Share

2. Kembali

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-02-24 11:53:26

Elle duduk di tangga balkon penginapan tua itu, sambil memeluk kedua lututnya erat-erat.

Angin pagi ini berhembus sepoi-sepoi menyapa kulitnya dengan lembut, tetapi tidak cukup untuk menenangkan pikirannya yang kacau dan berkabut.

Matanya masih terpaku pada jalanan berumput yang membentang di depan properti itu, berharap keajaiban akan terjadi.

Bahwa mobilnya akan kembali, bahwa ini semua hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir.

Tapi kenyataan berkata lain. Mobilnya telah hilang.

Dicuri oleh pria asing yang baru saja menginap semalam di penginapannya.

Satu-satunya harta yang tersisa, satu-satunya cara untuk pergi dari tempat ini dan memulai kembali hidupnya, telah lenyap begitu saja.

Di usia yang masih dua puluh empat tahun, hidupnya sudah seperti puing-puing reruntuhan.

Bangkrut. Tak punya uang. Tak punya tempat tinggal.

Dan kini, bahkan tak punya kendaraan untuk sekadar mencapai halte bus yang berjarak lima kilometer dari sini.

Elle menghembuskan napas panjang yang dipenuhi kelelahan.

Jika bukan karena pihak bank akan datang hari ini untuk serah terima dokumen kepemilikan penginapan, mungkin ia sudah berjalan kaki sejak tadi pagi.

Rencananya sederhana : begitu transaksi selesai, ia akan menumpang mobil mereka hingga ke halte terdekat.

Dari sana, ia bisa naik bus ke kota untuk mencari pekerjaan... atau menjadi gembel di jalanan.

Waktu terasa berlalu dengan lambat, hingga waktu menunjukkan pukul 11 siang ketika akhirnya dua orang pria berjas hitam muncul di halaman depan.

Salah satunya tampak lebih tua dengan rambut mulai memutih di pelipisnya, sementara yang lain lebih muda mungkin adalah asistennya.

Keduanya berjalan mendekat dengan ekspresi tenang dan tampak profesional. "Nona Harper?" tanya si pria rambut putih.

Elle segera berdiri, seraya menghapus perasaan getir di hatinya, lalu memasang wajah pasrah menerima.

“Saya sudah menyiapkan semuanya,” ucapnya, berusaha terdengar tegar meski ada kepedihan yang masih terasa mengganjal. “Dokumen-dokumen yang diminta juga sudah saya kumpulkan."

Pria yang lebih tua yang tampaknya adalah perwakilan utama dari bank, tersenyum ke arahnya. “Sebenarnya kedatangan kami ini tidak untuk mengambil kepemilikan properti ini, Nona Elle Harper.”

Elle pun mengernyit bingung “Apa maksud Anda?”

“Seseorang telah melunasi seluruh hutang Anda. Properti ini kini sepenuhnya kembali menjadi milik Anda.”

Detik itu juga, Elle merasa dunia seolah berhenti berputar. Matanya melebar, dan jantungnya dengan keras berdebar.

“Tunggu... apa?” serunya.

“Ya, semua hutang telah lunas. Kami hanya butuh tanda tangan Anda untuk dokumen pengembalian kepemilikan.”

Elle menatap mereka, masih berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tapi... tetap saja ini rasanya tidak masuk akal.

Siapa yang akan melakukan hal sebesar ini untuknya?

“Saya... saya tidak mengerti. Kapan hutang saya dilunasi?”

“Pembayaran masuk tadi pagi-pagi sekali,” jawab pria itu tenang.

Elle semakin bingung. Itu artinya... pagi ini?? Di saat dia sedang shock karena mobilnya yang mendadak hilang??

“Dan siapa yang telah melunasi hutang saya?” lanjutnya, masih berharap mendapatkan jawaban.

“Maaf, Nona Harper. Kami tidak dapat memberikan informasi mengenai pihak yang membayarnya,” jawab pria itu dengan sopan.

