“Terima kasih, Pak Praditya. Tadi itu sangat mengagumkan, pihak Boeing pasti setuju dan akan segera mengembangkan prototype pesawat ini,” kata Irwansyah, rekan Papa yang menjadi dosen ITB dan membantu Papa dalam mempresentasikan pesawat rancanganku kepada Boeing.
“Sama-sama, Pak. Semoga kerjasama ini terus berlanjut,” jawab Papa.
“Tentu saja, Pak. Dan paten pesawat ini telah terdaftar atas nama Bapak,”
Papa tersenyum, mengucapkan terima kasih sekali lagi, lalu beranjak pergi bersamaku dari kampus ITB.
Sekian puluh pertemuan, dimulai dari Papa menghubungi teman lamanya semasa kuliah di ITB. Teman Papa tersebut sekarang sedang menjadi dosen muda di ITB, dan menghubungkan Papa dengan Irwansyah.
Setelah itu Papa mempresentasikan desain dan rencana bisnis pesawatku. Semua detil telah kuberitahukan kepada Papa. Termasuk proyeksi bisnis tahun 2000 hingga 2020 di mana dunia akan membutuhkan lebih dari sepuluh ri
Setiap hari kuhabiskan waktu sore hingga jalanan menjadi gelap dengan berjalan-jalan untuk menghilangkan ketegangan. Bulan ini, pesawat yang kunamakan B-250 karena berkapasitas lima puluh penumpang, telah mulai dibangun dan diujicoba di pabrik pengembangan Boeing. Sejumlah hasil uji akan kekuatan dan ketahanan pesawat pasti selalu kutunggu kabarnya.Sementara selama aku berkeliling berjalan-jalan, masih sering terdengar suara ibu-ibu yang menakuti anak-anaknya dengan “kalong wewe” agar segera pulang.“Ayo pulang, nanti kalong wewe-nya keluar!”“Nanti digondol kalong wewe lhooo...!”Hantu yang diceritakan gemar menculik anak-anak yang masih berada di luar rumah masih populer pada tahun ini. Konon ia adalah hantu dari seorang perempuan yang dibunuh warga karena menghabisi nyawa suaminya. Juga beredar cerita bahwa suaminya telah berselingkuh.Sejak itu Kalong Wewe bergentayangan menculik anak-anak. Tapi ia tidak jah
“Anak angkasa 12 nyerang kita!!!” Gacok berteriak di suatu pagi.“Apa? Ada apa?” tanyaku.Aku ke luar kelas dan mendapati beberapa anak dari sekolah seberang berkacak pinggang di depan kelas kami. Sedikit-banyak aku ingat kejadian ini. Mereka adalah preman-preman kecil. Lebih tepatnya anak-anak yang ingin menjadi preman. Anak-anak ingusan yang ingin berkuasa.Sebagai ketua kelas, aku maju.“Mau apa kalian?” tanyaku.Mereka saling berpandangan.“Aku tanya mau apa?”“Kami... mau lapangan sepakbola ini cuma kami yang boleh main!” kata salah satu di antaranya.“Kalian tahu Pak Cipto?” tanyaku.Mereka kembali saling berpandangan.Pak Cipto adalah lurah yang sangat disegani di kelurahan dekat sekolah kami. Aku tahu anak-anak sekolah Angkasa 12 hampir semuanya tinggal di sana. Pak Cipto sangat dihormati dan mengenal semua warganya. Tidak ada ya
Tahun 1993 ini aku memasuki kelas tiga.Semua serial televisi favoritku telah ditayangkan kembali. Selain Knight Rider dan Macgyver, Airwolf, dan Time Trax juga mulai mengudara. Aku sudah menonton semuanya, bahkan memiliki koleksi MP4 serial-serial tersebut di tahun 2020.Tapi menyaksikannya langsung di televisi pada zamannya membuatku lebih puas.Sementara di luar, setiap hari kusaksikan banyak sekali anak-anak bermain kelereng. Aku ingat pada masa ini terdapat jenis-jenis kelereng, di antaranya kelereng bening, kelereng putih, dan kelereng keramik. Level kemahiran bermain kelereng ditentukan dari jenis-jenis kelereng tersebut.Yang menyaingi popularitas kelereng adalah SEGA dan Nintendo, konsol permainan sebelum maraknya Playstation dan Xbox. Teman-teman biasa bermain di rumah tetangga yang memiliki SEGA dan Nintendo.Mereka yang bermusuhan dengan tetanggaku itu terpaksa mencari hiburan di tempat Dingdong, menyiapkan uang logam seratus rupi
Aku tercekat.“Tahu bagaimana, Bu?”“Kamu bukan Ferre yang sebenarnya. Bukan Ferre yang seharusnya ada di sini. Ini kali kedua bukan?”“I...Ibu...bagaimana bisa?”“Ferre...Ibu juga seorang...” ia terbatuk-batuk sebelum bisa melanjutkan kalimatnya.“Ibu sama sepertimu...”Napasku terhenti sejenak.“Ibu...kita sama-sama....?”“Ya,” katanya. “Dan setelah ini, sepertinya saya harus kembali, mengulangi lagi semuanya,”“Ibu...sungguh-sungguh?”Bu Neneng terbatuk-batuk lagi.“Ya,”“Bagaimana Ibu bisa tahu...?”“Mudah sekali, Ferre. Tulisan tanganmu bukan lagi tulisan cakar ayam. Itu saja sudah cukup untuk mengetahuinya. Di sekian banyak siklus kehidupanku sebelumnya, tulisanmu tidak pernah berubah.”“Jadi...memang semua ini telah terjadi...berkal
