Rurik ingin memastikan Viktor memilki rencana yang baik dan terarah agar berjalan dengan mulus. "Saya ingin mencari alat penyadap yang dipasang Maksim di mansion keluarga Konstantin." "Apakah Anda tahu, Tuan Maksim memasangnya di mana saja?" Rurik sendiri belum pernah melihat ataupun menemukan alat penyadap yang disebut-sebut oleh Viktor. "Menurut pengamatan saya, kemungkinan besar Maksim memasangnya di ruang keluarga dan ruang kerja Kakek Gennadius. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat di ruangan lain juga." Viktor mengingat ketika percakapannya dengan Gennadius bocor. "Karena saat itu Maksim tahu rencana saya dan Kakek. Padahal tidak ada seorang pun yang berada di sekitar kami." Viktor menarik napas. "Rurik, pertemukan saya dengan Kakek di ruang kerjanya tanpa diketahui siapapun!" "Itu hal yang sangat mudah, Tuan Muda." Viktor mengangguk. "Sebentar! Vasili menghubungi saya." Viktor menekan tombol hijau pada layar smartphone, lalu mendekatkan benda canggih tersebut di
Maksim menyentuh dagu lancip Xandrova. Melihat hal demikian, tentu saja membuat Fang geram. Dia melangkah mendekati Xandrova dan Maksim yang sedang duduk di bangku taman. "Tuan Maksim, tolong jaga sikap Anda! Jangan membuat Nona saya merasa tidak nyaman!" Maksim tidak mempedulikan peringatan dari sang bodyguard Xandrova. "Tuan Maksim, apakah Anda mendengar seruan saya? Semoga saja Anda mengerti." Darah Maksim seolah mendidih. Dia tidak bisa bersabar lagi menghadapi Fang. "Kau hanyalah seorang pegawai rendahan di mansion ini. Derajat mu tidak lebih dari seekor binatang peliharaan!" Maksim berdiri sambil menunjuk-nunjuk Fang. Kedua matanya merah bagaikan serigala yang ingin memangsa. "Tajam sekali lidah Anda!" Fang tidak tinggal diam saat mengetahui Maksim merendahkan dirinya. 'Sial! Dia telah menghinaku. Namun, aku tidak bisa membalasnya karena ada Nona Zoya di sini. Ya, aku tidak ingin menyakiti Nona.' Fang bergumam di dalam hatinya. Dia menatap Xandrova dan menemukan kejangg
Xandrova tidak menjawab pertanyaan Gennadius. Dia menenggelamkan wajahnya di pelukan Gennadius. "Tidak ada apa-apa, Kakek. Hanya kesalahpahaman kecil yang terjadi diantara kami." Maksim berjalan ke arah Gennadius yang berdiri di dekat pohon cemara bersama Xandrova dan Yuri. Maksim mencoba menjelaskan kejadian barusan sambil memasukkan kedua kedua tangan ke dalam saku celana. "Maaf, Tuan Besar. Kejadiannya tidak seperti itu." Rurik menyela pembicaraan antara Gennadius dan Maksim. Sepertinya Gennadius tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Rurik. Dia memandang sang anak buah kepercayaan Viktor sambil tersenyum tipis. 'Kurang ajar! Pria itu tidak takut sama sekali kepadaku! Siapa dia? Sepertinya dia adalah pemain baru di sini!' Maksim memaki Rurik di dalam hati. Dia senantiasa mencurigai orang asing. Anak laki-laki pasangan Lenin Vujovic Romanov dan Anne Vasilevna Romanova ini kerap menghina siapa pun yang tidak sederajat dengannya. "Kakek, apakah Anda mempercayai penjaga rendaha
Gennadius berspekulasi. Kedua anak buahnya setuju. "Benar, Tuan Besar. Rurik mengetahui keadaan Nona Zoya kemungkinan karena melihat CCTV." Yeva berkata demikian karena itulah yang ada dipikirannya. Sedangkan Gennadius terdiam. "Saya pun memiliki pemikiran yang sama, Tuan Besar." Yuri akhirnya angkat bicara. "Bagaimana pun juga, saya bersyukur karena dia telah menggagalkan niat jahat Maksim kepada Zoya." Pada akhirnya, takdir baik berpihak kepada Xandrova. "Jika Anda masih penasaran, saya akan memanggil Rurik ke sini, Tuan!" Yeva menawarkan diri untuk memanggil penjaga baru itu ke hadapan Gennadius. "Ya. Panggil dia. Saya memiliki banyak pertanyaan untuknya." Gennadius pun setuju dengan usulan Yeva. "Kalau begitu, tunggu sebentar, Tuan Besar! Saya akan segera kembali." Yeva membungkukkan badan di hadapan Gennadius. "Tuan Besar, apakah Anda ingin menambah penjaga di sekitar Nona Zoya?" Gennadius memindahkan tongkatnya. "Kita tidak tahu siapa kawan dan lawan di mansion ini