“Hanya saja, properti ini kini sepenuhnya kembali menjadi milik Anda. Tidak ada lagi hutang yang perlu dikhawatirkan.”

Elle membuka mulutnya ingin bertanya lebih lanjut, tetapi ia tahu itu sia-sia. Bank tentu memiliki kebijakan ketat mengenai privasi kliennya.

Elle merasa masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi, namun pria dari bank itu menyodorkan dokumen-dokumen yang harus ia tanda tangani.

Meyakinkan bahwa semua hutangnya benar-benar telah lunas.

Dengan tangan sedikit gemetar, Elle mengambil pulpen yang diberikan kepadanya. Ia membaca sekilas dokumen di depannya, memastikan bahwa ini bukan jebakan atau kesalahan administratif.

Namun semuanya memang tampak sah dan legal. Maka ia pun menandatangani setiap halaman dengan hati-hati

Setelah proses itu selesai, pria tersebut kembali tersenyum kecil sebelum berbicara, "Selamat, Nona Harper. Sekarang penginapan ini sepenuhnya kembali menjadi milik Anda."

Elle hanya mengangguk kaku tanpa suara. Ia tidak tahu harus merasa lega atau semakin bingung.

Hutangnya mungkin sudah lunas, tetapi apa artinya?

Ia masih saja bangkrut, tidak punya pekerjaan, dan mobilnya... satu-satunya benda berharga yang tersisa, masih saja hilang.

Pria dari bank itu pun akhirnya berpamitan dan pergi meninggalkan halaman penginapan.

Sementara Elle hanya bisa tetap berdiri di sana, menatap kosong ke arah jalanan di depannya.

Seharusnya ia senang. Seharusnya ini adalah sebuah kemenangan. Tetapi entah kenapa, hatinya justru terasa semakin berat.

Dengan langkah pelan, ia masuk kembali ke dalam penginapan tua itu.

Aroma kayu dan debu yang familiar langsung menyambutnya, membawa ingatannya kembali ke masa lalu.

Ia menatap sekeliling ruangan yang sudah lama tidak ditempati, lalu mulai menarik kain putih yang menutupi perabotan.

Satu per satu, meja, kursi, rak buku, dan sofa tua kembali terlihat.

Setiap kali kain putih itu jatuh ke lantai, kenangan tentang ibunya semakin memenuhi pikirannya.

Ia bisa membayangkan sosok wanita itu duduk di kursi dekat jendela, membaca buku sambil menikmati secangkir teh.

Bisa mendengar suara tawa mereka berdua saat dulu membersihkan penginapan bersama, bercanda sambil bekerja. Lalu beristirahat sesudahnya.

(Duduklah di sini, Elle. Ayo temani ibu minum teh dan bersama-sama sambil membaca buku)

(Ah, hari ini cuaca sangat dingin, bukan? Jangan lupa selalu kenakan syal-mu jika keluar, Sayang. Jangan sampai kamu terkena flu)

Ibu. Betapa ia sangat merindukan sosok lembut itu. Merindukan suaranya, merindukan perhatiannya.

Ibunya, yang telah tiada karena penyakit jantung yang telah merampas seluruh kebahagiaan Elle di dunia.

Tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia terisak pelan, membiarkan emosinya tumpah setelah begitu lama menahannya.

Elle menyentuh permukaan meja kayu yang dulu selalu digunakan ibunya untuk menyiapkan sarapan bagi tamu-tamu penginapan.

Jemarinya gemetar, dan suara lirih pun keluar dari bibirnya.

"Ibu, aku berhasil mempertahankan Lakeview Inn, tempat favorit kita. Tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya."

Hening. Tidak ada jawaban. Hanya detak jam tua di sudut ruangan yang mengisi keheningan itu.

Elle menutup matanya erat-erat, mencoba mengusir rasa putus asa yang mulai merayap dalam dirinya.

Ia telah mempertahankan penginapan ini, tetapi sekarang pertanyaan yang lebih besar muncul di benaknya, yaitu... apa langkah berikutnya?

Bagaimana ia bisa bertahan tanpa uang dan tanpa rencana?

