Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 4: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 2

Share

Bab 4: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 2

Author: Miss.EA
last update Last Updated: 2025-02-27 16:36:10

Napas Emely terdengar jelas di telinganya. Cepat, tersengal, dan tidak teratur. Begitu dekatnya Delon kini hingga ia bisa merasakan udara panas yang terpancar dari tubuh Emely.

“Emely ...,” panggil Delon akhirnya. Suaranya parau, hampir seperti bisikan yang disengaja untuk memancing reaksi.

Emely tersentak. Tubuhnya tegang seketika, matanya terbelalak, sebelum akhirnya ia menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya berubah, keningnya mengerut tajam, menampilkan ekspresi penuh ketidaksukaan. Pandangannya menusuk, sinis, meski tubuhnya terlihat goyah.

“Mau apa kamu di sini?” tanya Emely. Suaranya lirih, tetapi nadanya tetap tajam.

Delon tersenyum tipis, mengabaikan nada ketus itu, seakan-akan tak berpengaruh padanya. “Aku menyusulmu ke sini,” jawabnya santai. Seolah-olah ia adalah pahlawan yang datang untuk menyelamatkan sang tuan putri. “Aku khawatir padamu.”

Delon mengambil selangkah lebih dekat. Namun, Emely seperti sebuah reaksi otomatis, langsung bergerak menjauh. Punggungnya makin menempel ke dinding di belakangnya, mencoba menciptakan jarak yang aman dari lelaki muda itu.

“Aku siap membantu, kalau kau menginginkannya,” lanjut Delon. Matanya memindai wajah Emely yang memerah, rambutnya yang kini basah oleh keringat, hingga dada wanita itu yang naik-turun cepat karena tarikan napasnya.

“Terima kasih,” ujar Emely dingin. “Tapi, aku tidak membutuhkannya sama sekali. Pergilah dan tinggalkan aku.”

Nada tegasnya membuat rahang Delon mengeras. Lelaki itu tidak menyangka bahwa Emely masih punya keberanian dengan menolaknya dalam keadaan seperti ini. Tatapannya berubah menjadi lebih tajam, lebih berbahaya, seolah-olah ia tidak akan menerima penolakan untuk kedua kalinya.

Namun, Emely tak menunggu jawaban. Dengan langkah tergesa-gesa, wanita itu mencoba meninggalkan tempat meskipun tubuhnya masih terasa berat dan lemas. Sayangnya, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, sebuah tangan besar menangkap pergelangan tangannya dengan kasar.

“Delon! Lepaskan aku!” seru Emely, mencoba melepaskan diri.

Namun, Delon tidak peduli. Dalam satu gerakan cepat, ia menarik Emely hingga tubuh wanita itu terhuyung, lalu menyentak tangannya ke atas. Kedua pergelangan tangan Emely kini terperangkap di dalam cekalan Delon, tergenggam erat di atas kepala. Tubuh Emely terpaku di dinding, tak mampu bergerak. Delon berdiri tepat di hadapannya, mengungkung tubuhnya tanpa cela sedikit pun.

“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” Emely meronta, suaranya bergetar ketakutan. Namun, kekuatannya tidak cukup untuk melawan. Efek obat itu membuat tubuhnya lemas, tak berdaya di bawah tekanan Delon.

Delon hanya menyeringai. Matanya berkilat penuh minat, memindai setiap inci wajah Emely yang kini memerah. Napas wanita itu begitu panas dan cepat, hampir membakar wajahnya yang makin mendekat.

“Kau butuh sentuhan pria saat ini, Emely,” bisik Delon dengan suara rendah. Sebelah tangannya turun ke pinggang Emely, memberikan remasan lembut di sana. Bibirnya hampir menyentuh telinga wanita itu saat ia melanjutkan, “Dan, aku dengan senang hati akan memberikannya untukmu, Sayang.”

