Share

Chapter 3

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2021-08-03 03:20:57

"Jadi Anda mau tinggal di mana sekarang? Pihak rumah sakit telah menyatakan kalau Anda sudah sembuh dan bisa berobat jalan saja, kecuali untuk kasus amnesia Anda. Karena khusus untuk penyakit Anda yang satu itu hanya bisa di sembuhkan oleh waktu. Sementara pemerintah kita tidak mungkin menanggung biaya yang tidak urgent lagi sifatnya. Di negeri ini bukan hanya Anda yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Saya harap anda mengerti."

Suara datar-datar tegas polisi yang menolongnya beberapa hari yang lalu memasuki pendengarannya.

Sebenarnya Maya sendiri juga bingung dia mau tinggal di mana sekarang. Karena menurut cerita suaminya, setelah suaminya itu mengajukan gugatan cerai, ia langsung pindah ke rumah mewah yang dibelikan oleh sang politisi yang telah menjadi penopangnya beberapa waktu yang lalu itu. Berarti satu-satunya tempat bernaungnya hanyalah rumah yang dibelikan oleh selingkuhannya itu. Tetapi kini Maya bertekad untuk tidak lagi menjalin affair dengan suami orang. Dia ingin menjadi Maya yang baru. Maya yang seperti hati nuraninya katakan saat ini, telah telah melakukan kesalahan di masa lalu. Dan ia tidak ingin meneruskan kesalahannya itu. Makanya kemarin ia meminta Orlando untuk tidak memberitahukan hal apapun pada Pak Siswoyo Soeryo Soemarno, selingkuhannya.

Menyebut kata selingkuhan saja, lidah Maya terasa kelu. Maya mengetahui semua hal ini dari penyelidikan Orlando sendiri. Karena menurut Orlando, Pak Siswoyo sampai menyewa detektif swasta untuk mencari keberadaannya yang seharusnya ada di Hawai saat ini.

Menurut penyelidikan pihak kepolisian, Pak Siswoyo dan Maya akan berpelesiran ke Hawai. Tetapi mereka akan berangkat sendiri-sendiri dari tanah air demi menghindari gosip dan kejaran wartawan. Bagaimana pun Pak Siswoyo saat ini masih berstatus sebagai suami orang. Istimewa usia Pak Siswoyo sendiri bahkan lebih tua beberapa tahun dari ayah kandungnya sendiri. Kedekatan mereka berdua pasti akan menjadi cibiran banyak orang. Kedua anak Pak Siswoyo bahkan berusia jauh lebih tua dari usianya sendiri. Maya sungguh menyesal dan malu saat mengetahui betapa buruknya perangainya di masa lalu.

"Anda tidak mendengarkan kata-kata saya, Bu Maya?!" Orlando mulai kesal karena Maya seperti menganggap pertanyaannya seperti angin lalu belaka. Maya terkesiap. Ia tidak sadar kalau lamunannya telah membuatnya mengabaikan polisi muda didepannya ini.

"Oh maaf Pak Polisi. Saya-saya juga sedang berpikir ini mau tinggal dimana. Tetapi satu yang pasti, saya tidak akan kembali lagi pada pak Siswoyo." Jawab Maya tegas.

"Atau Bu Maya ingin merealisasikan keinginan Bu Maya seminggu sebelum kejadian ini kepada saya?" Suara dalam sang polisi seperti menyiratkan sesuatu. Maya mengerutkan keningnya. Berusaha mengibgat-ingat. Memangnya apa keinginan yang ingin ia realisasikan seminggu yang lalu? Tetapi lagi-lagi, pikirannya kosong. Ia tidak bisa mengingat apapun.

"Maaf Pak Polisi. Bapak sendiri kan tahu kalau saya sedang mengalami amnesia sekarang. Tolong ingatkan saya apa yang ingin saya realisasikan dengan bapak seminggu yang lalu kalau Bapak tidak keberatan."

Maya melihat Orlando menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar. Sepertinya apa yang akan dikatakannya pasti adalah berita tidak enak untuk di dengar. Sepertinya ia harus mempersiapkan hatinya.

"Anda meminta saya untuk menjadi penopang Anda yang berikutnya karena Anda bilang bahwa Anda sudah bosan melayani, maaf bandot tua seperti Pak Siswoyo." Mata Maya nyaris keluar dari rongganya saat mencerna kata-kata sang polisi.

"Astaghfirullahaladzim. Saya tidak mungkin mengatakan hal yang begitu tidak bermoral seperti itu!" Desis Maya ngeri.