Satu hal yang pasti, ia tidak bisa terus diam di sini tanpa melakukan apa pun. Ia harus mencari cara untuk bertahan.

Tetapi... dari mana ia harus mulai?

Elle menghela napas panjang, lalu mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan menyapu halaman penginapan.

Angin musim gugur menerbangkan banyak dedaunan kering yang menimbun rerumputan.

Setidaknya, ini lebih baik daripada membiarkan pikirannya melayang ke mana-mana.

Saat ia sibuk mengumpulkan dedaunan ke dalam satu tumpukan, tiba-tiba terdengar suara menderu dari kejauhan yang membuatnya menghentikan gerakan.

Suara mesin itu terdengar begitu familier. Ia menoleh, dan matanya pun langsung membulat.

Chevrolet Malibu tua berwarna coklat itu berhenti di hadapannya. Itu... adalah mobilnya!

Elle melihat pintu bagian belakang tiba-tiba saja terbuka, dan dua bocah kecil yang ia kenal terlihat berlarian keluar dengan suara riang.

"Elle!" seru mereka bersamaan.

Mereka adalah Akio dan Ayaka yang berlari mendekat, serta langsung memeluk pinggangnya dengan erat.

Tubuh Elle pun membeku. Kejutan demi kejutan datang begitu cepat, hingga ia nyaris kehilangan keseimbangan diri.

Tangannya refleks membalas pelukan keduanya, tapi pikirannya masih berusaha mencerna apa yang terjadi.

Kenapa... mereka bisa ada di sini?

Saat ia mengangkat kepala, matanya menangkap sosok pria yang ikut turun dari mobil dengan gerakan santai namun penuh wibawa.

Sosok tinggi dengan tubuh maskulin, rahang tegas, dan mata hitam yang tajam, seolah mampu menembus pikiran.

Ryuu Takahashi.

Pria itu tersenyum tipis, tak terbaca dan penuh misteri.

"Halo lagi, Nona Elle." Ryuu berucap dengan suaranya yang dalam, sedikit serak, namun penuh ketegasan.

Elle masih tak mampu berkata-kata. Hanya mampu membalas tatapan pria itu dengan kebingungan yang jelas terbaca di wajahnya.

Mengapa Ryuu ada di sini? Dan bagaimana bisa ia membawa mobilnya kembali?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Saiful Bahri
keren ceritanya
goodnovel comment avatar
parentsmartkidshappy
bagus, bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Sexy Stranger    3. Beri Aku Alasan

    "Maaf karena membawa mobilmu," Ryuu akhirnya berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih santai. "Aku membutuhkannya untuk... mengurus sesuatu yang mendesak." Elle mengerjap pelan beberapa kali, lalu menghela napas pendek sebelum menjawab, "Tak apa... yang penting mobilnya sudah kembali." Ryuu tidak segera menjawab. Bola matanya yang gelap mengunci Elle dalam tatapan tajam yang membuat gadis itu merasa sulit untuk berpaling. Langkah Ryuu perlahan mendekat dengan gerakan yang penuh kendali, dan entah bagaimana membuat debaran di dada Elle semakin liar tak terkendali. Akio yang masih memeluknya, tiba-tiba menarik pelan kemeja oversize yang dikenakan Elle. Bocah itu mendongak seraya menatapnya dengan mata polos penuh harap. "Elle, aku sangat lapar... Apa kamu sudah masak untuk makan siang?" Elle tersentak dari pikirannya. Ia menunduk untuk mengusap lembut rambut hitam tebal Akio sebelum tersenyum kecil. "Maaf, Sayang. Hari ini aku belum memasak. Makanan di dapur suda

    Last Updated : 2025-02-25
  • The Sexy Stranger    4. Istri?

