Lada ternganga mendengar ucapan Xandrova barusan. Dirinya pun mengingat kenangan itu. "Nona, bolehkah saya duduk di dekat Anda?" Xandrova menahan tangisnya yang mungkin sebentar lagi akan pecah. "Bukan hanya duduk, Lada, tetapi kau pun boleh memeluk saya!" Lada kembali ternganga karena tidak menyangka akan kebaikan hati nona muda keluarga Konstantin. Dia pun memeluk Xandrova dengan segenap hati. "Anda tidak sendirian. Saya akan selalu menjaga dan menemani Anda semampu saya, Nona." Tangis Xandrova pecah di dekapan Lada. Dan, wanita tua itu pun ikut menangis. "Malam itu, Tuan Viktor mengetuk pintu kamar saya. Semua orang sudah terlelap. Namun, Tuan Viktor masih terjaga bersama Tuan Caleb." Xandrova melepaskan dirinya dari Lada. "Viktor mendatangi Anda?! Untuk apa?!" Lada menarik napas dalam-dalam. Dia tersenyum. "Tuan meminta saya untuk selalu menjadi teman baik Anda." Lada berbicara sambil menahan air mata yang sejak tadi sudah keluar. 'Oh, aku tidak ingin menangis lagi kar
Maksim mencari sang asisten yang tidak tampak juga batang hidungnya. "Nona, silakan pergi lebih dulu bersama Lada! Saya akan mengurus pria ini." Fang meminta Xandrova untuk segera pergi dari halaman depan mansion. "Hei, jika kau tidak tahu menahu kejadian malam itu, lebih baik diam saja!" Maksim menegur Fang dengan lantang. Dia mengepalkan kedua tangan dan siap menghajar Fang. "Ada apa, Tuan Maksim? Emosi Anda yang naik turun akan membuat Nona Zoya semakin menjauh. Dan ...." Fang berjalan beberapa langkah mendekati Maksim. Sedangkan Maksim mengamati tingkah laku Fang yang mencurigakan. "Siapa yang tahu jika ternyata Anda sedang berduaan dengan wanita lain di saat Nona Zoya mengalami kecelakaan?!" Fang menyeringai dan menatap Maksim dari ujung matanya. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya menyusul Xandrova dan Lada. Maksim menatap kepergian Fang dengan geram. Darahnya mendidih dan emosinya siap meledak kapan saja. "Kali ini, aku akan membiarkan mu menang, Fang. Namun, tidak untu
"Ah, benar, Tuan Vladimir." Viktor terpaksa membenarkan ucapan Vladimir karena dia pun memuji keindahan ukiran mangkuk tersebut. "Sup Rassolnik ini benar-benar sangat lezat." Viktor sangat antusias mencicipi sup di depannya. Namun, tidak dengan Vladimir yang sejak tadi tertarik melihat gerak-gerik cucunya. "Sejak berusia 6 tahun, kau menjadi seorang anak pemilih makanan. Koki keluarga Romanov selalu menyiapkan sup Rassolnik pada setiap menu makanan, baik saat sarapan, makan siang maupun makan malam." Vladimir tersenyum lebar ketika melihat Viktor makan dengan rakus. "Makanlah dengan perlahan, Viktor! Ha! Ha! Ha!" Usai berseru, Vladimir segera meraih sendok sup yang berada di sisi kiri mangkuk dan melahap isinya. "Benarkah itu?" Sikap acuh tak acuh Viktor mulai muncul. Dia tidak begitu memedulikan Vladimir karena terlalu asyik menikmati makanan kesukaannya. "Dan, mangkuk itu ...." Mendengar kata mangkuk, Viktor pun lantas menghentikan kegiatan makannya. "Ada apa dengan mangk
"Saya tidak tahu harus berbicara apa, Tuan Vladimir. Namun, kehebatan keluarga Anda memang patut diacungi jempol." Boris berpikir bahwa kemampuan berbisnis keluarga Romanov tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena terbukti tak ada satupun yang bisa menandinginya di Rusia. "Jadi, bagaimana keadaan Viktor?" Vladimir kembali menyinggung kondisi kesehatan sang cucu yang memprihatinkan. Dia tidak ingin mendengar berita buruk tentang Viktor. "Ya, saya terpaksa harus menyampaikan beberapa hal terkait dengan kondisi kesehatan Tuan Muda kepada Anda ...." Boris menghela napas dalam-dalam. Dia menatap kedua mata sendu Vladimir yang membuatnya tersentuh. 'Semoga saja Tuan Besar tidak tersinggung dengan apa yang akan saya sampaikan.' Boris mengucapkan harapannya di dalam hati. Dia memberanikan diri untuk berkata terus terang kepada Vladimir. "Apa yang Anda lakukan kepada Tuan Muda sebelum dia menderita sakit kepala? Apakah Anda mengungkit masa lalunya?" 'Ya, aku memang telah mengungkit ma