"Kalau Anda tidak percaya, saya bisa memperdengarkan potongan percakapan kita berdua waktu itu. Saya ini seorang polisi Bu Maya. Jadi saya tahu kalau berbohong itu sudah termasuk tindak pidana. Dan semuanya itu termaktub dalam pasal 220 KUHP tentang pemberitahuan atau pengaduan palsu tentang suatu peristiwa pidana, atau pasal 317 KUHP tentang memfitnah seseorang atau melakukan peristiwa pidana dengan tujuan menyerang kehormatan dan nama baik seseorang.

Jadi Bu Maya, saya tidak mungkin berbohong. Sekarang saya akan perdengarkan saja pembicaran kita seminggu yang lalu." Orlando terlihat mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol play.

Mengapa anda memandangi saya?

Maya menajamkan pendengarannya. Itu memang suaranya. Suara itu sama persis dengan suaranya saat ini.

Karena Anda juga memandang saya, Bu Maya. Jadi kata kenapa Anda memandangi saya itu tidak tepat. Karena pada dasarnya kita berdua itu saling memandangi.

Maya mengenali suara Orlando disini. Cara bapak polisi ini mengungkapkan fakta memang juara. Lugas dan tepat.

Oke kalau begitu saya akan langsung pada inti persoalan saja. Saya tertarik pada ketampanan feminin dan kemaskulinan tubuh Anda. Saya ingin menawarkan Anda kesempatan pertama untuk menjadi penopang saya berikutnya. Apakah Anda bersedia, Pak Polisi ganteng?

Kenapa?

"Karena saya sudah bosan melayani bandot tua seperti Pak Siswoyo.

Maya memejamkan matanya dan merasa selebar wajahnya memanas seketika. Ternyata ia memang setidak tahu malu itu! Astaghfirullahaladzim.

Anda rela melepaskan seorang Siswoyo Soerya Soemarno yang kaya raya demi seorang polisi seperti saya? Anda serius Bu Maya? Lagi pula Anda juga belum resmi bercerai dengan Pak Nayaka Bratadikara, bukan?

Rekaman itu jeda sesaat. Mungkin saat itu ia sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan Orlando.

Anda juga tidak kalah kaya dengan Pak Siswoyo bukan Pak AKBP Orlando Atmanegara? Saya sudah menyelidiki kehidupan pribadi Anda. Anda adalah anak seorang pengusaha besar Bernardo Atmanegara yang memiliki saham besar dalam bidang telekomunikasi dan perkapalan. Ibu anda adalah Diajeng Sri Rahma Kartaprawira, priyayi orang kaya lama di Solo sana. Ibu anda memiliki berhektar-hektar tanah, sawah dan agro bisnis yang saat ini di handle oleh orang-orang kepercayaan ibu Anda bukan?

Saya juga tahu kalau Anda memasuki ranah militer karena keinginan ayah anda pada mulanya. Setelah lulus kuliah, Anda masuk DikTuk dan kemudian Anda melanjutkan pendidikan ke AKPOL bukan? Saya tahu kalau Anda ini polisi kaya sudah dari sananya, bukan polisi gendut karena hasil korupsi dan gratifikasi.

Anda juga cuma punya satu orang adik perempuan yang bernama Sri Ajeng Gisella Atmanegara yang tentunya suatu hari akan menikah juga bukan? Nah, pada saat ibu Anda sudah tiada dan adik Anda sudah menikah. Saya adalah jadi satu-satunya pemilik hati anda beserta semua aset-aset anda bukan? Percayalah saya selalu melakukan investigasi menyeluruh sebelum memutuskan akan menjadi milik siapa nantinya.

Maya sampai menutup telinganya sendiri saking tidak tahan mendengar kata-kata jahat yang meluncur keluar begitu saja dari bibirnya di masa lalu, yang tanpa di saring terlebih dahulu.

"Jangan suka lari dari kenyataan Bu Maya. Kita tidak bisa mengubah kebenaran hanya karena kita tidak menyukainya. Belajarlah untuk menerima kenyataan. Saya bahkan bisa melemparkan setumpuk bukti jika Anda terus saja tidak mengakui tingkah laku amoral Anda dimasa lalu. Meskipun saya sedikit bingung apakah seminggu yang lalu bisa di kategorikan sebagai masa lalu. Dengarkan saja semuanya hingga usai. Baru ibu bisa menuduh saya bohong atau tidak. Saya tidak suka jika kejujuran saya di pertanyakan."

"Saya minta ma-maaf. Saya sungguh-sunguh minta maaf Pak Polisi." Sahut Maya lirih. Dia sunguuh tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana lagi.

"Maaf hanya berguna jika Anda memintanya pada Allah. Karena pada kami, maaf itu hanyalah berupa kata-kata pengalihan kesalahan tanpa makna. Sia sia. Dengarkan lagi kata-kata Anda sendiri. Dan lepaskan kedua tangan Anda dari telinga Anda. Saya ingin Anda mendengar dengan jelas setiap patah kata yang Anda ucapkan dari mulut Anda sendiri."

