Lampu kristal berukuran cukup besar menggantung dengan indah tentunya menambah kesan mewah nan elegan dekorasi interior ruang tidur utama. Ya, ruang tidur Vladimir ini cukup luas bagi Viktor yang mulai terbiasa menjalani hidup mewah sejak menikahi Xandrova. Kini, Vladimir dan kedua pemuda yang bersama sedang berbincang singkat tentang masa lalu yang tak bisa dipisahkan oleh siapapun dan apapun juga. "Simpanlah foto-foto itu, Vasili!" Vladimir memberikan foto kedua orang tua Vasili yang tersisa. "Terima kasih, Tuan Besar." Vasili tidak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah membantunya. "Namun, Tuan Muda ... apakah Anda akan tetap memanggil Kakek Anda dengan Tuan Vladimir?" Vasili menoleh ke arah Viktor yang sedang asyik mengamati desain interior ruang tidur Vladimir. "Ha! Ha! Ha! Kau harus membiasakan diri mulai sekarang, Viktor!" Vladimir tertawa sehingga membuat Viktor gugup luar biasa. Bahkan dia tidak tahu, apakah lidahnya akan terbiasa memanggil
Vasili tiba-tiba saja teringat akan luka yang diperoleh sang tuan dari para penjahat yang sudah menyanderanya. "Saat ini, luka tersebut sudah jauh lebih baik." 'Namun bukan luka fisik yang aku khawatirkan, melainkan luka hati yang Maksim torehkan di hatiku.' Viktor berkata di dalam hati. Segera setelah tiba di mansion, dia akan mengutarakan keinginannya kepada Vladimir. "Kau sudah pulang, Viktor?" Vladimir rupanya tidak tenang membiarkan Viktor pergi ke mansion keluarga mertuanya. Vladimir tahu betul bagaimana keamanan keluarga Konstantin. "Kakek, mengapa Anda berada di luar? Suhu kota St Petersburg akan semakin rendah menjelang musim dingin dan Anda akan kedinginan." Viktor menegur sang kakek yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. "Kau tenang saja, Viktor! Kakek mu ini memiliki kulit setebal beruang. Maka, jangan risau!" Vladimir tertawa. "Ha! Ha! Ha!" 'Gennadius memang beruntung pernah merasakan kasih sayang dan perhatian dari pria sebaik dirimu, Viktor. Pantas saja dia se
Vasili mengingat perkataan Vladimir saat itu. Dia juga berterima kasih karena bersedia menceritakan semua tentang keluarga Rodamir kepadanya. "Ya. Mungkin saja dengan begitu, Beliau bisa menenangkan dirinya dari dosa yang telah diperbuat di masa lalu." Viktor melihat seorang wanita petugas kebersihan sedang menyapu halaman depan katedral tersebut. "Mari kita bertanya kepada wanita itu!" Viktor menunjuk wanita tua yang sedang menyeka keringat. "Baik, Tuan Muda." Vasili mengikuti langkah Viktor. "Maaf, Nyonya." Viktor menyapa wanita tua tersebut. Si wanita tua menoleh ke arah Viktor. Dia mendongakkan wajahnya guna melihat wajah pria yang menyapanya. "TuーTuan, apakah Anda ingin masuk ke katedral ini? Namun, sepertinya Anda berdua harus menunggu sekitar 60 menit lagi. Karena katedral St Shopia belum dibuka untuk umum." Dengan susah payah, si wanita menjelaskan kepada Viktor dan Vasili. "Anda datang terlalu pagi sekali, Tuan." Viktor tersenyum tipis ketika si wanita melanjutkan
Vasili memenuhi pikirannya dengan sosok Viktor juga sosok sang ayah. Dia berpikir keras tentang jalan pikiran tuannya yang sulit ditebak. Viktor menghentikan laju mobilnya di depan sebuah kedai kopi. Dia tidak lantas keluar dari sana karena mengingat pesan Vladimir untuk selalu bersikap waspada di manapun dirinya berada. 'Aku sangat mengantuk. Itulah kenapa, aku tidak berani melajukan mobil lagi. Sebaiknya aku menunggu Vasili selesai berbicara di telepon.' Rupanya Viktor tidak berani mengambil resiko. Viktor berkata di dalam hati sambil mengedarkan pandangan ke arah luar mobil seraya menghapal jalan yang dilewatinya bersama Vasili. "Tuan Muda, apakah Anda ingin membeli kopi?" Viktor mengangguk pasti. "Astaga! Kedua mata Anda memerah. Apakah Anda mengantuk?" Viktor melihat ekspresi khawatir di wajah Vasili. "Benar. Saya tidak bisa tidur dengan nyenyak malam tadi." 'Karena sejujurnya, aku memikirkan Zoya. Ingin sekali aku datang dan memeluk Istri kecilku yang cantik!' Viktor me
