Caleb terkejut hingga tidak bisa menjaga ucapannya. "Tidak hanya itu, Tuan Caleb. Namun, Tuan David juga memaksa Tuan Besar untuk menandatangani surat pengalihan harta keluarga Konstantin." Yeva membeberkan kejahatan Davidoff kepada Caleb. Dia berharap agar Caleb memberitahukan kejadian hari ini kepada Viktor. "Kejam sekali Tuan Davidoff. Saya harus segera melaporkan kejadian ini kepada Tuan Muda Viktor." Caleb akhirnya berhasil menghubungi Viktor melalui panggilan telepon. "Halo, Tuan Viktor." Caleb beranjak menjauh dari ranjang sambil menyapa Viktor di saluran telepon. "Ya, Caleb? Ada kabar apa hari ini? Apakah Zoya sudah diperbolehkan pulang?" "Ada hal mencengangkan yang telah terjadi di ruang tidur Tuan Besar Gennadius." Caleb memelankan suaranya. Dia tidak ingin Gennadius mendengarkan percakapannya dengan Viktor agar tidak menambah beban pikiran pria tua tersebut. "Katakan!" "Tuan Davidoff mulai melancarkan aksinya dengan mengobrak-abrik ruang tidur utama." "Bisakah ka
"Benar, Nona Zoya. Saya bekerja di bawah perintah Suami Anda. Ya, Tuan Muda Viktor." Thalisa tidak segan memberitahu Xandrova siapa tuannya. Xandrova pun mengerti siapa yang dimaksudkan oleh Thalisa. "Apa kau bilang, Thalisa?" Oh, betapa terkejutnya Xandrova saat Thalisa menyebutkan nama sang tuan yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Hatinya bergetar dan air matanya hampir terjatuh. "Thalisa, jaga ucapanmu!" Fang menegur anak buah Viktor yang menyamar sebagai perawat. "Oh? Apakah saya tidak boleh menyebutkan nama Tuan Muda?" Thalisa memelankan suaranya. Dia merasa bersalah kepada Xandrova. "Tidak masalah, Fang. Hanya saja, saya terlalu merindukannya." Xandrova menundukkan kepala menatap sprei ranjang rumah sakit berwarna pine. Kedua tangan menggenggam erat sprei tersebut sambil menggigit bibir bawahnya. "Nona, tenanglah! Jangan sampai kesehatan memburuk dan tidak jadi pulang hari ini! Bukankah Anda merindukan Tuan Besar?" 'Benar. Aku sangat merindukan Kakek. Aku tidak ak
Suasana haru begitu terasa di ruang tidur utama. Xandrova duduk di atas ranjang Gennadius memeluk pria tua itu. Keduanya tampak bahagia. "Tuan Besar, sekarang Nona Zoya telah kembali dalam keadaan utuh. Anda bisa tenang dan fokus dengan kesehatan." Yeva berkata dengan sangat hati-hati. Di berada di dekat Gennadius dan Xandrova. "Bagaimana saya bisa tenang jika Zoya masih di sini?! Oh, Zoya! Kau sungguh malang memiliki kedua orang tua yang tidak menyayangimu sepenuh hati seperti David dan Istrinya." Caleb mendengar suara langkah kaki kian mendekat. Dia memberikan aba-aba kepada semua orang. "Tuan Besar, ada yang datang!" Caleb pergi dari ruang tidur utama secepat kilat tanpa meninggalkan jejak. Sedangkan Yeva, Fang dan Thalisa berdiri di dekat ranjang. "Zoya, apakah benar bahwa kau telah kembali?" Maksim membuka pintu ruang tidur utama lebar-lebar. Dia tidak sendirian, melainkan bersama Davidoff di belakangnya. "Ternyata memang kau, Zoya." Maksim berjalan ke arah ranjang sambi
Maksim berbisik di telinga Yeva ketika baru saja melewatinya. Rupanya dia tidak tahan untuk tidak mengatakan apapun kepada sang kepala pelayan. 'Sejak kapan Tuan Maksim memanggilku hanya dengan sebutan nama saja? Sungguh berbeda dari biasanya dan saya harus ekstra hati-hati berhadapan dengannya.' Setiap orang akan berubah, bukan? Tidak peduli sedekat apapun di masa lalu. Setidaknya itulah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Yeva. "Pastikan doa Anda dikabulkan oleh Tuhan yang kuasa, Tuan Maksim." Yeva membalas perkataan Maksim tanpa ragu. Dia tidak berharap banyak dari Maksim. Namun, dia juga tidak takut akan kemarahan Maksim yang bisa meledak kapanpun. Maksim mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dia tidak akan membiarkan harga dirinya terjatuh hanya karena ucapan seorang kepala pelayan. Maksim kembali melangkah meninggalkan ruang tidur utama mengekori Davidoff. Usai memastikan pintu kamar majikannya tertutup, Yeva kembali berjalan ke arah Gennadius dan Xandrova. "Lancang sekali di