    Ryuu menatap Elle yang masih terdiam dengan ekspresi sulit ditebak, mengira bahwa keheningan gadis itu adalah sebuah tanda persetujuan. Jadi tanpa ragu, pria itu pun mengulurkan tangannya, bermaksud untuk menyentuh dagu Elle agar gadis itu bisa menatapnya langsung. Seketika Elle pun tersentak dari lamunannya. Dengan cepat dia pun segera melepaskan tangannya dari cengkeraman Ryuu, lalu bergerak mundur selangkah. Ya Tuhan. Ternyata ia tidak salah mendengar! Ryuu adalah pria yang sangat tampan, Elle harus akui hal itu. Wajahnya yang Asia dengan aura berwibawa serta tubuhnya yang tinggi penuh otot adalah perpaduan yang sempurna, dan Elle pun yakin jika tak kan ada wanita normal yang tidak akan terpikat oleh visualnya. Dan karena itulah semula ia mengira dirinya saja yang terlalu terbawa perasaan karena kedekatan tubuh mereka, dan Elle pun mengira bahwa ia mulai mengkhayal yang tidak-tidak. Dan sekarang jantungnya tak bisa berhenti berdebar, seolah ingin meloncat keluar dari

    Last Updated : 2025-03-04
  • The Sexy Stranger    5. Alasan

    Ayaka berlari masuk ke dalam penginapan dengan langkah mungilnya yang gesit. Sepatu pink ballerina kecilnya menapaki lantai kayu dengan suara berdebum pelan. Manik gelapnya langsung mencari sosok yang ingin ditemuinya. Dan di sanalah Daddy-nya, berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke danau, dengan tangan bersidekap di dada. "Daddy! Daddy!" panggil Ayaka dengan penuh semangat. Ryuu menoleh ke arah putrinya dengan sedikit mengernyit. "Ada apa, Ayaka? Kenapa kamu berlari-lari seperti itu?" Ayaka langsung berhenti di hadapan ayahnya, napasnya sedikit terengah karena terlalu bersemangat. "Daddy! Hari ini adalah hari spesial!" Ryuu menatap putrinya dengan penuh tanda tanya. "Hari spesial apa?" Ayaka mengangkat kedua tangannya ke udara dengan penuh antusias. "Hari ini Elle akan menikah dengan Daddy!" Ruangan yang semula tenang mendadak dipenuhi keheningan yang canggung, sementara Ryuu pun terpaku di tempatnya. "... Apa?" Ryuu akhirnya bersuara, suaranya dalam dan t

    Last Updated : 2025-03-06
  • The Sexy Stranger    6. Membuatnya Terikat

    Suasana ruang makan terasa hangat dan akrab. Aroma keju leleh dan saus tomat yang gurih memenuhi udara saat empat kotak pizza besar terbuka di tengah meja. Sesuai janji sebelumnya, Ryuu telah memesan makan siang kesukaan putra-putrinya, ia sengaja melakukan itu agar Elle tidak lelah memasak untuk mereka. "Ayaka, jangan ambil yang terbesar lagi," tegur Akio dengan suara datarnya, tapi matanya melirik ke arah potongan pizza yang sudah diambil oleh saudara kembarnya. "Tapi ini yang paling banyak kejunya!" protes Ayaka, pipinya sudah menggembung karena gigitan sebelumya. Elle pun tertawa pelan, diam-diam sungguh menikmati kebersamaan mereka. Ayaka yang imut dan lucu serta Akio yang cool tapi ternyata juga berisik, membuat gadis itu merasakan sesuatu yang menyenangkan di dalam hatinya. Namun tawa itu pun seketika terhenti, ketika ponselnya bergetar di atas meja. Ia mengambilnya dan melihat sebuah e-mail masuk. [Draft Kontrak Kerja Sama: Lakeview Inn Investment] Alis Ell