Kalau saya menerima tawaran Anda, pasti akan banyak sekali hati laki-laki di luar sana yang akan patah bukan, Bu Maya?

Halah, patah hati bagaimana? Anda terlalu serius dalam mengartikan sebuah kata kerja cinta Pak Polisi. Cinta itu kan hanya permainan kata-kata. Kalimat itu bisa disederhanakan dalam satu kata, seks. Titik.

Terdengar jeda lagi yang dilatar belakangi oleh denting peralatan makan yang saling beradu. Jelas sekali kalau saat itu mereka berdua memang bertemu dicafe. Suara musik samar-samar juga terdengar dalam rekaman itu.

Kalau saya bersedia menjadi penopang Anda berikutnya, apa persyaratan Anda, Bu Maya?

Kembali terdengar jeda. Maya tahu waktu itu dia pasti berpikir dulu sebelum memberikan jawaban yang menguntungkannya.

Saya menjalani hidup ini dengan pragmatis. Mirip seperti permainan catur. Saya akan menjalankan setiap strategi saya dengan hati-hati. Saya akan membuang pion kecil yang sudah tidak berguna, dan saya tidak akan membuka pemikiran saya terhadap kekasih-kekasih saya. Intinya selama Anda menyenangkan dan menguntungkan saya, saya akan dengan senang hati menjadi hak milik exclusive Anda. Tetapi bila saya sudah bosan dan menemukan penopang potensial yang lain, maka saya akan meninggalkan anda. Simple.

Anda sangat kejam, Bu Maya.

Itu harus. Untuk wanita dalam posisi seperti saya. Dan apa persyaratan dari Anda Pak AKBP?

Jeda kembali sebelum suara bariton itu menjawab tegas.

Persyaratan saya hanya satu. Kejujuran mutlak dari pasangan saya.

Itu sulit Pak AKBP. Saat saya bersikap jujur pada Anda. Saya yakin Anda akan merasa sangat tidak nyaman karenanya, Percayalah. Jadi bagaimana Pak AKBP Orlando Atmanegara, bersediakah Anda jadi penopang hidup saya selanjutnya?

Beri saya waktu Bu Maya. Setelah Anda resmi bercerai dengan Pak Nayaka, saya akan memberitahukan jawaban saya. Tetapi kalau saat ini, maaf saya tidak berminat menjalin hubungan sembunyi-sembunyi, apalagi dengan perempuan yang masih sah statusnya sebagai istri orang. Saya bukan type laki-laki yang tidak bermoral seperti itu. Permisi.

Lo sombong banget polisi kurang belaian. Gue doain, semoga lo kelak akan mendapatkan jodoh perempuan jahat seperti gue, agar seumur hidup lo, lo akan selalu terkenang akan manisnya sifat gue!!

Rupanya ia marah saat Orlando menolak tawarannya kala itu. Makanya ia menggunakan kosa kata lo gue. Dia ternyata sebejat itu dulu. Masya Allah. Maya sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun saking speechless nya.

Tidak masalah. Doa dari orang seperti a

Anda, saya khawatir itu tidak akan di jabah oleh Allah Subhanawaata'ala.

Klik.

Rekaman itu terputus. Rasa malu Maya sudah tidak terkatakan lagi. Dia sekarang bahkan tidak sanggup untuk menatap wajah Orlando tanpa membayangkan kata-kata tidak bermoralnya tadi. Maya merasa dia sudah tidak memiliki muka lagi untuk menatap wajah Orlando.

"Sepertinya sekarang saya harus menjawab penawaran Anda minggu lalu. Saya akan menjadi penopang sementara Anda di karenakan dua hal. Pertama, penjahat yang mencoba membunuh Anda belum berhasil kami ditangkap. Jadi Anda memerlukan seseorang untuk melindungi diri Anda. Kedua, Anda saat ini sedang dalam keadaan psikis dan fisik yang kurang baik, sementara Anda tidak punya tempat untuk pulang yang aman. Jadi saya akan menawarkan diri menjadi penopang Anda sampai salah satu dari alasan itu gugur, yaitu mana yang dulu kami capai. Tertangkapnya sang penjahat atau kembalinya pemikiran Anda, sehingga Anda bisa membantu kami memburu penjahatnya.

Tapi untuk itu semua pasti tidak ada hal yang gratis. Anda harus melakukan beberapa hal untuk saya. Deal, Bu Maya?"