Emely memutar wajahnya agar menjauh. Tubuhnya bergetar, bukan karena efek obat semata, melainkan karena rasa takut yang kini menjalar hingga ke tulang-tulangnya. “Delon, kumohon ... jangan lakukan ini .…” Suaranya kini hampir pecah, sebuah bisikan lirih yang penuh kepanikan.

Namun, Delon tak menjawab. Senyumnya makin melebar, seperti pemangsa yang sudah menangkap mangsanya dengan sempurna. Malam ini, ia yakin tak ada yang bisa menghalanginya.

Sebuah SUV mewah berwarna hitam berbelok mulus memasuki area parkir Azure Nightclub. Mesin mobil berhenti dengan suara halus. Kemudian, dari dalam, Blue melepas sabuk pengamannya dengan gerakan cepat. Satu tangan mematikan mesin, sementara tangan lainnya sudah meraih gagang pintu.

Pria itu turun dari mobil. Sepatunya menginjak lantai parkir, menghasilkan bunyi lembut yang memantul di udara. Dengan langkah lebar dan pasti, Blue berjalan menuju pintu utama club tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Udara malam terasa dingin, tetapi pria itu tetap tampak tenang dan fokus.

Begitu pintu club terbuka, suasana seketika berubah. Suara musik mengentak keras, bass berdentum hingga terasa di dada. Lampu-lampu warna-warni berkedip liar, menciptakan atmosfer gemerlap yang menggoda. Aroma alkohol dan keringat bercampur di udara, membuat suasana makin panas.

Blue terus melangkah masuk. Tatapannya yang tajam segera menyapu seluruh ruangan. Ia tidak datang ke sini untuk bersenang-senang seperti pengunjung lainnya. Matanya memindai setiap sudut, melewati kerumunan di lantai dansa yang bergerak liar mengikuti irama musik. Pria itu mencari satu sosok tertentu, seseorang yang ia tahu selalu memancarkan aura menggoda seperti kucing liar yang penuh misteri.

Namun, Blue tak kunjung menemukan sosok itu. Keningnya berkerut, ekspresi wajahnya berubah serius. Dengan langkah panjang, ia melangkah menuju meja bar. Bartender yang sedang mengelap gelas segera menawarkan minuman. Blue hanya mengangkat satu tangan, memberi isyarat penolakan yang tegas.

“Hai, Tuan Sinclair.” Suara lembut seorang wanita memecah fokusnya. Blue menoleh sedikit. Seorang wanita dengan gaun minim—yang lebih banyak memperlihatkan daripada menutupi tubuhnya—mendekat dengan senyum genit. Jemarinya yang lentik dan berhias cat kuku merah menyala mulai menyusuri bahu lebar Blue, berusaha menarik perhatiannya. “Senang sekali melihat Anda di sini malam ini.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
siap² d bogemmm lu Delon
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 5: Menyelamatkan Kucing Seksi dan Liar! 3

    Wanita itu jelas mengenalnya. Blue adalah pengunjung tetap di tempat ini, meskipun ia selalu datang dengan alasan yang berbeda dari kebanyakan pria lainnya.Blue menepis tangan wanita itu dengan gerakan cepat dan tegas. Matanya menatap tajam, memberi pesan yang tak terbantahkan. “Jangan ganggu aku. Aku di sini untuk urusan penting.” Suaranya dingin dan menusuk.Wanita itu langsung mundur dengan wajah tersipu, menyadari bahwa Blue tak sedang dalam mood untuk bermain-main. Ia mundur ke kerumunan tanpa sepatah kata lagi, sementara Blue melanjutkan langkahnya.Dengan tubuh tegap, Blue makin jauh masuk ke dalam club. Matanya yang tajam memindai seluruh ruangan sekali lagi. Kali ini, pandangannya terhenti pada sebuah meja di sudut ruangan. Ia melihat sosok wanita muda yang cukup familier. Rambutnya panjang bergelombang, dengan wajah ceria yang sulit dilupakan. Itu adalah Arwen, salah satu sahabat Emely.Blue segera melangkah cepat menuju meja itu.“Hai, Uncle Blue!” sapa Arwen dengan nada c