Maksim pun keluar dari sana dengan tenang. Dia menutup pintu kembali dengan perlahan. Davidoff geram. Dia tidak tinggal diam. Dia mengejar Maksim. "Maksim, tunggu!" Davidoff meraih lengan Maksim, lalu membalikkan badan pria tegap itu. "Jangan coba-coba menyentuh Galana dan Zoya! Atau sayaー" "Atau apa, Pa?! Hah?! Apakah Anda tidak ingat apa yang saya miliki untuk menghancurkan Anda?!" Maksim menyela ucapan Davidoff. Dia melepaskan lengannya dari cengkeraman Davidoff. Seketika itu juga, wajah Davidoff memucat. Dia tidak yakin apa yang didengarnya barusan. "Maksim, kau?! Apa yang ketahui tentang Papa?!" Davidoff tercengang hingga tidak bisa berkata apa-apa. "Mengapa Anda diam, Pa? Teruskan saja menyerang saya! Namun, jangan salahkan saya jika membalasnya lebih kejam!" "Tunggu!" Maksim kehilangan minat untuk berbicara dengan Davidoff. Dia menoleh dengan malas. "Kau pikir, saya akan mudah luluh dengan tipuan mu? Oh, Yang benar saja?" Davidoff tidak takut lagi dengan semua ancam
'Apakah aku harus jujur dengan Zoya perihal kelakuan buruk Papanya? Bagaimana jika dia lepas kontrol dan memperburuk keadaan? Ah, tidak! Saya tidak ingin dia terlibat masalah ini. Saya akan meminta bantuan Caleb untuk menghubungi Viktor.' Gennadius mengurungkan niatnya untuk memberitahu Xandrova tentang hubungannya yang buruk diantara dirinya sendiri dan Davidoff. Dia tidak sampai hati mengatakannya langsung kepada Xandrova dan memiliki untuk menyimpannya erat-erat. "Ada apa, Kakek? Sepertinya Anda sedang memikirkan sesuatu?" 'Malaikat kecilku tidak boleh tahu bagaimana perangai Davidoff atau Zoya akan semakin membenci Papanya. Namun, bagaimana mengatakannya bahwa aku sudah miskin dan tidak memiliki apapun lagi untuknya?' Gennadius membatin sambil menatap Xandrova yang cantik mengenakan mantel baru pemberian Viktor. Xandrova tersenyum ketika Gennadius menatapnya, begitu juga sebaliknya. "Tidak ada. Kakek tidak memikirkan apapun, selain hubunganmu dengan Viktor." 'Sepertinya Kakek
Viktor segera memasukkan kembali ponsel ke saku mantel ketika mendengar suara Leonid memanggil namanya. "Viktor, caleb menunggumu di saluran telepon." Viktor berbalik menatap Leonid. "Berikan ponselmu!" Leonid menyerahkan ponselnya kepada Viktor. Dia kembali menuju meja oval di mana minuman kalengnya berada. "Selamat malam, Tuan Muda." Caleb menyapa tuannya dan ya, Viktor tidak membalas. "Caleb, jelaskan kepada saya, mengapa Zoya bisa pulang ke mansion keluarga Konstantin tanpa persetujuan saya?! Apakah diantara banyaknya penjaga tidak ada satupun di antara kalian yang tahu?!" "TuーTuan Muda, maafkan saya. Saya benar-benar tidak mendengar kabar kepulangan Nona Zoya." "Lalu, bagaimana kondisinya?! Jauhkan dia dari Maksim! Seharusnya dengan 2 penjaga, Zoya akan menjauh dari bajingan itu!" Terdengar deru napas Viktor tidak beraturan. Pria itu lantas menghela napas panjang sambil mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya. "Caleb, saya tidak ingin ada kata gagal. Apa ka
Maksim berpakaian dengan cepat. Dia tidak lupa memakai mantel, lalu berjalan menuju pintu."Tuan Muda!"Feliks ternyata sudah berada di depan ruang tidur sang tuan. Kehadiran Feliks sempat membuat Maksim terkejut."Rupanya kau, Feliks!""Ya, saya, Tuan Muda."Feliks mengikuti Maksim melangkah menuju mansion utama keluarga Konstantin di mana ia dan kedua orang tuanya menumpang hidup. Maksim terlihat begitu antusias. Dia berjalan cepat menuju pintu samping di mana dirinya dan Xandrova sering berjumpa."Silakan, Tuan Muda!"Feliks membukakan pintu untuk tuannya. Kemudian, keduanya melangkah memasuki mansion utama yang megah nan cantik.'Sial! Jika aku mengingat keluh kesah Mama, hatiku teriris. Aku tidak akan membiarkan Mama dan Papa hidup sengsara.'Maksim menghentikan lamunannya ketika seorang penjaga memanggil namanya. Penjaga tersebut tidak datang seorang diri, melainkan bersama ketiga penjaga lainnya yang berpakaian sama juga memiliki ciri-ciri fisik sama lainnya."Selamat pagi, Tua