbicara lagi sambil memohon. "Kau yang berjanji, bukan aku," tolak Dominique. "Dominique!" Aubrey menatap tajam ke arah suaminya itu. "Oke, oke. Kali ini akan kumaafkan, tapi tidak ada untuk lain kali." Dominique mengalah. Aubrey tampak bahagia dan langs
Setelah selesai berbincang dengan Damien, Aubrey mencari keberadaan Bella. Dengan berlari kecil dia menghampiri Bella yang tengah memilih sepatu di toko merk terkenal. "Mami.""Hei! Kau sudah selesai dengan urusanmu?""Hmmm.""Mana temanmu? Tidak diajak sekalian?""Oh tidak. Dia hanya menyapa saja.""Setelah ini kita ke mana?""Makan siang saja dulu, lalu pulang, ya, Mi!""Loh, kau bosan, ya?""Tidak, Mi. Hanya saja aku mau ke kantor Dominique dulu, bagaimana boleh tidak?""Ya, boleh dong. Kau mau langsung ke sana atau pulang dulu?""Sepertinya, langsung saja, Mi.""Oke, kalau begitu."Setelah selesai menikmati acara makan siang mereka, Bella mengantar Aubrey ke perusahaan Dominique lebih dulu. Lalu, dia kembali ke mansion Hameed. Aubrey gegas menuju lobi resepsionis setelah turun dari mo
Setelah pulang ke Mansion Hameed. Aubrey dan Bella berencana akan menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling pusat perbelanjaan keesokan harinya. Dengan sangat antusias, mereka menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan hari pun tiba. Dominique sibuk dengan rutinitas perusahaan dan Aubrey bersama Bella melaksanakan rencana yang telah mereka buat kemarin. Mereka bergaya mengenakan dress santai selutut dengan warna senada. Sebelum berangkat, mereka menyempatkan diri menyelesaikan rutinitas di mansion terlebih dahulu. Matahari sudah agak meninggi sinarnya. Aubrey dan Bella pun bergegas pergi menuju pusat perbelanjaan The Outlet Collection at Riverwalk. Di sana mereka sibuk memilih barang apa saja yang akan mereka beli. Pasalnya, ini adalah pengalaman Aubrey berbelanja dengan seorang ibu. Biasanya, dia hanya membeli secara daring dan meminta seseorang untuk membelikan. Di sisi lain, Carlos yang sedang membuntuti mereka menelepon Damien untuk me
Damien memikirkan ucapan Carlos dan tampak setuju saran bawahannya itu. Dia lalu menelepon seseorang untuk mendukung pelaksanaan rencananya mengasingkan Dahlia. "Siapkan tiket dan tempat terbaik di Inggris. Pastikan Dominique tidak dapat menemukan keberadaannya. Tenang saja, aku akan memberikan berapapun yang kau pinta."Damien memutuskan sambungan telepon. Dia memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan keperluan Dahlia. Setelah selesai memberi perintah, dia gegas kembali ke perusahaannya. Dahlia yang berada di dalam kamar terlihat kesal dan mengacak-acak bantal yang berada di tempat tidur. Sekali-sekali dia memaki karena kesal Carlos berkata yang sebenarnya kepada Damien. Suara pintu diketuk, Dahlia berhenti mengamuk. Dia membuka pintu dan melihat dua orang pelayan berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanya Dahlia ketus. "Maaf, Nona. Tuan Damien menyuruh kami merapikan barang-barang anda," jawab
Dengan emosi dan napas terlihat memburu, Damien gegas turun dari mobil dan mencari keberadaan Dahlia. Suaranya menggema di seluruh ruangan karena meneriakkan nama adiknya. Seluruh pelayan yang mendengar ketakutan dan tidak berani mendekat. "Apa, sih, Kak? Suaramu begitu keras, dapat menakuti semua makhluk di rumah ini, tahu!" seru Dahlia yang keluar dari kamarnya. "Sini kau! Aku ingin bicara denganmu!" Damien menghampiri Dahlia dan menarik tangannya. "Easy, Kak! Apa yang sedang kau lakukan, sih?" tanya Dahlia tanpa perasaan bersalah. "Kau tidak usah berpura-pura lagi. Carlos sudah menceritakan semua."Dahlia menatap Carlos yang tertunduk begitu dalam. Kemudian, beralih ke arah Damien. "What you talkin about?""Dengar, kau hampir membunuh pewaris Calandre. Bodohnya lagi, hanya karena masalah cinta. Kau tidak berpikir apa akibatnya untuk keluarga Trust!"Dahlia tertawa. "Bukankah kau dan aku sama?""Kau." Damien menggantung tangannya di ud