Pengganti Bu Neneng di caturwulan kedua, Bu Mujiwati, dulu adalah mimpi buruk bagi kami. Tidak hanya bagiku, tapi bagi semua murid laki-laki. Entah kenapa ia seperti memiliki dendam kepada setiap pria. Tidak adanya guru pria di sekolahku (kecuali guru olahraga) membuatku tidak bisa menilai apakah ia juga bersikap kejam dan ketus kepada pria dewasa.Setahuku ia sudah menikah dan memiliki anak yang juga bersekolah di sekolahku. Berdasarkan informasi yang kudapat jauh setelah aku lulus sekolah, saat mengajar kami Bu Mujiwati baru saja bercerai dari suaminya. Ternyata perceraian juga sudah marak di awal masa 90-an. Padahal ekonomi saat ini masih sangat stabil, negeri ini juga dapat dikatakan makmur.Mujiwati sangat menganakemaskan murid-murid perempuan. Dulu maupun sekarang, ia tidak pernah memarahi para siswi. Nike, Selfi, Sinta, Retno, dan lainnya sering kali bergurau saat Mujiwati menerangkan di depan kelas. Mujiwati tidak pernah satu kali pun memarahi mereka. Bahkan ia
Masa-masa kelas tiga yang indah bersama Mujiwati telah berakhir. Kenaikan kelas kami ke kelas empat meninggalkan pengalaman yang tidak terlupakan. Pengalaman yang belum pernah kualami sebelumnya.Mujiwati yang begitu berbeda.Tidak jarang aku mengunjungi rumahnya untuk menanyakan kabar. Baru kuketahui bahwa ia adalah penggemar bulu tangkis sehingga seringkali aku menemaninya bermain.Ya, Bulu Tangkis adalah olahraga yang sangat populer di masa ini. Hampir di setiap jalanan komplek perumahan ada orang yang memainkannya. Baik anak-anak, lalu asisten rumah tangga yang menunggu tuan rumahnya pulang, atau gabungan keduanya. Olahraga ini cukup bersaing dengan sepakbola jalanan.Betapa tidak, masa keemasan Bulu Tangkis Indonesia memang sedang jaya-jayanya.Atlet seperti Susi Susanti, Mia Audina, dan Alan Budikusuma adalah nama-nama yang sering menghiasi layar televisi. Popularitasnya menyaingi berita-berita Liga Italia. Pada masa ini, Piala Thomas d
Dengan berdebar kunantikan penerbangan pertama B-250. Semua desain dan proposal bisnis yang kubuat sebelumnya, telah terdaftar atas nama Papa. Desain yang telah disetujui dan diterima oleh Boeing telah melalui serangkaian uji coba.Ini merupakan suatu pagi yang penting.Aku tidak meragukan B-250 akan terbang di kesempatan perdana. Malah aku yakin ia akan terbang dengan mulus. Pesawat ini sudah pernah terbang sebelumnya, di kehidupan yang lain.Tentu saja banyak pihak yang meragukannya. Ini pertama kalinya pesawat dengan kapasitas lima puluh penumpang dibuat. Sejumlah teror mental telah ditiupkan berbagai pihak, yang kuketahui berasal dari para pesaing Boeing.Jika mereka benar, maka nama Papa dan almamaternya menjadi taruhan. Demikian juga sahabat Papa yang mempromosikan desain ini. Papa bisa kehilangan nama baik, bahkan mungkin pekerjaannya.Isu tersebut kurang lebih juga memberikan ketegangan pada diriku. Bagaimanapun investasi yang ditanamkan un
Meja kayu penuh coretan type-x dan bangku sandar menjadi alat musik kami. Setiap guru tidak ada, kami memainkan lagu-lagu populer anak-anak dengan memukul-mukul meja sebagai instrumen musik kami. Aku masih asyik terlibat, biarpun di dalam tubuh lima tahunku ada orang berusia tiga puluh empat tahun.Sebagian lain membuat topeng-topengan dan mengakui dirinya sebagai Jiban. Kami hapal semua undang-undang yang menjadi dasar pekerjaan si polisi robot ini. Ada yang bertindak sebagai Jiban, menyorongkan dompetnya sambil membacakan undang-undang. Ada juga yang bertindak sebagai dua perempuan monster musuhnya yang selalu berjalan mundur ketakutan di setiap kesempatan Jiban membacakan undang-undang.Layar Emas RCTI menjadi tontonan populer yang merakyat. Ditayangkan setiap hari Rabu pukul delapan malam, tak hanya orang dewasa, anak-anak seusiaku pun menggemarinya. Acara ini biasanya terpotong Dunia Dalam Berita dari pukul sembilan hingga setengah sepuluh. Namun anak-ana