Maya memandangi wajah tampan Orlando dari balik tirai air mata. Hatinya begitu sakit saat mendengar tawaran yang sebenarnya adalah merupakan perwujudan dari kalimat halus daripada hinaan ini. Dia memang saat ini sedang amnesia dan tidak punya apa-apa dan siapa-siapa yang akan melindunginya. Akan tetapi dia tahu kalau dia tidak sendirian. Dia masih punya Allah, tempatnya bergantung dan meminta. Dia punya Al-Qur'an sebagai petunjuk kehidupan walaupun ia sedang kehilangan arah akibat penyakit amnesianya saat ini. Dia tidak sudi menukar harga dirinya hanya demi lembaran uang belaka.

"Dengar ya Bapak AKBP Orlando Atmanegara yang terhormat, seburuk-buruknya saya, saya ingat bahwa harkat dan martabat saya sebagai seorang wanita itu adalah di atas segala-galanya. Saya tidak mungkin menukar harga diri saya hanya demi harta dan lembaran rupiah dari Anda."

Walaupun wajahnya tampak basah oleh air mata, tapi air muka Maya terlihat begitu murka. Meskipun ingatannya tidak dalam kondisi yang baik, tetapi Maya tahu, ada suatu kesan melecehkan yang selalu saja coba ditutupi oleh Orlando atas nama professionalitas pekerjaan. Tetapi saat Orlando mengatakannya secara langsung hinaaan demi hinaan didepan matanya seperti ini, entah mengapa hatinya terasa bagaikan dicubiti.

Tidak sakit seperti dipukuli memang, tetapi sangat terasa bekas-bekas pedihnya. Walaupun sebenarnya Maya amat sangat marah dan tersinggung, tetapi sedapat-dapat nya ia menahan lidahnya. Maya tahu orang yang dihina sebenarnya memungut pahala cuma-cuma tanpa perlu bersusah payah melakukan usaha. Tetapi menahankan pedihnya itu yang sangat susah luar biasa.

Mendengar sebegitu sengitnya jawabannya, Maya melihat Orlando hanya tersenyum tipis. Tidak tampak perubahan emosi yang berarti di raut wajahnya.

"Sepertinya Anda telah salah dalam menafsirkan kata-kata saya. Dengar ya Bu Maya, beberapa hal yang ingin saya minta dari anda maksudnya adalah Saya ingin Anda berguna saat tinggal dirumah saya. Saya tinggal bersama dengan ibu dan adik perempuan saya. Jadi selama anda tinggal bersama kami, maka Anda harus membayar dengan cara menjadi ART ibu saya. Anda dapat membantu Ceu Esih, ART saya yang lain dalam merawat kebersihan rumah ki-kami. Jadi di sini saya minta anda melayani ibu dan adik saya, bukan untuk melayani saya. Mengerti Bu Maya? Anda berasumsi terlalu jauh kalau merasa bahwa saya itu menginginkan hal-hal yang berbau asmara dengan Anda. Saya tidak suka barang bekas pakai yang sudah di cicipi banyak orang. Wanita seperti Anda itu bukan type saya. Mengerti Bu Maya?"

Orlando melihat mata Maya kembali berkaca-kaca. Maya hanya menggangguk tetapi tidak mau memandang wajahnya. Maya terlihat shock saat mendengar kata-kata pedasnya. Tetapi memang begitulah dia adanya. Dia memang tidak jago ngeles seperti Fatah atau ahli strategi seperti Badai. Dia ya Orlando yang lurus dan apa adanya. Apa yang ada di pikirannya, itu lah yang akan dikatakannya. Lain di bibir lain di hati itu tidak ada dalam kamus hidupnya.

"Ayo sekarang kita berangkat kerumah saya, karena setelah ini saya harus kembali ke Mabes."

"Saya tidak bilang kalau saya mau ikut dengan Bapak bukan? Jadi kalau Bapak ingin pergi ke Mabes ya pergi saja. Saya tidak ingin menahan Bapak lebih lama lagi disini. Tidak pantas wanita bekas pakai seperti saya ini mencuri waktu anda yang begitu berharga bukan Pak AKBP?"

"Ternyata walau Anda sedang menderita amnesia, keketusan mulut Anda tidak berubah juga rupanya?" tukas Orlando dingin.

Related chapters

  • The Tears I Shed   Chapter 4

    Panasnya matahari di siang bolong seperti ini menguras energi Maya yang tidak seberapa akibat baru sembuh dari luka-lukanya. Setelah pertengkarannya dengan Orlando tadi, Maya memang memutuskan untuk segera pergi dari hadapan sang AKBP. Ia capek selalu di hina-hina olehnya. Kalaupun dulu dia memang tidak ada bagus-bagusnya menjadi seorang manusia, akan tetapi tidak perlu juga bukan setiap lima menit sekali ia mengingatkannya? Masih terngiang-ngiang di kepala Maya pertengkarannya dengan Pak AKBP Orlando yang sangat menyakiti hatinya."Anda mau ke mana Bu Maya? Anda itu belum sembuh benar untuk bekerja. Laki-laki yang membooking Anda akan merasa bercinta dengan boneka Annabelle kalau melihat memar-memar di sekujur tubuh Anda. Anda belum layak pakai, Bu Maya.Lagi pula orang yang mencoba membunuh Anda itu belum tertangkap. Anda tidak aman berkeliaran di jalanan tanpa perlindungan, Bu Maya."