Rurik ingin memastikan Viktor memilki rencana yang baik dan terarah agar berjalan dengan mulus. "Saya ingin mencari alat penyadap yang dipasang Maksim di mansion keluarga Konstantin." "Apakah Anda tahu, Tuan Maksim memasangnya di mana saja?" Rurik sendiri belum pernah melihat ataupun menemukan alat penyadap yang disebut-sebut oleh Viktor. "Menurut pengamatan saya, kemungkinan besar Maksim memasangnya di ruang keluarga dan ruang kerja Kakek Gennadius. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat di ruangan lain juga." Viktor mengingat ketika percakapannya dengan Gennadius bocor. "Karena saat itu Maksim tahu rencana saya dan Kakek. Padahal tidak ada seorang pun yang berada di sekitar kami." Viktor menarik napas. "Rurik, pertemukan saya dengan Kakek di ruang kerjanya tanpa diketahui siapapun!" "Itu hal yang sangat mudah, Tuan Muda." Viktor mengangguk. "Sebentar! Vasili menghubungi saya." Viktor menekan tombol hijau pada layar smartphone, lalu mendekatkan benda canggih tersebut di
Maksim menyentuh dagu lancip Xandrova. Melihat hal demikian, tentu saja membuat Fang geram. Dia melangkah mendekati Xandrova dan Maksim yang sedang duduk di bangku taman. "Tuan Maksim, tolong jaga sikap Anda! Jangan membuat Nona saya merasa tidak nyaman!" Maksim tidak mempedulikan peringatan dari sang bodyguard Xandrova. "Tuan Maksim, apakah Anda mendengar seruan saya? Semoga saja Anda mengerti." Darah Maksim seolah mendidih. Dia tidak bisa bersabar lagi menghadapi Fang. "Kau hanyalah seorang pegawai rendahan di mansion ini. Derajat mu tidak lebih dari seekor binatang peliharaan!" Maksim berdiri sambil menunjuk-nunjuk Fang. Kedua matanya merah bagaikan serigala yang ingin memangsa. "Tajam sekali lidah Anda!" Fang tidak tinggal diam saat mengetahui Maksim merendahkan dirinya. 'Sial! Dia telah menghinaku. Namun, aku tidak bisa membalasnya karena ada Nona Zoya di sini. Ya, aku tidak ingin menyakiti Nona.' Fang bergumam di dalam hatinya. Dia menatap Xandrova dan menemukan kejangg
Xandrova tidak menjawab pertanyaan Gennadius. Dia menenggelamkan wajahnya di pelukan Gennadius. "Tidak ada apa-apa, Kakek. Hanya kesalahpahaman kecil yang terjadi diantara kami." Maksim berjalan ke arah Gennadius yang berdiri di dekat pohon cemara bersama Xandrova dan Yuri. Maksim mencoba menjelaskan kejadian barusan sambil memasukkan kedua kedua tangan ke dalam saku celana. "Maaf, Tuan Besar. Kejadiannya tidak seperti itu." Rurik menyela pembicaraan antara Gennadius dan Maksim. Sepertinya Gennadius tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Rurik. Dia memandang sang anak buah kepercayaan Viktor sambil tersenyum tipis. 'Kurang ajar! Pria itu tidak takut sama sekali kepadaku! Siapa dia? Sepertinya dia adalah pemain baru di sini!' Maksim memaki Rurik di dalam hati. Dia senantiasa mencurigai orang asing. Anak laki-laki pasangan Lenin Vujovic Romanov dan Anne Vasilevna Romanova ini kerap menghina siapa pun yang tidak sederajat dengannya. "Kakek, apakah Anda mempercayai penjaga rendaha
Gennadius berspekulasi. Kedua anak buahnya setuju. "Benar, Tuan Besar. Rurik mengetahui keadaan Nona Zoya kemungkinan karena melihat CCTV." Yeva berkata demikian karena itulah yang ada dipikirannya. Sedangkan Gennadius terdiam. "Saya pun memiliki pemikiran yang sama, Tuan Besar." Yuri akhirnya angkat bicara. "Bagaimana pun juga, saya bersyukur karena dia telah menggagalkan niat jahat Maksim kepada Zoya." Pada akhirnya, takdir baik berpihak kepada Xandrova. "Jika Anda masih penasaran, saya akan memanggil Rurik ke sini, Tuan!" Yeva menawarkan diri untuk memanggil penjaga baru itu ke hadapan Gennadius. "Ya. Panggil dia. Saya memiliki banyak pertanyaan untuknya." Gennadius pun setuju dengan usulan Yeva. "Kalau begitu, tunggu sebentar, Tuan Besar! Saya akan segera kembali." Yeva membungkukkan badan di hadapan Gennadius. "Tuan Besar, apakah Anda ingin menambah penjaga di sekitar Nona Zoya?" Gennadius memindahkan tongkatnya. "Kita tidak tahu siapa kawan dan lawan di mansion ini