Setelah mendapatkan dukungan dari Agniya dan Oleg, Viktor memantapkan hatinya untuk memberikan klarifikasi di depan para klien perusahaan Konstantin Co. "Baik. Saya akan memberikan klarifikasi secara eksklusif di meeting ini." Andriy berjalan menghampiri tuannya. Dia berbisik, "Tuan, jangan lakukan hal itu! Karena itu adalah privasi Anda. Tidak mengapa jika kita kehilangan 1 klien. Kita masih bisa mencarinya, Tuan Viktor." Viktor terenyuh dengan beberapa kalimat yang dibisikan oleh Andriy barusan. Namun, dia sudah terlanjur muak dengan semua tudingan itu. Dia pun menolak dengan berkata, "Tidak, Andriy. Saya tidak akan berhenti sampai di sin. Karena saya ingin menutup mulut kedua orang itu." Andriy tidak mengerti jalan pikiran Viktor. Dia terus mencoba untuk menghentikan niat tuannya. "Tapi, Tuanー" Viktor menggeleng dan memberikan isyarat agar Andriy diam. Dia menyela ucapan asistennya sambil menganggukan kepala. "Pernahkah kau berpikir, bagaimana nasib perusahaan ini jika mereka b
Baik atau buruknya masa lalu seseorang, kau tidak berhak menghakiminya. Zoya DmitrovkaーThe Romanov Diadem. *** Caleb terpaksa membangunkan sang tuan masih terlelap. "Tuan Viktor, Anda terlihat sangat kelelahan. Bahkan sedang tertidur pun, Anda masih sempat-sempatnya berpikir. Sebenarnya apa yang Anda pikirkan? Mungkin saya dan Andriy dapat membantu Anda." Caleb sengaja berbicara dengan nada tegas. Caleb berharap Viktor akan mendengarnya, lalu meminta bantuan kepada dirinya juga Andriy. 'Jika aku memintamu untuk menyelidiki masa laluku, apakah kau sanggup, Caleb? Aku bahkan tidak ingat apapun, selain mimpi-mimpi buruk yang selalu datang setiap aku memejamkan mata.' Viktor mengutarakan apa yang selama ini dirasakannya. Dia masih saja sungkan kepada Andriy dan Caleb. "Tuan? Kita sudah sampai di kampus Nona Zoya." Caleb kembali membangunkan Viktor sebenarnya sudah sadar. Viktor membuka kedua mata perlahan dan mengamati pemandangan di sekitarnya. 'Dulu sekali, aku pernah datang ke
Viktor tersenyum lebar. Dia memegangi kedua bahu Xandrova. "Bukankah kita akan pergi berkencan ke Nevsky Prospekt malam nanti?" Wajah Xandrova merona. Dia mencoba menghindari kontak mata dengan Viktor. "Ah, kau mengingatnya, Viktor." Xandrova menunduk malu. Sesekali dia merapikan anak rambut yang menjuntai menghalangi pandangannya. "Tentu saja aku mengingatnya. Aku akan selalu mengingat semua hal yang berkaitan denganmu." "Spasibo, Viktor." Memiliki arti, Terima kasih, Viktor." Setelah memastikan Xandrova masuk ke mansion melalui pintu utama, Viktor segera kembali ke kantor bersama Caleb. "Fang, jangan lengah menjaga Zoya!" *** Viktor kembali ke perusahaan keluarga Konstantin usai mengantarkan Xandrova ke mansion. Kini, dia berada di dalam ruang kerjanya. "Tuan Viktor ada apa dengan wajah Anda?" Andriy sangat mengkhawatirkan tuannya. Dia memeriksa luka lebam pada beberapa bagian wajah Viktor. "Ketika saya menjemput Zoya tadi, Maksim menyerang membabi buta. Lalu, saya dan Fan
Viktor membuka suaranya. "Kau tahu? Beberapa data iklan bocor ke perusahaan lawan? Bukan hanya itu, beberapa klien yang biasa bekerjasama dengan perusahaan Konstantin Co pun telah diambil alih oleh perusahaan lawan. Dan, kami mencurigai Evelina adalah dalang di balik semua ini." "Saya mengerti, Tuan Viktor." "Benarkah kau sudah mengerti?" Andriy bertanya untuk memastikan kalimat pernyataan Grigory barusan. "Ya. Karena data-data final dipegang oleh Nona Evelina, maka kemungkinan besar kebocoran data bersumber darinya, bukan?" Viktor menganggukkan kepalanya. Dia lantas memuji Grigory, "Ternyata otakmu cemerlang, Grigory!" *** Setelah seharian sibuk dengan pekerjaannya, kini Viktor menyempatkan diri untuk bersama Xandrova. Sesuai dengan janjinya, saat ini keduanya sedang berada di salah satu kafe tepat di jalan Nevsky Prospekt, St Petersburg, Rusia. "Malam semakin larut, tetapi jalan-jalan besar di kota ini tidak pernah sepi, Viktor." Xandrova mengamati jalanan kota Nevsky