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 6: Membawa Kucing Liar Pulang 1

    Blue menggenggam tangan Emely dengan erat, seolah-olah tak ingin melepaskannya. Seakan-akan tangan itu adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkannya dari dunia yang begitu penuh kecaman. Di sebelahnya, Emely, yang kini seperti kucing liar yang terluka, hanya mengikuti langkah Blue dengan lemah. Langkah pria itu begitu mantap dan lebar. Setiap gerakannya memancarkan ketegasan yang begitu kuat, seolah-olah tak ada yang berani menghalanginya. Matanya menatap tajam, penuh amarah yang terpendam. Rahangnya pun makin mengetat, menahan gejolak yang hampir tak bisa terkendali. Wajahnya dingin, penuh dominasi—jauh dari sosok Blue yang biasa terlihat ramah.Setiap orang yang melirik tak mampu bertahan lama, seakan-akan aura intimidasi yang begitu kuat keluar dari tubuh Blue. Memaksa mereka untuk menunduk atau menjauh, menghindari tatapan yang bisa membekukan mereka di tempat.Ketika Blue sampai di meja tempat sebelumnya Emely duduk bersama teman-temannya, ia berhenti sejenak. Di sana, Arwe

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 7: Membawa Kucing Liar Pulang 2

    Emely hanya melirik pria itu dengan penuh kebingungan, perasaan yang sangat sulit dijelaskan mulai membekapnya. Keinginan untuk marah, untuk membentak pria itu, bahkan melontarkan kata-kata yang keras, bergolak begitu hebat dalam dirinya. Namun, tubuhnya terasa seperti terkunci, seakan-akan ada kekuatan tak terlihat yang membuatnya diam, menahan segala amarah yang hendak ia luapkan. Kenapa aku diam saja? pikirnya dengan frustrasi.Panas itu kian merayap dari dalam tubuhnya, lebih intens daripada sebelumnya, menyelimuti setiap inci kulitnya. Wajahnya yang semula merah pun makin memerah, kali ini lebih karena perasaan yang sangat berbeda. Lebih rumit dan kacau. Matanya liar dan penuh kebingungan, menyusuri setiap detail wajah Blue tanpa bisa menghentikannya.Tatapannya bertemu dengan mata Blue. Lalu, tanpa bisa ia tahan, pandangannya meluncur turun ke hidung mancung pria itu yang terlihat begitu sempurna di bawah cahaya mobil. Emely tak bisa mengalihkan pandangannya begitu saja, seolah

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 8: Ancaman Uncle Blue 1

    SUV hitam mewah milik Blue meluncur mulus menembus gerbang perumahan elite yang tinggi dan kokoh. Gerbangnya dengan mudah terbuka setelah penjaga menekan tombol remote control. Dengan deru mesin yang halus, mobil itu melaju melewati jalan setapak berlapis batu yang diterangi cahaya lembut dari lampu-lampu taman. Ketika akhirnya mobil berhenti tepat di depan teras rumah yang luas dan elegan, Blue melirik sekilas ke arah Emely, si Kucing Liar yang duduk gelisah di kursi penumpang sampingnya. Emely terlihat makin tidak tenang, wajahnya memerah, dan tubuhnya menggigil. Blue bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu. Dengan suara berat dan sedikit serak, Blue bertanya, “Apa yang sudah kau minum, Emely?” Suaranya menggema dalam kesunyian malam yang mencekam. Emely berbalik menatap Blue, matanya sedikit kosong dan bingung, tetapi ada kegelisahan yang jelas terpantul di sana. Wajahnya kini kian memerah, seakan-akan tubuhnya terbakar oleh sesuatu yang l