    Last Updated : 2025-03-07
  • The Sexy Stranger    7. Serba Salah

    Ketika Elle akhirnya melanjutkan kembali belanjaannya, ia mulai merasakan tidak nyaman. Bukan karena barang-barang di keranjang belanjanya yang jumlahnya semakin bertambah, melainkan karena tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sejak mereka masuk ke supermarket, Elle sudah merasakan bagaimana mata para wanita tertuju pada Ryuu. Pria itu memang tampak mencolok dengan tubuhnya yang maskulin, wajah tampan khas warga Jepang, serta aura percaya diri yang luar biasa. Bahkan hanya dengan berdiri santai sambil memegang troli, Ryuu terlihat seperti model di sebuah iklan eksklusif. Telinga Elle pun juga mendengar bisik-bisik di sekelilingnya. "Siapa pria tampan itu? Seperti orang Jepang ya?" "Lihat otot lengannya. Astaga, dia seksi sekali!" "Apa dua anak itu adalah anaknya? Hah? Tapi siapa wanita di sebelahnya??" Elle pun menundukkan wajahnya seraya berusaha mengabaikan bisikan-bisikan itu, sebelum seseorang menepuk pundaknya dengan lembut. "Elle, sayang… bagaimana kabarm

    Last Updated : 2025-03-07
  • The Sexy Stranger    8. Seperti Seorang Ibu

    Elle menghela napas panjang saat menutup pintu bagasi mobil, memastikan semua kantung belanjaan sudah tersusun rapi di dalamnya. Namun sebelum ia bisa melangkah ke sisi pintu penumpang, suara Ryuu yang tenang namun penuh arti tiba-tiba membuatnya berhenti. "Jadi..." Ryuu menyandarkan satu tangan di pinggiran bagasi, menatapnya dengan ekspresi penasaran. "Pria itu, si Bradley Scott, apakah dia adalah alasan kenapa kamu tidak tertarik untuk menjalin hubungan lagi?" Elle tampak menegang sejenak, lalu dengan perlahan ia pun memutar tubuhnya menghadap Ryuu. Pria ini ternyata lebih jeli dari yang ia kira. Dia pasti sudah menebak. Jadi, apa gunanya menyembunyikannya lagi? Elle mengangkat bahunya, berusaha untuk terdengar santai. "Ya, dia mantan tunanganku. Dan sekarang dia akan menikah dengan mantan sahabatku, Catherine." Sejenak, Ryuu terlihat benar-benar terkejut. Manik monolid-nya yang gelap terlihat sedikit membesar, bibirnya sedikit terbuka seolah ingin mengatakan ses

    Last Updated : 2025-03-08
  • The Sexy Stranger    9. Sedikit Hiburan

    Pagi ini, Elle bangun lebih awal dari biasanya. Ia langsung menuju dapur bermaksud untuk menyiapkan sarapan, sebelum semua tamunya bangun. Ia ingin menyibukkan diri dengan sesuatu yang konkret seperti memasak, membersihkan, melakukan pekerjaan yang memang menjadi bagian dari rutinitasnya. Namun harapannya pun pupus, ketika ia menemukan seseorang sudah berdiri di sana, mengenakan kaus putih sederhana dan celana jogger abu-abu. Ryuu. Pria itu terlihat sedang membuka lemari dapur dengan ekspresi bingung. Wajahnya masih sedikit mengantuk, rambut hitamnya agak berantakan, dan kancing atas kausnya sedikit terbuka, memperlihatkan kulitnya yang putih khas Asia. Elle membeku di ambang pintu. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Ryuu menoleh dengan santai, seolah tidak melihat sesuatu yang aneh dengan kehadirannya di dapur ini. "Mencari kopi," sahutnya dengan senyuman. Elle mengerjap. "Kamu bisa meminta padaku untuk dibuatkan kopi. Aku yang mengelola penginapan ini, dan kamu

