Masa-masa kelas tiga yang indah bersama Mujiwati telah berakhir. Kenaikan kelas kami ke kelas empat meninggalkan pengalaman yang tidak terlupakan. Pengalaman yang belum pernah kualami sebelumnya.
Mujiwati yang begitu berbeda.
Tidak jarang aku mengunjungi rumahnya untuk menanyakan kabar. Baru kuketahui bahwa ia adalah penggemar bulu tangkis sehingga seringkali aku menemaninya bermain.
Ya, Bulu Tangkis adalah olahraga yang sangat populer di masa ini. Hampir di setiap jalanan komplek perumahan ada orang yang memainkannya. Baik anak-anak, lalu asisten rumah tangga yang menunggu tuan rumahnya pulang, atau gabungan keduanya. Olahraga ini cukup bersaing dengan sepakbola jalanan.
Betapa tidak, masa keemasan Bulu Tangkis Indonesia memang sedang jaya-jayanya.
Atlet seperti Susi Susanti, Mia Audina, dan Alan Budikusuma adalah nama-nama yang sering menghiasi layar televisi. Popularitasnya menyaingi berita-berita Liga Italia. Pada masa ini, Piala Thomas d
Dengan berdebar kunantikan penerbangan pertama B-250. Semua desain dan proposal bisnis yang kubuat sebelumnya, telah terdaftar atas nama Papa. Desain yang telah disetujui dan diterima oleh Boeing telah melalui serangkaian uji coba.Ini merupakan suatu pagi yang penting.Aku tidak meragukan B-250 akan terbang di kesempatan perdana. Malah aku yakin ia akan terbang dengan mulus. Pesawat ini sudah pernah terbang sebelumnya, di kehidupan yang lain.Tentu saja banyak pihak yang meragukannya. Ini pertama kalinya pesawat dengan kapasitas lima puluh penumpang dibuat. Sejumlah teror mental telah ditiupkan berbagai pihak, yang kuketahui berasal dari para pesaing Boeing.Jika mereka benar, maka nama Papa dan almamaternya menjadi taruhan. Demikian juga sahabat Papa yang mempromosikan desain ini. Papa bisa kehilangan nama baik, bahkan mungkin pekerjaannya.Isu tersebut kurang lebih juga memberikan ketegangan pada diriku. Bagaimanapun investasi yang ditanamkan un
Meja kayu penuh coretan type-x dan bangku sandar menjadi alat musik kami. Setiap guru tidak ada, kami memainkan lagu-lagu populer anak-anak dengan memukul-mukul meja sebagai instrumen musik kami. Aku masih asyik terlibat, biarpun di dalam tubuh lima tahunku ada orang berusia tiga puluh empat tahun.Sebagian lain membuat topeng-topengan dan mengakui dirinya sebagai Jiban. Kami hapal semua undang-undang yang menjadi dasar pekerjaan si polisi robot ini. Ada yang bertindak sebagai Jiban, menyorongkan dompetnya sambil membacakan undang-undang. Ada juga yang bertindak sebagai dua perempuan monster musuhnya yang selalu berjalan mundur ketakutan di setiap kesempatan Jiban membacakan undang-undang.Layar Emas RCTI menjadi tontonan populer yang merakyat. Ditayangkan setiap hari Rabu pukul delapan malam, tak hanya orang dewasa, anak-anak seusiaku pun menggemarinya. Acara ini biasanya terpotong Dunia Dalam Berita dari pukul sembilan hingga setengah sepuluh. Namun anak-ana
Lima tahun sudah kuulangi kehidupanku. Memasuki tahun 1995, era baru pertelevisian telah dimulai. Yaitu era film tiga dimensi. Film kartun tiga dimensi (3D) berjudul Remy sudah mulai ditayangkan di RCTI.Kacamata 3D pun dijual di mana-mana.Ia menjadi tren baru baik bagi konsumen maupun produsen acara televisi. Setiap Minggu pagi, anak-anak memiliki kegemaran menonton Remy menggunakan kacamata 3D. Acara-acara televisi lain seperti Lika Liku Laki-laki, Ada-ada Saja, Gara-gara, dan sebagainya tak lama kemudian ikut terpengaruh tren ini. Mereka juga memproduksi acara dengan format tiga dimensi.Ini menandai dua tahun terakhirku di sekolah dasar yang telah dimulai. Pada dua tahun ini aku akan kembali bertemu dengan dua wali kelas yang sangat aku hormati.Bu Lastri dan Bu Yani, dulu aku sangat takut dengan mereka.Bu Lastri, wali kelas limaku, terkadang beliau bisa sangat humoris. Tapi di waktu lain, ia juga bisa sangat kejam, mengeluarkan kata