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 9: Ancaman Uncle Blue 2

    Mendengar itu, alis Blue terangkat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi yang seperti meremehkan. Dia mengubah posisinya, tubuhnya kini menghadap penuh ke arah Emely; satu tangannya bertumpu di pinggang. “Setelah semua yang aku lakukan untukmu, kau masih bertanya kenapa aku membawamu ke sini?” balasnya dengan suara yang terdengar dingin. Matanya menatap tajam, seakan-akan mencari celah untuk memahami pikiran wanita itu. Namun, Emely hanya mendengkus, membuang pandangannya ke arah lain.Blue menarik napas panjang, berusaha menahan rasa frustrasinya. “Pertanyaan bodoh macam apa itu, Emely?” Suaranya kali ini mengandung geraman halus.“Aku punya tempat tinggal sendiri, Blue!” balas Emely dengan nada tinggi. Emosinya mulai terpancing. “Seharusnya kamu mengantarku ke sana, bukan malah membawaku ke rumahmu!”Perkataan Emely membuat Blue terperangah. Kali ini, alisnya terangkat lebih tinggi. Matanya pun menyipit tajam, seolah-olah menilai wanita di depannya dengan penuh keheranan. “Blue? Heh?” b

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 10: Kenyal dan Lembut 1

    Emely melangkah masuk ke kamar yang luas dan tertata sempurna. Nuansa gelap mendominasi ruang itu, dengan dinding bercat abu-abu pekat yang dipadukan pencahayaan remang-remang dari lampu gantung berbentuk geometris. Lantai kayu mengilap memantulkan bayangan samar furnitur minimalis yang serbahitam dan cokelat tua. Sebuah tempat tidur berukuran besar dengan seprai hitam berada di tengah ruangan, dikelilingi oleh rak buku tinggi yang tertata penuh oleh buku-buku berjilid tebal.Ketika pintu di belakangnya tertutup, Emely kian terasa sesak. Matanya terus bergerak, menyapu setiap sudut ruangan dengan intens, seolah-olah mencari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Kedua tangannya memegang erat pinggiran dress yang ia kenakan, meremas-remasnya seperti mencoba mengalihkan perhatian dari rasa yang mengaduk-aduk tubuhnya.Kakinya tidak bisa diam, melangkah tanpa arah, hanya untuk berhenti sejenak sebelum kembali bergerak. Bibirnya dikelupasi dengan gigi, tanda kegelisahan yang makin memuncak.

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 11: Kenyal dan Lembut 2

    “Semakin hari, kau semakin liar, sulit diatur, dan otakmu yang cantik ini dipenuhi rencana-rencana licik,” desis Blue. Suaranya rendah tetapi mengancam.Wanita itu tetap diam, tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya untuk membela diri. Ia berdiri kaku, terlalu gugup untuk menghadapi tatapan penuh intimidasi dari pria di hadapannya. Melihat sikap pasif itu, Blue akhirnya menjauhkan tangannya yang semula mencengkeram dagu Emely. Dengan langkah ringan, ia mulai berjalan mengitari wanita itu. Kini, ia berhenti tepat di belakang Emely. “Baiklah,” ucap pria itu akhirnya. Suaranya lebih tenang tetapi tetap dingin. “Aku mengerti kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Ada hal lain yang jauh lebih penting yang harus kau selesaikan.”Tangan Blue perlahan terulur, jemarinya menggenggam rambut panjang dan halus milik Emely. Dengan gerakan lembut, ia menggeser rambut itu ke sisi kanan bahu sang wanita, memperlihatkan punggungnya yang kini terekspos sempurna. Lalu, dengan geraka

    Last Updated : 2025-02-27
  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 12: Unboxing 1