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 5

    Orlando tiba di rumahnya tepat pada pukul tujuh malam. Hari ini ia lelah selelah-lelahnya. Menjadi seorang polisi telah menjadikannya setiap hari bergumul dengan para penjahat mulai dari kelas teri hingga kelas kakap. Belum lagi akhir-akhir ini dia dan team ditunjuk untuk meretas semua kabar hoax di internet. Menjelang PILPRES seperti ini banyak sekali situs-situs yang menyebarkan kabar hoax dan hate speech. Dia dan kedua belas rekannya bahu membahu meretas dan memblock situs-situs yang penuh dengan ujaran kebencian tersebut.Dia mencintai negeri ini, karena itulah ia dan rekan-rekannya yang lain berusaha sekuat tenaga menjaga, melindungi dan mempertahankan keragaman yang merupakan keindahan sejati NKRI. Demi tanah air tercinta, ia rela mengorbankan segalanya.Begitu ia menjejakkan kakinya ke dalam rumah, pandangannya secara otomatis mencari-cari keberadaan Maya. Sudah tiga hari ini Maya tinggal di rumah

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 6

    "Sa—saya, saya cuma disuruh sama Ceu E—""Keluar!!!" Maya terlompat kaget saat mendengar bentakan penuh kemarahan Orlando."Astaghfirullahaladzim! Ada apa ini, Den Orlando? Kok pagi-pagi buta udah teriak-teriak. Eceuk sampai kaget."Ceu Esih ikut terbangun karena kerasnya suara Orlando. Ceu Esih seketika mengerti apa yang terjadi, saat melihat wajah emosi majikannya dan gemetarnya tubuh Maya. Maya bahkan tidak berani mengangkat kepala, karena malu dibentak-bentak oleh Orlando didepan Ceu Esih. Ceu Esih menarik nafas panjang akibat kacaunya situasi di pagi buta begini."Aden kenapa pagi-pagi teh udah marah-marah? Masalah Neng Maya yang ada di kamar Aden? Itu teh Eceuk yang manggil si Eneng tengah malam kemarin saat Aden demam tinggi. Eceuk teh bingung harus bagaimana meredakan deman Aden. Ibu dan Non Giselle kan sedang ada di Solo. Makanya Eceuk manggil Neng Maya untuk membantu Eceuk me

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 7

    "Selamat pagi Bapak Nayaka Bratadikara dan Ibu Candramaya Daniswara Bratadikara. Tanpa banyak membuang waktu dan basa basi lagi, saya hanya ingin menanyakan sekali lagi. Apakah Anda berdua ini sudah mantap ingin bercerai, atau Anda berdua masih ingin berpikir-pikir dulu? Sesuai dengan Pasal 56 ayat 2, 65, 82, 83 dan UU Nomor 7 Tahun 1989, saya sebagai hakim di sini ingin mendamaikan Anda berdua terlebih dahulu sebelum sampai pada tahap mediasi pada sidang selanjutnya." Maya dan Nayaka saat ini tengah menghadiri sidang pertamanya."Tetapi kalau saya lihat-lihat, sepertinya Pak Naya ini masih cinta sekali ya pada Bu Maya?" Pak Hakim tersenyum simpul saat mendapati bahwa sang suami yang mengajukan gugatan, terus saja mencuri-curi pandang pada istrinya."Kalau memang masih cinta, untuk apa mengajukan gugatan perceraian Pak Naya? Dalam hal berumah tangga cek cok kecil itu kan masalah biasa. Gigi dan lidah yang se rumah dan selalu kompa

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 8

    Drtt... drtt... drtt..."Hallo, Dek Sean. Ada apa, Dek? Tumben Adek menelepon Abang?" Maya melihat wajah Orlando langsung berubah gembira. Nada bicaranya juga seketika menjadi lembut. Dek Sean? Bukankah nama itu yang diigaukannya kemarin? Berarti orang yang menelepon Orlando ini adalah wanita yang setengah mati dicintainya sekaligus juga yang membuatnya patah hati setengah gila."Oh bisa... bisa kok, Dek. Abang ada di pengadilan agama, deket kok sama restaurant. Ya udah ini sekarang Abang singgahin ke sana ya, Dek? Ahahhaha... nggak apa-apa, Dek. Apalah yang nggak buat, Dek Sean? Oke, assalamualaikum."Maya melirik Orlando menutup panggilan telepon, masih dengan sisa-sisa senyum di bibir. Sepertinya Orlando bahagia sekali setelah menerima telepon dari wanita impiannya."Pembicaraan kita belum selesai. Kita akan singgah sebentar di restaurant teman saya. Kamu cukup diam dan jangan banyak t