Aku masih memikirkan kejadian penyelamatan Bu Lastri. Hampir saja aku gagal menyelamatkannya. Selain itu, aku masih penasaran dengan keberadaan penjual siomay yang begitu tepat waktu.“Kebetulan Mamang lagi mau ngambil air, Den.” Kata si Mamang.Sepertinya kecurigaanku terlalu berlebihan atas si Mamang. Aku jadi lupa bahwa aku harus segera mengemasi pakaianku. Beberapa hari dari sekarang, aku harus izin dari sekolah dan ikut terbang bersama Papa ke luar negeri.Keberhasilan pesawat B-250 membuat kami sering bepergian ke Amerika. Beberapa kali Papa diundang untuk pergi ke Seattle untuk menyaksikan proses sertifikasi B-250. Pesawat ini hampir memenuhi syarat 1700 jam terbang untuk dinyatakan layak diproduksi secara massal.Aku ikut diajak dan menyaksikan pesawatku menembus angkasa berkali-kali. Meskipun demikian aku belum pernah menaikinya. Dari menara pemantau, semua aktivitas pesawatku dapat terlihat. Pesawat yang menjalani uji terban
Aku tidak lagi memasuki SMP-ku yang dulu. Nilai sempurna pada hasil Ebtanasku membawa diriku memasuki SMP berperingkat satu di Bandung.Tidak ada lagi Rendy dan Alex yang dulunya kembali satu sekolah denganku saat SMP. Tidak ada lagi si badung Petet yang juga pernah menjadi mimpi burukku.Jalan hidupku kini benar-benar berbeda.Pesawat B-250 telah diproduksi secara massal dan laku sangat keras di seluruh dunia. Hingga saat ini sudah tiga puluh unit terjual, dengan harga 100 juta USD setiap pesawatnya, aku dan Papa berhak mendapatkan royalty dua juta USD untuk setiap pesawat yang terjual.Di masa depan, sejumlah pesawat seperti ATR contohnya, bisa jadi tidak akan pernah diproduksi. Semua pasar pesawat komuter akan kalah oleh B-250. Pada saat ini saja, sudah sebagian besar negara di dunia memesan B-250.Kesuksesan B-250 membuatku dengan mudah meloloskan desain dan rancangan sistem pesawat berikutnya. Yaitu pesawat dengan kapasitas 130 penumpang yang
Ketika Presiden Soeharto mengundurkan diri di kehidupan pertamaku, aku hanya bisa bertanya-tanya kenapa dia harus mundur.Bukankah dia presiden yang hebat dan tanpa tanding?Pesta rakyat tentang reformasi dulu tidak dapat kumengerti.Semua euforia tentang mundurnya Soeharto sama sekali belum masuk logikaku.Wakil Presiden BJ Habibie, sesuai undang-undang, maju menggantikan beliau. Beberapa saat berselang, Pangkostrad Prabowo Subianto dicopot dari jabatannya.Pers seperti mendapat angin surga, kebebasan berbicara terjadi di mana-mana. Para politisi tidak ketinggalan, mereka yang dulu diharuskan mengikuti salah satu dari tiga partai peserta pemilu, kini dibebaskan membuat partai masing-masing.Sudah jelas bahwa mereka yang mendirikan partai adalah orang-orang yang berambisi menjadi presiden. Sementara bagi rakyat, tidak penting siapa presidennya. Bagi mereka turunnya harga barang serta situasi yang damai jauh lebih penting.Di atas puin
Rumah Taruhan Adrian Hill sangat penuh oleh para pengadu nasib. Aku dan Papa memasukinya dengan was-was. Ini juga pertama kalinya aku memasuki tempat seperti ini.“Jadi, apa yang mau Anda pertaruhkan?” kata Fred, salah satu bandar.“Aku mau bertaruh untuk Inter Milan,” jawab Pap.Fred tersenyum.“Kau yakin? Mereka sedang jatuh,” tantangnya.“Aku yakin,”“Berapa yang mau Anda pertaruhkan?”“Lima ratus ribu dolar,” jawab Papa mantap.Fred terdiam.“Tuan, saya tidak ingin main-main,” katanya.“Saya tidak main-main,” Papa menaruh segepok uang di meja Fred.“Tuan, risikonya sangat...”“Tidak apa-apa, cobalah,”“Baiklah, Anda ingin bertaruh untuk Inter Milan saat melawan siapa?”“Roma,”“Dan hasilnya?”“4-1 untuk Inter
Suatu hari yang terik di musim panas, aku sedang asyik beristirahat di griya tawang kami yang berpendingin ruangan. Kusaksikan serial televisi Friends di televisi kabel. Serial yang saat ini belum tersebar dalam bentuk DVD. Dalam lagu pembukaannya yang khas, para pemainnya tampak lucu dalam cuplikan-cuplikan adegan.Lalu tiba saat lagu pembuka selesai. Adegan pertama menunjukkan pemandangan kota Manhattan. Tatapanku tertumbuk pada sebuah gambar latar belakang yang menyentakku di adegan pembuka ini.World Trade Center.Ya, gedung itu masih berdiri.Masih berdiri, sampai tahun ini.Beberapa bulan dari sekarang ia akan hancur runtuh diterjang pesawat-pesawat teroris. Sejak itu dunia berubah, termasuk kebijakan perang Amerika Serikat.Kecuali...Kecuali aku bisa mengubahnya?Mungkinkah?Kenapa tidak? Sudah banyak hal yang kuubah hingga kini. Apa bedanya?Aku berada di sini, di tahun 2001, di mana sebuah trage