    “Sshh—ahh! U–Uncle .…”Desahan itu meluncur dari bibir Emely, menggema lembut di ruangan yang hening. Suara itu seperti melodi yang menari di telinga Blue, membuat pria berusia 38 tahun itu tersenyum tipis, penuh kemenangan. Sesaat, gerakan tangannya terhenti, seolah-olah ingin menikmati reaksi wanita di hadapannya. Namun, hanya sekejap, karena jemarinya kembali bergerak, memberikan remasan lembut tetapi penuh kontrol pada dada Emely. Membuat tubuh wanita itu bergetar halus.Bibir Blue perlahan mendekat lagi. Kali ini bukan menuju leher Emely, melainkan daun telinganya. Dengan lembut, ia mengecup bagian itu, lalu menjulurkan lidahnya, menyapu lembut daun telinga Emely dengan gerakan yang penuh sensualitas. Napas Emely tersengal, desahan kecil kembali keluar dari bibirnya. “Ahhh!”Tubuhnya tersentak, refleks menegang sejenak sebelum akhirnya kembali lemas di bawah sentuhan Blue. Matanya terpejam rapat, bibirnya terbuka, dan dadanya naik-turun, mencoba mengatur napas yang kini mulai ti

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 142: Tiba di New York 3

    Beberapa saat kemudian…Menit demi menit berlalu dengan kehangatan pagi yang mengiringi keluarga kecil itu. Saat ini, Blue, Emely, dan Amara sedang duduk di meja makan. Sarapan bersama sudah selesai, dan suasana terasa ceria di antara mereka."Mommy, jadi antar aku ke sekolah, kan?" tanya Amara tiba-tiba, menggeser gelasnya ke meja setelah meneguk jus jeruk segar. Mata gadis kecil itu berbinar penuh harap saat menatap ibunya.Emely menoleh, menyelesaikan kunyahan terakhir dari buah segar yang ada di mulutnya. Ia tersenyum lembut sambil mengangguk pelan. "Iya, sayang. Mommy jadi antar kamu ke sekolah hari ini," jawabnya. "Hari ini spesial untuk Amara. Mommy juga akan jemput Amara nanti siang."Mendengar itu, Amara bersorak kegirangan, tangannya menepuk-nepuk meja kecil sebagai ungkapan bahagia. "Yeeey! Terima kasih, Mommy!" serunya dengan penuh semangat.Emely tertawa kecil melihat antusiasme putrinya. "Sama-sama, sayang," jawabnya lembut,

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 141: Tiba di New York 2

    Kini, Amara berdiri di depan pintu kamar besar milik Emely dan Blue. Ia mengangkat tangan mungilnya dan mengetuk pintu beberapa kali. Ia menunggu sejenak, namun tidak ada jawaban. Wajah kecilnya berubah sedikit bingung. Ia mengetuk sekali lagi, kali ini lebih keras."Apakah Mommy dan Daddy masih tidur ya?" gumamnya pelan, berbicara pada dirinya sendiri. Setelah beberapa detik, ia memutuskan untuk masuk. "Aku langsung masuk saja," katanya yakin.Tangan mungilnya menggenggam gagang pintu, memutar perlahan, lalu mendorongnya hingga pintu terbuka lebar. Ia melangkah masuk dengan hati-hati, matanya langsung tertuju ke ranjang besar di tengah ruangan. Namun, pandangannya tertahan saat melihat ranjang itu berantakan, dan kedua orang tuanya tidak ada di sana.Kening Amara berkerut, tanda ia berpikir keras. "Ke mana ya Mommy dan Daddy?" tanyanya pelan, kebingungan. Ia berdiri di tengah kamar, matanya menjelajahi setiap sudut ruangan, mencoba mencari tanda-tanda keb

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 140: Tiba di New York 1

    ***Pagi itu, cahaya matahari yang lembut menyelinap melalui sela-sela tirai, menerangi kamar tidur dengan nuansa hangat keemasan. Di atas ranjang berukuran king size yang tertata rapi dengan selimut putih tebal, Blue dan Emely masih terbaring. Tubuh mereka yang polos terlindung hangat di balik selimut, menikmati kehangatan pagi yang tenang.Keduanya sudah terjaga sejak beberapa menit lalu, tetapi tidak ada keinginan untuk segera bangkit. Momen damai seperti ini terlalu berharga untuk dilewatkan. Blue, dengan suara serak khas bangun tidur, memecah keheningan. "Apakah ada kelas pagi ini?" tanyanya sambil menatap Emely yang menyandarkan kepalanya di lengannya, menjadikannya bantal.Emely menggeser tubuhnya, merapatkan diri pada Blue. Tangan lembutnya melingkari pinggang pria itu, memberikan pelukan yang erat. "Tidak ada," jawabnya dengan suara pelan dan malas, matanya masih setengah terpejam.Blue tidak berkata lagi, membiarkan keheningan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 139: Akhirnya Memaafkan (21+) 3