Rurik menyela percakapan Yuri. Dia tidak bisa menerima perlakuan kasar dari Yuri. "Lanjutkan saja, Rurik!" Gennadius memerintahkan Rurik untuk melanjutkan pengakuannya. "Apakah kau memiliki bukti bahwa kau adalah anak buah dari Viktor?!" Rurik tersenyum canggung. "Bahkan saya melamar pekerjaan di mansion ini atas perintahkan dari Tuan Viktor." Rurik mengeluarkan smartphone-nya. Kemudian, menunjukkan foto Viktor kepada Gennadius. "Apakah dia adalah cucu menantu Anda, Tuan Besar?!" Gennadius pun membelalakan kedua mata tuanya. "Lalu, di mana dia sekarang?!" Gennadius mengembalikan smartphone milik Rurik. "Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Namun, Tuan Muda Viktor akan datang menemui Anda malam ini." Gennadius dan kedua pria lainnya terkejut mendengar penuturan Rurik. "Jaーjadi, Tuan Viktor masih hidup?!" "Apakah dia baik-baik saja?!" Yuri dan Yeva saling melemparkan pertanyaan kepada Rurik. "Ya. Tuan Muda Viktor masih hidup." Rurik menghela napas dalam-dalam. "Jad
Viktor dan Rurik melewati jalanan setapak yang akan membimbing mereka menuju gudang yang terletak di mansion sayap kanan. Brak! Rurik membuka pintu gudang tersebut. "Seumur-umur saya tinggal di mansion keluarga Konstantin, saya belum pernah masuk ke gudang ini sekalipun." Sepasang manik mata biru milik Viktor harus menyesuaikan cahaya yang temaram. "Apakah ini adalah gudang tua yang tak terpakai?!" Viktor dan Rurik berjalan di bawah cahaya lampu yang temaram. Debu, kotoran dan bau busuk tercium oleh indera penciumannya. "Sepertinya begitu, Tuan Muda Viktor." Rurik membuka sebuah pintu besi. Brak! "Silakan, Tuan Muda!" Viktor masuk dengan langkah pasti diiringi dengan kedua mata elang yang terbuka sempurna. Tak! Tak! Tak! Tak! Tak! Tak! Keduanya menuruni anak tangga dengan berhati-hati. "Apakah itu adalah Kakek Gennadius?" Viktor bertanya kepada Rurik ketika sepasang telinganya menangkap suara batuk seseorang. "Saya pikir demikian." 'Sungguh aneh. Mengapa Kakek memilih
Suara Rurik menyadarkan Viktor dari lamunannya. Dia dan hatinya begitu rapuh setiap kali mengingat sosok Xandrova. "Ya, Rurik. Saya tidak akan lama." Viktor membuka pintu ruang tidur utama dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Dia menatap ke segala penjuru ruangan. "Semuanya masih tetap sama!" Viktor berseru pelan agar tidak membangunkan Xandrova. Dia melangkah mendekati ranjang di mana Xandrova tertidur pulas. "Kau semakin cantik dari hari ke hari, Zoya!" Viktor memuji kecantikan sang istri yang sedang berlabuh di alam mimpi. "Aku merindukanmu, Zoya. Aku akan menjemputmu 1 bulan ke depan. Dan, jagalah cinta kita!" Viktor berbicara dengan Xandrova yang sedang menutup mata. Dia membelai lembut wajah istrinya sambil menahan air mata yang akan terjatuh sebentar lagi. "Aku memiliki sesuatu, Zoya." Viktor mengeluarkan sebuah gelang yang sudah dipersiapkan sejak siang tadi. Ya, gelang emas putih dengan hati di tengahnya. "Kau akan semakin terlihat sangat cantik menggunakan
Melihat Xandrova menangis, hati Gennadius pun teriris. "Viktor yang memasangkan gelang itu di tanganmu malam tadi. Dia datang untuk menemui Kakek dan menemui mu tanpa sepengetahuan kedua orang tua mu." Gennadius menjelaskan dengan suara bergetar. "Mengapa dia tidak membangunkan aku?" "Bukankah dia memang tidak pernah membangunkan mu?" Bukannya menjawab, Gennadius justru bertanya balik kepada cucunya. "Namun setidaknya, apakah dia tahu bahwa aku menunggunya pulang? Di mana dia sekarang?" Xandrova turun dari ranjang. Dia berjalan menuju kamar mandi yang masih terletak di dalam kamar tanpa alas kaki. "Viktor!" Xandrova berteriak memanggil nama suaminya. "Viktor! Viktor, kau di mana?!" Xandrova membuka pintu kamar mandi, tetapi tidak menemukan siapapun di dalam sana. "Lantai kamar mandi pun kering!" Kini, Xandrova berlari menuju ruang ganti yang berada tepat di sebelah kamar mandi. "Viktor, apakah kau berada di dalam ruang ganti?" Xandrova berteriak dari depan pintu ruang ga