Fang membatin. Wanita itu pintar sekali membaca situasi. "Oh, Tuan Muda, jika Anda mengantuk dan lelah, silakan beristirahat! Saya akan menjaga Nona Zoya sebaik-baiknya." Maksim akhirnya menoleh ke arah Fang. 'Dia pikir, siapa dirinya? Berani sekali memerintahku! Seharusnya dia yang pergi dan bukan aku!' Maksim berseru kesal di dalam hati. Namun, bukan Maksim namanya jika tidak bisa mengendalikan diri dan mempertahankan citranya di depan orang lain. "Saya tidak mengantuk." 'Andaikan Anda tahu, Tuan Muda Maksim. Saya tidak bersungguh-sungguh meminta Anda untuk beristirahat. Semua itu terpaksa saya lakukan karena tidak rela Anda berdekatan dengan Nona Zoya. Dan bisa dipastikan bahwa Nona pun tidak menyukai kehadiran Anda di dekatnya.' Fang kembali membatin. Dia geram bukan main dengan jawaban yang diberikan oleh Maksim barusan. "Maksim, kemari dan istirahatlah!" Akhirnya Davidoff berseru dari kursinya. Pria itu pun menoleh ke arah Maksim. Mau tidak mau, Maksim pun hanya bisa men
Suara pintu terbuka dengan kasar. Seorang dokter dan satu perawat wanita masuk ke ruang rawat Xandrova. "Nona Zoya baru saja bergumam disertai dengan menggerakkan jari-jemarinya." Fang menjelaskan kepada sang dokter sambil menjauh dari ranjang guna memberikan sedikit jarak agar Katina leluasa memeriksa Xandrova. "Tolong tunggu di luar!" Perawat yang datang bersama Katina berseru meminta semua orang keluar dari ruang rawat inap Xanadrova. Mau tidak mau, Fang dan 2 orang lainnya hanya bisa mengikuti aturan yang diterapkan di rumah sakit. Usai pintu tertutup, Katina memeriksa Xandrova dengan teliti dibantu dengan perawat tadi. "Hmm?" Sesuai dengan harapan semua orang, Xandrova akhirnya membuka mata. Dia menatap langit-langit ruangan di mana dirinya berada sekarang. "Rumah sakit?" Suara Xandrova terdengar lemah. Namun, Katina masih dapar mendengarkannya. "Benar, Anda kini berada di rumah sakit. Bagaimana perasaan Anda, Nona Zoya?" Xandrova menoleh ke sisi kiri dan melihat seoran
Baru saja Katina menutup mulutnya, tiba-tiba saja pintu ruang perawatan terbuka. Muncul kedua orang tua beserta sang mantan tunangan Xandrova yang tidak lain adalah Maksim Smirnov Romanov. "Zoya!" Galana histeris saat melihat Xandrova terduduk bersandarkan tumpukan bantal. Semua orang melihat ke arah Galana yang berjalan lebih cepat. "Oh, Zoyaku yang malang! Kau celaka 2 kali di dalam hidupmu dan aku telah lalai menjagamu." Galana tiba di dekat Xandrova. Dia meletakkan tas tangan yang dibawanya di atas nakas dan memeluk Xandrova tanpa tahu malu. Namun, Xandrova tidak membalasnya. "Nyonya Galana, mohon untuk tidak memeluk Nona Zoya dengan erat! Karena Nona baru saja bangun dan otot-ototnya belum terbiasa." Sebelum melepas pelukannya, Galana mengecup pucuk kepala Xandrova sebentar. "Mama sungguh bahagia kau bangun dan baik-baik saja. Oh, thank god." Galan meraih wajah Xandrova dan menatapnya dengan lembut. Terpancar aura keibuan dari sosok Galana. 'Oh?! Perasaan apa ini?! Mengap
Maksim menggerutu di dalam hatinya tanpa bisa berhenti untuk memandangi Viona. "Baiklah. Saya tidak memiliki banyak waktu. Jadi, jangan sia-siakan waktu yang saya miliki, Viona!" Viona tersenyum ketika mendengar Galana berseru kepadanya. "Mari ikuti sayaa!" Viona membuka pintu ruang rawat inap Xandrova. Sepasang suami istri keluarga Konstantin tersebut pun bergegas mengikuti Viona ke luar. Sedangkan Maksim hanya terdiam di kursinya. 'Benar-benar hari yang sial! Aku tidak mungkin mencuri dengar percakapan mereka karena Fang selalu memperhatikan aku.' Lagi, Maksim hanya bisa mengeluh di dalam hati. Anak dari pasangan Lenin dan Anne Romanova itu selalu terlambat bertindak. *** "Tuan David dan Nyonya Galana, perkenalkan! Wanita ini adalah Thalisa Kozlova. Dia akan menjadi perawat Nona Zoya dan menemani Nona menggantikan posisi Lada yang masih sakit." Galana menatap Thalisa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia tidak mengerti tujuan Viona melakukan hal ini tanpa persetujuannya t