    Last Updated : 2025-03-08
  • The Sexy Stranger    10. Badai

    Angin kencang terdengar meraung di luar jendela, membuat ranting-ranting pohon di sekitar penginapan bergoyang liar. Langit yang tadinya kelam kini sesekali diterangi kilatan petir, diiringi suara gemuruh yang mengguncang malam. Hujan deras pun turun tanpa ampun, membasahi halaman Lakeview Inn dan menyapu dedaunan yang berserakan. Elle berdiri di dekat jendela ruang tamu, menatap cuaca yang semakin memburuk dengan wajah khawatir. Ia tahu badai sedang menuju ke sini, tetapi tidak menyangka akan datang secepat dan sekuat ini. Lalu tiba-tiba... BRAAK! Elle tersentak ketika sebuah suara keras menggema dari sisi penginapan. Tak butuh waktu lama sebelum listrik yang kemudian mendadak padam, menenggelamkan seluruh bangunan dalam pekatnya kegelapan. Langkah-langkah tergesa pun terdengar dari arah koridor. Elle menoleh dan melihat Ryuu yang datang dengan membawa senter. Sementara Ayaka dan Akio mengikuti di belakangnya dengan mata membelalak karena kaget. "Apa y

    Last Updated : 2025-03-09

Latest chapter

  • The Sexy Stranger    53. Telah Kembali

    Seorang wanita datang tergopoh-gopoh, setelah mendapat laporan dari beberapa murid yang menyaksikan Akio hampir memukul Shiro. Dia adalah wali kelas yang bernama Miss Michelle "Akio! Shiro! Apa yang terjadi di sini?!" serunya keras, menoleh ke kiri dan kanan mencari sumber kekacauan. Namun saat matanya menyapu kerumunan, ia tidak menemukan adanya perkelahian. Yang ia lihat justru sebuah pemandangan tak terduga, yaitu seorang wanita dewasa, berambut hitam panjang, tengah berlutut sambil memeluk erat Ayaka yang menangis tersedu-sedu. Michelle pun mengerutkan keningnya bingung, lalu segera melangkah cepat ke arah mereka. "Maaf, siapa Anda?" tanyanya sopan namun tegas, tetap menjaga sikap sebagai guru di lingkungan sekolah. Wanita itu melepaskan pelukannya perlahan, kemudian berdiri sambil merapikan rambutnya. "Nama saya Haruka," jawabnya. "Saya adalah ibu kandung Ayaka dan Akio." Lanjut Haruka dengan senyumnya yang hangat serta suaranya yang lembut. Michelle mengerjap m

  • The Sexy Stranger    52. Luka Yang Belum Sembuh

    Cahaya mentari pagi menyusup pelan melalui tirai putih yang bergoyang tertiup angin lembut. Udara kamar itu masih penuh terisi oleh aroma semalam, yaitu aroma keintiman mendalam yang dipenuhi emosi. Di atas ranjang besar dengan seprainya yang kusut, tubuh Elle terbaring di atas tubuh Ryuu yang masih setengah tertidur. Dada bidang pria itu naik turun dengan perlahan, membuat Elle tersenyum kecil. Jemarinya yang lentik menyusuri garis tegas rahang Ryuu, lalu turun ke leher serta bahunya yang kekar. Elle mengecup kulit bahu itu dengan lembut, hingga akhirnya Ryuu membuka mata dan menatapnya dengan setengah mengantuk. "Sudah pagi?" guman Ryuu dengan suaranya yang serak dan dalam, suara maskulin penuh sensualitas yang selalu membuat Elle merinding. Elle mengangguk, lalu mengecup singkat bibir pria itu. "Ya, sudah pagi. Tapi rasanya aku malas sekali untuk beranjak." Ryuu tersenyum tipis. Lalu tangannya yang besar dan kokoh mengusap punggung Elle dengan lembut. "Hm. Kalau begit

  • The Sexy Stranger    51. Sebut Namaku

    Desahan lirih Elle pecah begitu saja, saat jemari Ryuu menyentuh kulit pahanya yang halus. Untuk beberapa saat, Ryuu hanya mengusap perlahan pahanya dengan gerakan naik-turun yang sensual... namun seolah menyimpan sejuta peringatan yang membuat Elle merinding penuh antisipasi. Dan ia pun menggigit bibirnya serta memejamkan mata, ketika Ryuu menyentuh bagian sensitifnya yang lembut. Jemari piawai pria itu bermain-main serta menggodanya di sana, hingga tanpa sadar membuat Elle melenguh lirih. Hawa di kamar pun terasa penuh dan intens karena tarikan hasrat yang tak lagi mampu lagi mereka tahan. Ryuu menatap lekat pada wajah Elle yang mulai merona dengan cantiknya. Manik gelap pria itu menyorotkan kerinduan sekaligus rasa memiliki yang menakutkan, seakan menyatakan bahwa malam ini bukan sekadar tentang sentuhan atau gairah, tapi tentang penegasan, pengakuan, serta penaklukan yang lembut. “Elle…” bisik Ryuu di antara kecupan kecil pada kelopak mata gadis itu, “Aku ingin kamu meman