    Tubuh bagian atas Emely kini benar-benar polos, tanpa sehelai kain pun yang menutupi. Blue mendekat, mengalihkan perhatiannya pada celana hotpants yang masih membalut pinggul gadis itu. Dengan gerakan cekatan, ia mulai membuka kancingnya, lalu menurunkan resletingnya secara perlahan.Tangannya yang kokoh kemudian memegang kedua sisi celana tersebut. Dalam satu gerakan lembut, ia meloloskan kain itu dari tubuh Emely. Gadis itu tidak tinggal diam. Ia mengangkat sedikit bokongnya, mempermudah proses pelepasan kain tersebut. Kaki jenjangnya juga bergerak lentur, memberikan ruang agar celana itu dengan mudah meluncur turun, meninggalkan kulitnya yang kini semakin terekspos.Dalam sekejap, celana hotpants itu sudah terlepas sepenuhnya. Yang tersisa hanyalah sepotong celana dalam tipis yang tampak kontras dengan kulitnya yang halus. Emely sempat berpikir bahwa Blue tidak akan melepaskan kain tersebut. Namun, dengan cara yang tak terduga, pria itu justru melepask

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 138: Akhirnya Memaafkan (21+) 2

    “Ughh!” Emely dengan refleks menutup mulut menggunakan sebelah tangan ketika rintihan penuh kenikmatan itu lolos dari bibirnya akibat remasan lembut yang dilakukan oleh Blue di payudaranya.Matanya tertutup rapat. Napasnya mulai tersengal-sengal ketika Blue tak hanya meremas payudaranya, tetapi juga memelintir putingnya.Emely berusaha mati-matian menahan diri. Rasa panas menjalar di tubuhnya, tetapi ia tahu ia tak bisa mendesah bebas seperti biasanya. Karena bagaimanapun, Amara sedang berada di sampingnya.Tangan Emely terangkat, mencengkeram erat pergelangan tangan Blue, yang dengan santainya membiarkan jemarinya bermain di atas dadanya. Sentuhan itu mengirimkan gelombang sensasi yang membuatnya hampir kehilangan kendali.“Masih tidak mau memaafkanku?” bisik Blue pelan di telinganya. Suaranya serak dan memancing. Sesaat kemudian, ia menjulurkan lidah, menjilat lembut daun telinga Emely, sebelum akhirnya mengulum dan menghisapnya dengan penuh ken

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 137: Akhirnya Memaafkan (21+) 1

    ***Emely perlahan membaringkan tubuhnya di atas ranjang Amara. Dengan posisi miring, ia menatap wajah gadis kecil itu yang tampak damai dalam tidurnya. Emely membawa sebelah tangannya untuk memeluk tubuh mungil Amara, menciptakan kehangatan di antara mereka.‘Ketika kamu besar nanti, aku yakin kamu akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan baik hati,’ batinnya sambil menatap lembut wajah polos Amara. Emely mendekatkan wajahnya, lalu mengecup kening gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.Meskipun Emely sangat membenci Lidya, ibu kandung Amara, perasaannya terhadap gadis kecil ini sama sekali tidak terpengaruh. Tidak ada kebencian, tidak ada kekesalan. Amara adalah anak yang baik, lucu, dan menggemaskan. Terlepas dari siapapun ibunya, Emely tahu ia akan tetap menyayangi Amara tanpa syarat.Hampir lima belas menit berlalu. Emely masih berbaring memeluk hangat tubuh mungil Amara, menikmati momen penuh ketenangan itu. Namun, tiba-tiba pintu kamar