Maksim berbicara dengan dirinya sendiri. Dia bahkan tidak segan-segan untuk membalaskan perlakuan Xandrova terhadapnya hari ini. Apakah niat buruk Maksim akan terealisasi? "Zoya, bagaimana perasaanmu?" Davidoff mendekati Xandrova sambil membelai rambut kecoklatan yang indah milik sang anak. "Mengapa kau memberikan kabar kepada Papa jika kau akan pulang hari ini? Namun, apakah kau memberitahu Mama tentang hal ini? Oh, Papa akan sangat tersinggung jika kau memberitahu Mama, tetapi tidak dengan Papa!" 'Apakah penting memberitahu Papa tentang kepulangan ku? Bukankah Papa dan Mama tidak memiliki banyak waktu untukku? Ya, itu benar. Karena sejak kecil, aku selalu sendiri.' Xandrova mulai bermain dengan pikirannya. Dia tidak ingin kalah dengan perasaannya yang lembut. "Apa yang ingin kau makan, Zoya? Katakan saja! Papa akan meminta Koki keluarga Konstantin untuk menyiapkannya." Xandrova terheran-heran dengan tingkah aneh sang papa. Dia bahkan belum tahu apa yang telah terjadi dengan ke
Fang menegur Thalisa. Tanpa mengulur waktu, wanita itu pun membungkukkan badannya di hadapan semua orang. "Halo, Tuan Besar. Perkenalkan, nama saya Thalisa Kozlova. Saya dikirim oleh Tuan Vasili atas perintah Tuan Muda Viktor melalui Nona Viona." Meskipun Viona sudah memberitahuku perihal perawat untuk Zoya, tetapi aku tidak menyangka bahwa perawat yang dimaksudkan adalah Thalisa. Dia terlihat masih muda. Gennadius memperhatikan sosok Thalisa. Ia baru berjumpa dengan Thalisa untuk kali pertama. Bukan ragu, tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa pendapatnya tentang Thalisa tidak salah. "Berapa usiamu?" Benar saja. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Gennadius adalah usia. "30 tahun, Tuan Besar." Thalisa menjawab tanpa ragu. Ia menatap Gennadius yang sedang menatapnya. "Saya percaya kemampuanmu. Bukan karena usiamu, melainkan karena saya tahu bahwa pilihan Viktor tidak akan pernah salah. Thalisa mengangguk. Semua orang terdiam mendengarkan perkataan Gennadius. "Saya mengerti.
"Ha! Ha! Ha! Dan seperti biasa, kau selalu memuji saya berlebihan, Yeva. Padahal kau tahu bahwa saya melakukannya tulus." Tawa Gennadius segera terhenti saat itu juga ketika mendengar suara ketukan pintu yang keras. "Siapa yang mengetuk pintu dengan kasar seperti itu?" Gennadius memegangi jantungnya yang berdetak lebih cepat daripada sebelumnya. "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan? Astaga!" Yeva panik. Dia melihat pintu terbuka dengan kasar setelah seseorang mengetuknya dengan kasar pula. "Tuan David!" Davidoff datang bersama seorang pengacara keluarga Konstantin. Namun bukan hanya seorang pengacara, setidaknya ada 4 orang lainnya dengan mengenakan jas hitam yang sama berdiri di belakang Davidoff. "Mengapa kau meninggikan nada bicaramu, Yeva?! Apakah kau sudah bosan hidup?!" Kali ini, Davidoff bersikap lebih berani daripada biasanya. Dengan kedua mata birunya yang memerah, Davidoff melangkah mendekati Gennadius. "Tuan David, Anda mau apa? Tidak cukupkah bagi Anda telah membuat
Ada guncangan hebat di dalam diri Davidoff ketika mendengar teriakan Gennadius. Dengan mata biru menyala-nyala, Davidoff ingin mencari tahu tentang apa yang barusan dikatakan oleh papanya. "Jangan membuat lelucon, Papa! Ini sama sekali tidak lucu. Lebih baik, Anda segera menorehkan tanda tangan seperti yang saya katakan tadi!" Davidoff tetaplah seorang pria yang keras kepala. Dia tidak akan menyerah begitu saja, terlebih lagi Maksim sudah mengancamnya untuk tidak menikahi Xandrova sebelum Davidoff memberikan sebagian harta keluarga Konstantin kepada pria itu. "Singkirkan tangan kotor mu dari lengan saya, David!" Sang pengacara keluarga Konstantin tidak dapat berbuat apa-apa. Pria itu hanya bisa menundukkan kepala saja. 'Ya, Tuhan! Apa yang harus saya lakukan untuk membantu Tuan Besar Gennadius? Saya benar-benar tidak tega melihat perilaku kasar Tuan David kepada Tuan Besar. Dia berdosa besar dan saya tidak akan melupakan kejadian hari ini.' Sebagai seorang pengacara keluarga Kons