Vladimir ingin memastikan bahwa ingatan Viktor telah kembali. Setidaknya itulah harapannya. "Maaf, Tuan Besar ...." Vasili menyela pembicaraan sang tuan. Dia mengambil gelas kosong dari tangan Viktor, lalu membawanya ke tempat semula. "Bukankah Dokter Boris sudah memperingatkan Anda untuk tidak memaksa Tuan muda mengingat kembali masa lalunya?" Vladimir mengangguk sambil mengedipkan matanya berulang kali. "Ya, Vasili. Saya akan membantu Viktor mengingatnya secara berkala." Viktor memandangi sang kakek dalam-dalam. "Mereka adalah pria muda pada masanya yang membawa saya dari mansion dan meninggalkan saya di sebuah panti asuhan kumuh di pinggir kota St Petersburg, Rusia." Viktor berkata dengan satu embusan napas. Dia terdiam seraya merasakan detak jantung yang berdebar kencang. "Ya, saya mengingat nama kedua pria tersebut." Vladimir menjadi sangat antusias. Begitu pula dengan Vasili. "Siapa mereka, Viktor?! Katakan!" Viktor tidak mengubah arah pandangnya. Terlihat kebencian d
Lampu kristal berukuran cukup besar menggantung dengan indah tentunya menambah kesan mewah nan elegan dekorasi interior ruang tidur utama. Ya, ruang tidur Vladimir ini cukup luas bagi Viktor yang mulai terbiasa menjalani hidup mewah sejak menikahi Xandrova. Kini, Vladimir dan kedua pemuda yang bersama sedang berbincang singkat tentang masa lalu yang tak bisa dipisahkan oleh siapapun dan apapun juga. "Simpanlah foto-foto itu, Vasili!" Vladimir memberikan foto kedua orang tua Vasili yang tersisa. "Terima kasih, Tuan Besar." Vasili tidak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah membantunya. "Namun, Tuan Muda ... apakah Anda akan tetap memanggil Kakek Anda dengan Tuan Vladimir?" Vasili menoleh ke arah Viktor yang sedang asyik mengamati desain interior ruang tidur Vladimir. "Ha! Ha! Ha! Kau harus membiasakan diri mulai sekarang, Viktor!" Vladimir tertawa sehingga membuat Viktor gugup luar biasa. Bahkan dia tidak tahu, apakah lidahnya akan terbiasa memanggil
Vasili tiba-tiba saja teringat akan luka yang diperoleh sang tuan dari para penjahat yang sudah menyanderanya. "Saat ini, luka tersebut sudah jauh lebih baik." 'Namun bukan luka fisik yang aku khawatirkan, melainkan luka hati yang Maksim torehkan di hatiku.' Viktor berkata di dalam hati. Segera setelah tiba di mansion, dia akan mengutarakan keinginannya kepada Vladimir. "Kau sudah pulang, Viktor?" Vladimir rupanya tidak tenang membiarkan Viktor pergi ke mansion keluarga mertuanya. Vladimir tahu betul bagaimana keamanan keluarga Konstantin. "Kakek, mengapa Anda berada di luar? Suhu kota St Petersburg akan semakin rendah menjelang musim dingin dan Anda akan kedinginan." Viktor menegur sang kakek yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. "Kau tenang saja, Viktor! Kakek mu ini memiliki kulit setebal beruang. Maka, jangan risau!" Vladimir tertawa. "Ha! Ha! Ha!" 'Gennadius memang beruntung pernah merasakan kasih sayang dan perhatian dari pria sebaik dirimu, Viktor. Pantas saja dia se
Vasili mengingat perkataan Vladimir saat itu. Dia juga berterima kasih karena bersedia menceritakan semua tentang keluarga Rodamir kepadanya. "Ya. Mungkin saja dengan begitu, Beliau bisa menenangkan dirinya dari dosa yang telah diperbuat di masa lalu." Viktor melihat seorang wanita petugas kebersihan sedang menyapu halaman depan katedral tersebut. "Mari kita bertanya kepada wanita itu!" Viktor menunjuk wanita tua yang sedang menyeka keringat. "Baik, Tuan Muda." Vasili mengikuti langkah Viktor. "Maaf, Nyonya." Viktor menyapa wanita tua tersebut. Si wanita tua menoleh ke arah Viktor. Dia mendongakkan wajahnya guna melihat wajah pria yang menyapanya. "TuーTuan, apakah Anda ingin masuk ke katedral ini? Namun, sepertinya Anda berdua harus menunggu sekitar 60 menit lagi. Karena katedral St Shopia belum dibuka untuk umum." Dengan susah payah, si wanita menjelaskan kepada Viktor dan Vasili. "Anda datang terlalu pagi sekali, Tuan." Viktor tersenyum tipis ketika si wanita melanjutkan