Dominique memijat keningnya. "Kau, Damien! Bagaimana masalah dengan adikmu? Semua sudah jelas sekarang." Dominique ganti bertanya dengan Damien dengan penuh pene"Aku akan berbicara dengan adikku, Dom. Aku harap kau bisa menahannya lebih dahulu dan tidak melibatkan polisi." Damien memohon kepada Dominique. Dominique melirik ke arah Tony, seolah meminta pendapat kepadanya. Tony menjawab dengan anggukan kepala. "Baiklah! Karena kau memiliki iktikad baik dan mau membantu. Aku akan berikan waktu tiga hari untuk menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya, kita lihat saja nanti." Dominique berbicara dengan Damien. Damien dan Carlos pun pergi dari kantor Dominique menuju mansion Trust untuk bertanya kepada Dahlia. Sedangkan, Reno memberitahu bahwa dia dan Aubrey memiliki janji bertemu di kantor pengacara keluarga Calandre. Karena masih marah dan cemburu. Juga satu yang pasti, Dom tidak ingin melihat dan
"Take it easy, Dom! Aku akan menceritakan semuanya," ujar Reno sambil mengempaskan tangan Dominique. Reno menghela napas panjang. Dengan santai dia duduk di sofa yang berada di kantor Dominique. Tony pun meminta sahabatnya untuk tenang sambil mendengarkan penjelasan Reno. Lalu, semua orang di sana mendengarkan dengan saksama apa yang akan diberitahukan oleh Reno. "Puluhan tahun lalu, aku adalah seorang anak yatim piatu yang kebetulan bertemu dengan pengurus yayasan Calandre.""Saat itu, aku kelaparan dan kedinginan di jalan. Jika aku tidak bertemu Nyonya Lusi, maka aku sudah menjadi seorang penjahat di dunia ini.""Di yayasan aku diperlakukan dengan sangat baik. Meskipun, aku sering menyendiri dan membuat masalah.""Siang itu, mentari begitu sejuk. Terlihat seorang pria paruh baya menggandeng seorang anak perempuan yang terlihat sangat sedih di wajahnya, sama sepertiku. Namun, dia sangat cantik sekali. Hatiku be
Di kantor, Dominique mengundang beberapa orang untuk bertemu. Setelah, selepas pagi tadi dia mendapatkan telepon dari Damien. Di sana sudah ada Tony, Damien, Dominique, dan tentu saja pelaku yang mencelakai Aubrey, Carlos. "Kita tinggal menunggu Reno. Walau bagaimanapun juga dia harus tahu. Selain dia adalah bagian keluarga Calandre, masalah ini juga berkaitan dengan dirinya," ucap Dominique kepada Tony. Mereka menunggu kedatangan Reno setelah memberitahukan apa yang telah mereka dapat. Terlihat jelas di wajah Dominique menahan amarah saat melihat Carlos. Memang dia belum tahu cerita keseluruhannya, tetapi pria sangar itu berkata bahwa ada hubungannya dengan Reno, maka dia berbuat seperti itu. Berkali-kali terlihat Tony menenangkan suasana hati Dominique agar tidak bertindak di luar nalar. Walau bagaimanapun juga, mereka belum tahu kebenarannya. "Dominique. Aku 'kan sudah membantumu untuk menyelesaikan masalah ini. Jika, se
Matahari bersinar terik. Serpihan cahaya menembus melalui jendela yang telah terbuka gordennya. Merasa terganggu oleh rasa hangat yang menerpa wajah, Aubrey terbangun. Lalu, dia meraba kasur di sebelahnya tempat Dominique tertidur. Namun, kosong. Aubrey mendudukkan tubuhnya. Dia memindai sekitar, mencari keberadaan sang suami. Sepi, Aubrey lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju ke lantai dasar mansion Calandre. Para pelayan sudah berada di tempatnya masing-masing mengerjakan semua tugas yang diberikan. Melihat kedatangan Aubrey mereka pun menyapa dengan hormat majikan mereka semua. "Morning semua!" sapa Aubrey. "By the way, kalian lihat suamiku?" lanjut Aubrey. "Pagi-pagi sekali Tuan Dominique sudah berangkat, Non. Beliau hanya berpesan, kalau Nona bertanya, nanti Tuan Muda akan menelepon katanya." Pelayan menjelaskan. "Baiklah, terima kasih."Aubrey kemudian mengambil posisi d