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 136: Liar dan Bar-bar 4

    Emely memejamkan mata sejenak, berusaha mengendalikan emosi yang terasa semakin membuncah. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Kamu tahu tidak, Blue, apa yang sebenarnya membuat masalah ini jadi sebesar ini? Ini bukan soal sejauh mana kamu bermain api dengan mantan istrimu. Ini soal kebohonganmu!"Ia menunjuk ke arah Blue dengan gerakan cepat, membuat pria itu terdiam kaku. "Kamu pikir semua hal bisa kamu anggap remeh begitu saja? Kebohongan yang kamu anggap kecil itu, lama-lama akan jadi masalah besar. Karena apa? Karena kamu akan terus menutupi kebohonganmu dengan kebohongan lain. Dan sementara itu, kamu akan menertawakanku yang kamu anggap bodoh karena sudah berhasil kamu tipu mentah-mentah!"Blue hanya menatap Emely dengan ekspresi penuh penyesalan, namun ia tetap bungkam. Emely, di sisi lain, terlihat terengah-engah, seperti kehabisan napas setelah melampiaskan emosinya."Dan yang paling aku benci," lanjut Emely. “Adalah ketika aku terlihat seperti orang bodoh di dep

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 135: Liar dan Bar-bar 3

    Salah satu pelayan yang kebetulan berada di dekat pintu langsung menyapanya dengan sopan. "Selamat malam, Tuan."Blue membalas singkat, "Selamat malam." Ia terus melangkah melewati pelayan tersebut menuju tangga yang menghubungkan lantai dasar dan atas, dengan ekspresi serius terpampang di wajahnya.Di tengah tangga, ia bertemu dengan Gina, yang tampaknya sedang turun. Wanita itu menghentikan langkahnya, lalu menunduk hormat. "Tuan," sapanya pelan."Amara dimana? Apakah dia bersama Emely?" tanya Blue tanpa basa-basi."Tidak, Tuan. Nona Amara sudah tidur di kamarnya. Dia sangat lelah dan mengantuk tadi. Sedangkan Nona Emely ada di kamarnya," jawab Gina.Blue mengangguk kecil, lalu melanjutkan langkahnya ke lantai atas. Beberapa saat kemudian, ia tiba di depan pintu kamar. Ia mengulurkan tangan, menggenggam tuas pintu, dan membukanya perlahan.Kamar itu sunyi. Langkah Blue terhenti di tengah ruangan, matanya langsung tertuju ke arah jendela tembus pandang yang memperlihatkan balkon. Sek

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 134: Liar dan Bar-bar 2

    Kini, Emely duduk diatas kursi rotan bergaya modern yang khas menghiasi balkon rumah mewah. Kursi itu memiliki desain melengkung ergonomis dengan bantalan empuk berwarna krem yang memberikan kenyamanan maksimal. Di sebelahnya, terdapat meja kecil dari kayu jati dengan permukaan yang dilapisi kaca, tempat cangkir tehnya terletak. Emely membuka laptopnya dan menunggu perangkat itu menyala. Sambil menunggu, ia mengambil bungkusan rokok yang tadi dibawanya, membuka segel plastik dengan sedikit perasaan ragu, dan mengeluarkan sebatang rokok. Ia menyelipkannya di antara bibirnya, lalu menyalakan ujungnya menggunakan pemantik logam berwarna perak mengkilap. Asap tipis mulai mengepul saat ia menghisap rokok itu perlahan.Dia memejamkan mata sejenak, menikmati sensasi nikmat yang terasa di rongga mulutnya sebelum akhirnya melepaskan asap tersebut ke udara. Asap itu terbang melayang-layang, bergabung dengan angin yang berhembus dingin, sementara Emely membiarkan tubuhnya bersandar santai di k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status