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 9

    "B-Bapak mau ngapain? Kok pintu kamar saya dikunci? Ini juga, ngapain Bapak pakai buka baju segala? Ingat ya, Pak. Saya ini perempuan tidak baik. Jangan sampai kesucian tubuh Bapak terkontaminiasi dengan kekotoran tubuh saya!" Maya mundur-mundur ketakutan."Anda ini kenapa sampai ketakutan seperti itu hah? Saya cuma mau minta tolong Anda untuk mengerikkan punggung saya. Biasanya Ibu saya atau Ceu Esih yang mengerikkan punggung saya, kalau saya sedang masuk angin. Berhubung ibu masih di Solo dan Ceu Esih sudah tidur, maka saya terpaksa minta tolong Anda yang mengerikkan. Anda jangan berfikir yang macam-macam !"Orlando menjentikkan kening Maya dengan kesal."Oooh... cuma minta dikerokin toh? Bilang dong dari tadi. Jangan tiba-tiba main buka baju aja." Maya mengomeli Orlando.Tetapi tak urung tangannya bekerja juga. Setelah Orlando duduk tegak di ranjangnya. Maya segera membalurkan minyak gosok ke punggung l

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 10

    "Umi, kenapa sih nama Gadis itu Gadis? Nanti kalau Gadis udah jadi nenek-nenek masak dipanggil Gadis juga. Kan nggak lucu, Umi?""Umi dan Abi itu memberikalian nama sesuai dengan jenis kelamin kalian, sayang. Karena kedua kakakmu laki-laki, maka Umi dan Abi memberikan mereka nama Putra Tirta Sanjaya dan Jaka Tirta Sanjaya. Nah, karena Gadis itu anak perempuan yang tiba-tiba saja dititipkan oleh Allah Subhanawaata'ala pada Umi dan Abi, maka kami menamakan kamu Gadis Putri Sanjaya. Yang artinya Gadis adalah putrinya Pak Sanjaya. Mengerti sayang? "Dengar, sayang. Apa pun kelak yang akan terjadi dikemudian hari, percayalah Umi dan Abi amat sangat menyayangi dan mencintai kehadiranmu di tengah-tengah kehidupan kami. "Umiii!... Abiiii!"Maya terbangun dengan tubuh basah kuyub dan dibanjiri oleh keringat. Dia bermimpi lagi tentang pembicaraan seorang a

    Last Updated : 2021-08-03
  • The Tears I Shed   Chapter 11

    "A—abang saya? Sa—saya masih punya Abang?" Mata Maya bermozaik saat merasa ada keluarganya di sini. Berarti ibu dan ayah laki-laki ini adalah ibu dan ayahnya juga. Ibu dan ayah yang tidak mau lagi mengakui keberadaannya di dalam kehidupan mereka karena malu dengan perangainya. Maya terus saja menatapi laki-laki yang mengaku sebagai abangnya ini lekat-lekat. Akhirnya ada juga orang yang mengakuinya sebagai bagian dari keluarganya."Maaf ya, Bang. Maya sedang kurang sehat ingatannya. Maya... Maya melupakan banyak hal, Bang. Ayah dan i—ibu sehat?" Kali ini lelehan air mata Maya mengalir juga setelah mati-matian coba ia tahan. Maya merindukan saat-saat di mana sebuah komunitas kecil yang bernama keluarga akan memeluknya erat tanpa perlu menanyakan kebenaran atau pun kesalahannya. Bukankah dalam keluarga kita hanya mengenal cinta dan kasih sayang? Tidak peduli apakah kita itu cantik, jelek, salah mau pun benar. Mereka pasti akan saling menduku

    Last Updated : 2021-08-03

Latest chapter

  • The Tears I Shed   Extra Part

    "Mbak Gadis, melahirkan itu sakit nggak sih? Salwa takut, Mbak. Menjelang hari Hnya seperti ini, Salwa keder, Mbak. Ngeri."Gadis yang sedang menyusui Dimetrio Atmanegara, putra pertamanya mengalihkan pandangannya pada Salwa. Sahabat sekaligus partner in crimenya di restaurant dulu yang kini telah menjadi kakak iparnya. Salwa menikah dengan Putra Tirta Sanjaya, kakak sulungnya satu setengah tahun yang lalu. Kini Salwa tengah hamil tua dan tinggal menghitung hari kelahirannya. Tidak heran kalau kakak iparnya ini ketakutan memikirkan betapa menyakitkannya proses kelahiran yang harus ia lalui."Begini ya, Salwa. Mbak akan memberi gambaran dari mana muncul rasa sakit itu dulu sebelum asumsi kamu melebar kemana-mana. Salwa, dengar, penyebab sakit saat melahirkan itu biasanya adalah karena kontraksi otot. Rahim kita ini memiliki banyak otot. Otot ini akan berkontraksi dengan kuat untuk mengeluarkan bayi s