Viktor bicara dengan ketus. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan oleh Andriy, selain mendengarkan sang tuan. Viktor pun mengakhiri teleponnya. "Oke. Aku sudah mencatat beberapa nama pemegang saham Konstantin Co yang terbaru dan mencurigakan. Aku akan meminta Caleb untuk menyelidikinya." Viktor berpikir keras untuk mengetahui nama mana yang mewakili Maksim. Viktor: Caleb, selidiki 5 nama pemegang saham yang baru saja saya kirim! Viktor mengirimkan pesan singkat kepada Caleb dengan harapan sang bodyguard membacanya. *** Hari ke-2 Davidoff pergi ke Moskow tanpa Galana, tentu saja membuat wanita itu tidak berkutik saat sedang sarapan bersama di ruang makan keluarga Konstantin. Galana berdiam diri sehingga membuat Viktor merasa simpati padanya. "Zoya, weekend seperti ini, bagaimana jika kau dan Mama menghabiskan waktu bersama?" 'Weekend? Ya. Bukankah seharusnya Papa David kembali ke mansion setiap weekend?' Viktor bertanya-tanya di dalam hati ketika menyadari bahwa hari ini adalah ha
"Tepat sekali, Tuan Viktor." Yuri membenarkan dugaan Viktor. "Kau akan tahu suatu saat nanti, Yuri." 'Karena sebenarnya, Roxana adalah pelayan yang tidak jujur dan setia,' lanjut Viktor di dalam hati dengan nada penyesalan yang mendalam. "Kakek!" Viktor memanggil nama sang tuan besar keluarga Konstantin. Dia melihat Gennadius sedang asyik duduk berbincang dengan dua orang caddy golf yang akan menemani mereka bermain golf. "Viktor, kau sudah di sini! Kalau begitu, mari kita berangkat!" Setelah beberapa saat lamanya, seorang caddy golf sedang memberikan saran kepada Viktor agar bolanya tidak meleset lagi. "Tuan, kali ini Anda harus konsentrasi!" Viktor mengangguk tanpa memandangi wajah caddy golf yang bersamanya. "Ayolah, Viktor! Saat ini adalah kesempatan terakhir mu memukul bola. Ha! Ha! Ha!" Gennadius tertawa ketika melihat Viktor sedang mencoba konsentrasi penuh pada lubang golf yang berada tidak jauh darinya. "Kakek, Anda memecahkan konsentrasi saya." Gennadius menepuk p
Viktor terkejut luar biasa saat membaca pesan singkat dari Fang yang memberitahu bahwa kini dirinya dan Xandrova berada di Istana Peterhof."Benar, Tuan." Caleb mengangguk membenarkan dugaan Viktor."Bukankah di sana sangat luas? Bagaimana kita mencari mereka, Caleb? Namun, bagaimana pun juga saya harus tetap ke sana dan menemukan Zoya sebelum terjadi hal-hal buruk padanya."Keduanya berjalan menuju lobby Grand Peterhof Hotel. Namun di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Gennadius dan Yuri yang hendak ke restoran untuk sekadar menikmati santai sore."Viktor!"Suara Gennadius yang khas terdengar akrab di telinga Viktor."Kau mau ke mana? Mengapa kau terlihat terburu-buru? Mengapa kau tidak membalas panggilan telepon saya?"Viktor mengerjap ketika Gennadius bertanya kepadanya."Maーmaafkan saya, Kek. Saya tidak tahu sama sekali jika Anda menghubungi saya."Viktor melihat panggilan telepon tak terjawab juga dua pesan singkat yang masuk dari Gennadius dan nomor tidak dikenal."Ha! Ha!
Wajah Gennadius berubah serius. Viktor melihat tangan Galana gemetar ketika meraih smartphone miliknya yang berada di atas meja. "Iーiya, Pa." Galana seperti sedang mengetik sesuatu. Viktor pun penasaran dibuatnya. "Kakek, apakah tidak sebaiknya Mama menelepon Maksim saja agar lebih cepat? Dan lagi, kita tidak tahu apa isi pesan Mama tersebut, 'kan?" Galana semakin geram mendengar Viktor berbicara seperti tadi. "Galana, kau semakin berani mempermainkan saya." Gennadius duduk berseberangan dengan Galana. Dia mengulurkan tangan kepada Galana. "Berikan smartphone-mu kepada saya sekarang!" "Pa, apa-apaan Papa ini?! Mengapa Papa mendengarkan perkataan Viktor?! Saya tidak mungkin mencelakai Zoya, Pa! Zoya adalah anak kandung saya." Galana bersikeras mengatakan kebohongan kepada Gennadius. Dia mulai memainkan drama sebagai seorang ibu kandung yang baik. Padahal di dasar hatinya, dia berniat mengulur waktu. "Berikan smartphone-mu!" Dengan suara tegasnya, Gennadius mengulangi seruan y