Viktor bicara dengan ketus. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan oleh Andriy, selain mendengarkan sang tuan. Viktor pun mengakhiri teleponnya. "Oke. Aku sudah mencatat beberapa nama pemegang saham Konstantin Co yang terbaru dan mencurigakan. Aku akan meminta Caleb untuk menyelidikinya." Viktor berpikir keras untuk mengetahui nama mana yang mewakili Maksim. Viktor: Caleb, selidiki 5 nama pemegang saham yang baru saja saya kirim! Viktor mengirimkan pesan singkat kepada Caleb dengan harapan sang bodyguard membacanya. *** Hari ke-2 Davidoff pergi ke Moskow tanpa Galana, tentu saja membuat wanita itu tidak berkutik saat sedang sarapan bersama di ruang makan keluarga Konstantin. Galana berdiam diri sehingga membuat Viktor merasa simpati padanya. "Zoya, weekend seperti ini, bagaimana jika kau dan Mama menghabiskan waktu bersama?" 'Weekend? Ya. Bukankah seharusnya Papa David kembali ke mansion setiap weekend?' Viktor bertanya-tanya di dalam hati ketika menyadari bahwa hari ini adalah ha
"Tepat sekali, Tuan Viktor." Yuri membenarkan dugaan Viktor. "Kau akan tahu suatu saat nanti, Yuri." 'Karena sebenarnya, Roxana adalah pelayan yang tidak jujur dan setia,' lanjut Viktor di dalam hati dengan nada penyesalan yang mendalam. "Kakek!" Viktor memanggil nama sang tuan besar keluarga Konstantin. Dia melihat Gennadius sedang asyik duduk berbincang dengan dua orang caddy golf yang akan menemani mereka bermain golf. "Viktor, kau sudah di sini! Kalau begitu, mari kita berangkat!" Setelah beberapa saat lamanya, seorang caddy golf sedang memberikan saran kepada Viktor agar bolanya tidak meleset lagi. "Tuan, kali ini Anda harus konsentrasi!" Viktor mengangguk tanpa memandangi wajah caddy golf yang bersamanya. "Ayolah, Viktor! Saat ini adalah kesempatan terakhir mu memukul bola. Ha! Ha! Ha!" Gennadius tertawa ketika melihat Viktor sedang mencoba konsentrasi penuh pada lubang golf yang berada tidak jauh darinya. "Kakek, Anda memecahkan konsentrasi saya." Gennadius menepuk p
Viktor terkejut luar biasa saat membaca pesan singkat dari Fang yang memberitahu bahwa kini dirinya dan Xandrova berada di Istana Peterhof."Benar, Tuan." Caleb mengangguk membenarkan dugaan Viktor."Bukankah di sana sangat luas? Bagaimana kita mencari mereka, Caleb? Namun, bagaimana pun juga saya harus tetap ke sana dan menemukan Zoya sebelum terjadi hal-hal buruk padanya."Keduanya berjalan menuju lobby Grand Peterhof Hotel. Namun di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Gennadius dan Yuri yang hendak ke restoran untuk sekadar menikmati santai sore."Viktor!"Suara Gennadius yang khas terdengar akrab di telinga Viktor."Kau mau ke mana? Mengapa kau terlihat terburu-buru? Mengapa kau tidak membalas panggilan telepon saya?"Viktor mengerjap ketika Gennadius bertanya kepadanya."Maーmaafkan saya, Kek. Saya tidak tahu sama sekali jika Anda menghubungi saya."Viktor melihat panggilan telepon tak terjawab juga dua pesan singkat yang masuk dari Gennadius dan nomor tidak dikenal."Ha! Ha!