  • The Sexy Stranger    50. Janji

    Suasana di kamar itu terasa sunyi. Hanya denting jam dinding dan desiran lembut angin yang menyusup dari celah jendela yang samar terdengar. Ryuu membuka pintu kamar dengan perlahan, berusaha untuk tak menimbulkan suara. Lalu ketika pintu itu terbuka, tatapannya pun langsung jatuh pada sosok Elle yang tertidur di tepi ranjang. Gadis itu tampak lelah, tubuhnya sedikit meringkuk, dan di dalam pelukannya tergenggam erat sebuah pigura kecil dari kayu. Ryuu melangkah mendekat dengan ayunan kaki tanpa suara, dan seketika hatinya pun langsung mencelos saat menyadari foto seseorang di dalam pigura itu. Foto dari mendiang ibu Elle. Senyuman wanita dalam foto itu terasa begitu nyata, seolah sedang mengawasinya… dan mungkin sedang bertanya, "apa yang kau lakukan pada putriku?" Ryuu masih berdiri mematung di sisi ranjang sambil memandangi ritme gerakan pelan napas Elle yang naik turun dengan teratur, namun wajah gadis itu tetap menampakkan kesedihan yang belum benar-benar sirna.

  • The Sexy Stranger    49. Seseorang Yang Menyimpan Luka dan Obsesi

    Elle sedang berada sendirian di dalam kamarnya. Ryuu meminta waktu beberapa menit untuk berdiskusi di ruangan lain dengan Michael, yang datang ke Lakeview Inn setelah dihubungi oleh Ryuu.Saat ini penginapannya telah dijaga ketat oleh sepuluh pengawal Ryuu yang menyebar di tiap titik, dan Ryuu juga menekankan pengawasan ketat untuk dirinya.Itu artinya, Elle tidak mungkin lagi bisa pergi kemana-mana tanpa dikawal setidaknya oleh lima orang penjaga. Terutama setelah kejadian barusan yang hampir saja merenggut nyawanya.Elle menghela napas pelan. Ia duduk di kursi depan meja rias, lalu menatap pigura foto ibunya yang berdiri anggun di sudut meja. Wajah teduh wanita itu tersenyum lembut, seolah menyapanya dalam diam. Cahaya lampu kamar yang temaram membuat bayangan di sekitar pigura menari pelan, memberi kesan hidup pada tatapan foto tersebut.“Ibu...” bisik Elle lirih. Suaranya nyaris tak terdengar, seperti angin yang tertahan di dada. “Apa aku telah salah memilih?”Ia menatap lebi

  • The Sexy Stranger    48. Haruka

    Ryuu segera menurunkan Elle dan memposisikannya di belakang tubuhnya. Gerakannya begitu cekatan dan tiba-tiba, hingga membuat Elle pun terkejut. “Ryuu?” guman Elle bingung, namun sayangnya gadis itu tak sempat bertanya lebih lanjut, karena teralihkan olen suara dentum keras dari pintu dapur yang merupakan akses ke bagian belakang. Pintu itu ditendang hingga terbuka lebar hingga menghantam dinding. Tiga orang pria bertubuh besar masuk dengan langkah cepat dan sigap. Masing-masing dari mereka mengangkat senjata dan menodongkannya langsung ke arah Ryuu. “Jauhkan dirimu dari perempuan itu,” gertak salah satu dari mereka. Ryuu pun serta-merta menyipitkan matanya. Ia tidak mengenal para penyusup ini, namun ia tahu pasti jika mereka bukanlah anak buahnya. Sayangnya, ia memang belum memberi perintah pada siapa pun untuk kembali mengawasi Lakeview Inn. Dan sekarang, para penjahat ini mengincar Elle? Tubuh Ryuu tetap berdiri tegak, melindungi Elle sepenuhnya dengan dada bidan