  • The Tears I Shed   Chapter 46(end)

    Rumah mewah yang terletak di pinggir pantai itu tampak mentereng dan megah. Karta Suwirya membangunnya terpisah cukup jauh dari penginapan exclusive khusus untuk para turis yang datang berkunjung. Terlihat sekali Karta menginginkan agar privacynya tidak terganggu. Dalam gelapnya malam, rumah itu bersinar layaknya cahaya mercusuar. Pantai ini sebenarnya adalah pantai daerah wisata. Sementara penginapannya terletak diseberang pulau. Jadi untuk mencapai penginapan dan akses keluar masuk pulau, para penghuninya harus menggunakan kapal ferry. Begitu pun untuk kegiatan sehari-hari. Penginapannya memang sangat mewah namun sangat terpencil. Daerah wisata seperti ini biasanya adalah destinasinya para pengantin baru yang ingin honeymoon. Karena kesan yang di tampilkan itu private dan juga intimate. Di tempat inilah Kartasuwirya biasanya menyembunyikan para selingkuhannya. Tempat yang sampai sejauh ini belum terendus oleh istrinya. M

  • The Tears I Shed   Chapter 45

    Dalam diam Gadis menajamkan pendengarannya. Pada saat matanya tidak bisa ia gunakan, maka telinganya lah yang akan ia maksimalkan. Ia sama sekali tidak mau mati konyol di sini. Ia tahu bahwa panik tidak akan memberikan manfaat apa-apa selain membuat tekanan darahnya meninggi dan kemampuan berpikir sel-sel otaknya menjadi lumpuh. Mobil berjalan cepat dan semakin lama perjalanan sepertinya semakin menurun dan berkelok-kelok. Perut Gadis seperti sedang dikocok-kocok saking mualnya. Gadis menarik nafas pelan-pelan dan menghembuskannya secara teratur. Ia tidak bisa mengeluarkannya dari mulut karena mulutnya telah di lakban. Gadis sampai mengeluarkan keringat dingin saking enegnya. Setelah perjalanan di dalam mobil yang rasanya lama sekali, akhirnya mobil yang membawanya berhenti juga. Telinga Gadis langsung menangkap suara debur kencang ombak yang memecah pantai. Berarti ia sedang diasingkan pada sebuah pantai. Benaknya mencatat baik-baik semua tanda

  • The Tears I Shed   Chapter 44

    Hujan deras diiringi suara petir yang menggelegar membuat Gadis yang ditinggal sendirian di rumah menjadi ketakutan. Dua orang ART orang tuanya yang merupakan ibu dan anak, sudah tidur sejak jam sembilan tadi. Hujan deras di malam hari memang cenderung membuat orang lebih cepat mengantuk. Sebenarnya tadi Gadis berat sekali melepas Orlando untuk bertugas. Entah kenapa malam ini hatinya resah dan perasaannya tidak enak. Gadis merasa mungkin ini semua adalah akibat dari hormon kehamilannya.Demi membunuh rasa sepi dan ketakutannya, Gadis menonton televisi sambil menunggu kantuk menghampirinya. Tetapi walaupun pandangannya mengarah kedepan, Gadis sama sekali tidak bisa menikmati apa yang disajikan didepan matanya itu. Dia sangat gelisah!Ceklek!"Arrghhhh!"Gadis menjerit kaget saat pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka. Setelah melihat dua orang Asisten Rumah Tangga orang tuanya masuk

  • The Tears I Shed   Chapter 43

    Disepanjang perjalanan pulang Orlando berkali-kali melirik Gadis yang duduk diam bagai arca di sampingnya. Dia yang modelnya lempeng dan tidak mengerti cara merayu ini bingung harus mencari topik apa untuk membuka obrolan. Bayangkan saja, dia yang sehari-hari cuma menginterogasi dan menekan para bandit dan juga penjahat, kini di paksa harus menjadi Sudjiwo Tejo. Orlando khawatir kata-kata indah yang sudah susah-susah dirangkainya bukannya terkesan mesra tetapi malah lebih mirip Berita Acara Pemeriksaan lah ujung-ujungnya. Kan bisa gawat jadinya."Abang memang orang yang kaku dan tidak bisa melakukan apapun dengan benar, tapi satu hal yang perlu kamu ketahui sayang. Abang sangat mencintai kamu. Tolong maafkan kebodohan Abang yang sudah membuat kamu sedih dan sakit hati. Maaf jika selama ini mungkin Abang kurang perhatian kepada kamu. Karena jujur Abang sering kali bingung saat harus membagi waktu antara harus ngangenin kamu atau miki