Wajah Gennadius berubah serius. Viktor melihat tangan Galana gemetar ketika meraih smartphone miliknya yang berada di atas meja. "Iーiya, Pa." Galana seperti sedang mengetik sesuatu. Viktor pun penasaran dibuatnya. "Kakek, apakah tidak sebaiknya Mama menelepon Maksim saja agar lebih cepat? Dan lagi, kita tidak tahu apa isi pesan Mama tersebut, 'kan?" Galana semakin geram mendengar Viktor berbicara seperti tadi. "Galana, kau semakin berani mempermainkan saya." Gennadius duduk berseberangan dengan Galana. Dia mengulurkan tangan kepada Galana. "Berikan smartphone-mu kepada saya sekarang!" "Pa, apa-apaan Papa ini?! Mengapa Papa mendengarkan perkataan Viktor?! Saya tidak mungkin mencelakai Zoya, Pa! Zoya adalah anak kandung saya." Galana bersikeras mengatakan kebohongan kepada Gennadius. Dia mulai memainkan drama sebagai seorang ibu kandung yang baik. Padahal di dasar hatinya, dia berniat mengulur waktu. "Berikan smartphone-mu!" Dengan suara tegasnya, Gennadius mengulangi seruan y
Presidential Suite Room yang disewa oleh keluarga Konstantin sangatlah mewah. Satu hal yang pasti adalah kamar hotel ini memiliki akses privasi, seperti pintu masuk yang tersembunyi dan akses lift khusus pribadi. "Otkroy dver!" Memiliki arti, "Buka pintunya!" Viktor memberikan perintah kepada Caleb untuk membuka pintu kamar hotelnya. "Ya, Tuan Viktor." Caleb dengan cepat berlari menempelkan cardlock di sensor yang tersedia, lalu membuka lebar pintu kamar hotel tuannya. "Silakan, Tuan Viktor!" Di belakang Viktor, Fang berjalan mengekorinya. "Fang, apa yang terjadi?! Mengapa Zoya bisa pergi berduaan dengan Tuan Maksim?" Caleb menarik tangan sang bodyguard Xandrova. "Lepaskan! Anda tidak berhak menanyakan hal itu kepada saya, Tuan Caleb!" Fang berontak. Dia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Caleb. "Bisakah kalian tidak berisik?!" Viktor menegur kedua anak buahnya. Dia berjalan masuk menggendong Xandrova yang tertidur. Dia membaringkan tubuh istrinya dengan lembut sambil
Xandrova duduk di atas ranjang sambil merapikan rambut. Dia juga meletakkan smartphone di atas nakas. "Oh, jadi dugaan ku benar bahwa kau memang berpura-pura tertidur agar tidak ketahuan olehku! Kau telah mencuri dengar percakapan antara aku dan kedua anak buah ku, 'kan? Kau sangat cerdas, Nona Zoya!" Xandrova menoleh ke sumber suara pria yang berasal dari ambang pintu kamar mandi. "Astaga!" Betapa tercengangnya Xandrova saat melihat sang suami sedang menyeringai ke arahnya. "Aーaku ... aーaku ...." Xandrova gugup. Dia menolak melakukan kontak mata dengan Viktor. "Zoya, kau benar-benar sangat nakal!" Viktor melangkah mendekati istri kecilnya. Sedangkan Xandrova kembali berbaring dan bersembunyi di balik selimut. "Xandrova Zoya Konstantin! Bukalah selimutnya! Aku ingin melihat wajah Istri kecilku yang nakal!" *** Musim panas yang indah di kota St Petersburg telah berakhir di bulan Agustus. Bahkan kini, Rusia sudah memasuki musim gugur sejak 1 bulan yang lalu. "Kek, mengapa seka
Viktor berbisik di telinga sang asisten. "Anda tenang saja, Tuan! Jangan hiraukan mereka!" Kini, Viktor dan Andriy berada di lift khusus petinggi perusahaan Konstantin Co. Keduanya saling terdiam sambil membalas tatapan mata masing-masing. Tring! Pintu lift terbuka. Sang penjaga lift pun membiarkan kedua orang tersebut ke luar. "Silakan, Tuan Viktor dan Tuan Andriy!" Si pria menahan pintu lift agar tidak tertutup sambil membungkukkan badan. "Terima kasih." Andriy menjawab sebagai perwakilan tuannya. kemudian, dia melangkah mengikuti Viktor. "Selamat pagi, Tuan Viktor!" "Selamat pagi, Tuan Viktor!" Betapa terkejutnya Viktor ketika melihat kekompakan seluruh karyawan yang berada di bawah perintahnya sedang berdiri dan memberikan salam sapa. Tidak hanya itu, seluruh karyawan pun membungkukkan badan mereka. "Wow! Good morning, Everyone. Saya sangat surprise di pagi pertama pada bulan Oktober." Viktor tersenyum lebar menatap semua karyawanViktor menatap satu persatu wajah ceria
Ada kebahagiaan tersendiri bagi Viktor melihat wajah seluruh karyawan bahagia. Dia puas membuat orang lain merasakan kebahagiaan yang sangat jarang didapatkannya selama hidup di dunia. "Karyawan beruntung tersebut adalah Grigory Kozlov yang meraih gelar karyawan terbaik dari tahun ke tahun." Suara bariton Viktor terdengar jelas di telinga semua orang. Tidak lama kemudian, suara gemuruh tepuk tangan kembali menggema di lantai 7. "Congratulations, Grigory!" "Kami bangga padamu, Grigory!" "Ya tebya lyublyu, Grigory!" Memiliki arti, "Aku cinta kamu, Grigory!" "Selamat atas keberhasilan mu, Kawan!" Viktor tidak pernah menyangka bahwa semua karyawan yang berada di bawah kendalinya sangat mendukung Grigory. Mereka berteriak mengucapkan selamat atas keberhasilan Grigory Kozlov yang culun. Dia pun melihat Grigory berjabat tangan dengan sesama karyawan. 'Saya sangat yakin bahwa di balik penampilan Grigory yang culun, terdapat bakat terpendam yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.'Vik