  • The Sexy Stranger    47. Tamu Tak Diundang

    Elle membuka matanya yang sayu dengan perlahan, ketika ia mendengar suara-suara berdenting lembut dari arah dapur. Suara itu seperti alunan irama pagi yang menenangkan, mengusik kesadarannya dari sisa-sisa mimpi yang masih melekat di pelupuk mata. Denting logam yang bersentuhan satu sama lain terdengar seperti simfoni sederhana namun hangat, yang hanya bisa berasal dari satu orang. Senyum manisnya pun seketika terurai saat menghirup aroma lezat di udara. Harumnya menyusup masuk ke dalam hidungnya, mengaduk perut kosong yang tiba-tiba menyadari bahwa ia lapar. Bukan hanya lapar akan makanan, tetapi juga akan kehadiran pria yang kini sedang berada di dapur. Sepertinya seseorang sedang memasak makanan untuk sarapan, dan itu pasti Ryuu. Tanpa sadar, Elle merasa rindu akan suasana ini. Rindu yang muncul begitu saja, mengalir dari lembut namun dalam, seperti gerimis tipis yang membasahi hati. Rasa rindu yang bukan hanya tertuju pada tempat atau rutinitas, tapi lebi

  • The Sexy Stranger    46. Sebuah Cerita Luka Di Masa Lalu

    Detak jantung Ryuu pun semakin menggila, seiring dengan celah pada pintu itu yang semakin lebar terbuka. Hingga akhirnya, seraut wajah cantik namun sendu mulai terlihat dari baliknya. Dua pasang bola mata berbeda warna itu pun saling beradu pandang untuk beberapa saat, sebelum kemudian Ryuu-lah yang bersuara lebih dulu. "Hai," ucap pria itu. Elle masih terdiam, dengan manik hazel-nya yang terpaku pada bola mata gelap Ryuu yang dalam dan selalu bisa membuatnya terhipnotis. "Terima kasih karena sudah membuka pintunya," ucap Ryuu lagi, sebelum kemudian ia mulai bergerak masuk ke dalam. Bukan dengan gerakan yang pelan, namun menerjang dengan kuat. Elle merasakan sepuluh jari kokoh dan hangat yang tiba-tiba merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang basah dan panas memagut bibirnya. Ciuman itu datang dengan mendadak, bahkan Elle belum sempat mengambil satu napas pun. Ciuman yang dipenuhi dengan kelegaan, pelepas rindu, serta rasa cinta yang mendalam. "Maaf. Aku sungguh-sungguh

  • The Sexy Stranger    45. Sebuah Kesempatan

    Elle turun dari mobil dengan langkah-langkah pelan. Lakeview Inn tampak sepi seperti biasanya, hanya suara gesekan dedaunan serta kicau burung yang terdengar samar di kejauhan. Angin musim semi menyapu rambutnya, membawa aroma danau yang tenang dan nostalgia yang samar. Ia berdiri beberapa saat di depan pintu, memandang ke properti miliknya yang dulu selalu menjadi tempat perlindungan dari dunia luar. Bangunan tua berbalut ketenangan itu kini terasa seperti satu-satunya tempat yang tidak akan mengkhianatinya. Tidak seperti semua orang yang ia kenal. Saat kakinya menyentuh lantai kayu ruang tengah yang dingin dan sunyi, Elle pun menghela satu napas panjang. Sendiri. Lagi-lagi ia sendiri. Tapi sesungguhnya untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa kesendirian ini… ternyata tidaklah menyakitkan. Justru sebaliknya. "Mungkin memang sepatutnya seperti ini," guman Elle. Mungkin tidak semua kebersamaan itu berarti. Mungkin sendiri tidak selalu sepi… tapi sebuah pilihan untuk me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status