  • The Tears I Shed   Chapter 42

    Selama menunggu atasannya membawa pulang istrinya ke rumah kediaman Antariksa, Orlando menunggu di pintu gerbang. Ia terus berjalan hilir mudik sehingga membuat SATPAM di pos jaga ikut stress melihatnya. Dibenaknya terus saja mengulang-ulang adegan di wajah basah penuh air mata istrinya tengah tertidur pulas dalam pelukan atasannya. Orlando sungguh tidak terima karena ia bahkan tidak pernah menyentuh kulit Rani kecuali hanya untuk bersalaman. Ia menghormati Rani sebagai seorang perempuan sekaligus juga istri atasannya. Bagaimana ia tidak emosi jiwa membayangkan kalau istrinya dirangkul-rangkul dan dipeluk-peluk laki-laki lain?Padahal Orlando tidak tahu saja kalau penampakan di photo itu hanyalah pencitraan publik semata. Fatah melakukannya untuk membalas rasa kesalnya pada Orlando. Orlando pasti tidak tahu cobaan seperti apa yang ia dapatkan behind the scene photo itu ia kirimkan.Ceritanya akibat Gadis yang terus menerus menangi

  • The Tears I Shed   Chapter 41

    Orlando berlari menuruni tangga darurat saat melihat istrinya dan atasannya menutup lift. Masih terbayang di matanya pemandangan kecewa atasannya. Dan yang paling memerihkan hatinya adalah kala melihat air mata sakit hati yang terbias dari bola mata istrinya. Shit! Dia sama sekali tidak menduga kalau istrinya bisa ada di sini. Siapa yang memberitahukannya? Atasannya juga. Mengapa mereka bisa datang secara bersamaan? Pertanyaan mengapa dan mengapa, terus berkecambuk di benaknya.Orlando tiba di basement dan langsung berlari kencang menuju ke parkiran. Bersiap-siap menghadang, apabila atasan dan istrinya akan meninggalkan apartement. Matanya menatap tajam setiap orang yang berlalu lalang di sana. Harap-harap cemas semoga istrinya ada di antara mereka.Namun harapannya tidak terkabul. Setelah hampir dua puluh menit menunggu, ia tidak juga menemukan bayangan keduanya. Orlando terduduk lemas di lantai parkiran. Ia bingung, cem

  • The Tears I Shed   Chapter 40

    Gadis terbangun saat merasa ada sesuatu sedang mengelus-elus pipinya. Begitu matanya terbuka, ia langsung kaget saat dihadapkan pada wajah Orlando yang hanya berjarak sejengkal dari wajahnya sendiri. Dan sesuatu yang mengelus-elus pipinya itu adalah telapak tangan suaminya."Selamat pagi istriku. Nyenyakkah tidurmu semalam sayang? Apakah kamu memimpikan Abang dalam tidurmu, hmmm?" Kini Orlando malah mencium-cium gemas pipinya dengan suara cup cup yang terdengar keras. Gadis buru-buru memalingkan wajahnya. Dia masih amat sangat marah dan kecewa pada Orlando yang ternyata tega membohonginya."Kamu ini kenapa sih sayang? Dari semalam Abang kamu judesin terus sampai Abang nggak berani minta jatah. Ada apa sih? Cerita dong biar Abang tahu salah Abang itu di mana, dan bisa memperbaikinya."Mata Gadis membulat saat merasakan tangan Orlando masuk melalui bawah piyama satinnya dan mengelus bulatan empuk didadanya.

  • The Tears I Shed   Chapter 39

    "Saya terima nikah dan kawinnya Gadis Putri Sanjaya binti Candra Daniswara dengan mas kawin 111 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Orlando dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" Tanya Pak Penghulu."Sahhhh!""Alhamdullilahhhh."Akhirnya setelah melalui perjalanan yang singkat namun penderitaan dan kesakitan yang panjang dalam arti yang harafiah, Orlando kini bisa menepuk dada dengan bangga. Dokter cantik ini akhirnya resmi menjadi istrinya. Tidak sia-sia ia berdarah-darah digebukin kakak-kakak Gadis kalau hasil akhirnya ternyata seindah ini. Hasil memang tidak akan pernah menghianati usaha insya allah. Mungkin selama ini orang mengira bahwa d

DMCA.com Protection Status