Maksim berbicara dengan dirinya sendiri. Dia bahkan tidak segan-segan untuk membalaskan perlakuan Xandrova terhadapnya hari ini. Apakah niat buruk Maksim akan terealisasi? "Zoya, bagaimana perasaanmu?" Davidoff mendekati Xandrova sambil membelai rambut kecoklatan yang indah milik sang anak. "Mengapa kau memberikan kabar kepada Papa jika kau akan pulang hari ini? Namun, apakah kau memberitahu Mama tentang hal ini? Oh, Papa akan sangat tersinggung jika kau memberitahu Mama, tetapi tidak dengan Papa!" 'Apakah penting memberitahu Papa tentang kepulangan ku? Bukankah Papa dan Mama tidak memiliki banyak waktu untukku? Ya, itu benar. Karena sejak kecil, aku selalu sendiri.' Xandrova mulai bermain dengan pikirannya. Dia tidak ingin kalah dengan perasaannya yang lembut. "Apa yang ingin kau makan, Zoya? Katakan saja! Papa akan meminta Koki keluarga Konstantin untuk menyiapkannya." Xandrova terheran-heran dengan tingkah aneh sang papa. Dia bahkan belum tahu apa yang telah terjadi dengan ke
Fang menegur Thalisa. Tanpa mengulur waktu, wanita itu pun membungkukkan badannya di hadapan semua orang. "Halo, Tuan Besar. Perkenalkan, nama saya Thalisa Kozlova. Saya dikirim oleh Tuan Vasili atas perintah Tuan Muda Viktor melalui Nona Viona." Meskipun Viona sudah memberitahuku perihal perawat untuk Zoya, tetapi aku tidak menyangka bahwa perawat yang dimaksudkan adalah Thalisa. Dia terlihat masih muda. Gennadius memperhatikan sosok Thalisa. Ia baru berjumpa dengan Thalisa untuk kali pertama. Bukan ragu, tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa pendapatnya tentang Thalisa tidak salah. "Berapa usiamu?" Benar saja. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Gennadius adalah usia. "30 tahun, Tuan Besar." Thalisa menjawab tanpa ragu. Ia menatap Gennadius yang sedang menatapnya. "Saya percaya kemampuanmu. Bukan karena usiamu, melainkan karena saya tahu bahwa pilihan Viktor tidak akan pernah salah. Thalisa mengangguk. Semua orang terdiam mendengarkan perkataan Gennadius. "Saya mengerti.
"Ha! Ha! Ha! Dan seperti biasa, kau selalu memuji saya berlebihan, Yeva. Padahal kau tahu bahwa saya melakukannya tulus." Tawa Gennadius segera terhenti saat itu juga ketika mendengar suara ketukan pintu yang keras. "Siapa yang mengetuk pintu dengan kasar seperti itu?" Gennadius memegangi jantungnya yang berdetak lebih cepat daripada sebelumnya. "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan? Astaga!" Yeva panik. Dia melihat pintu terbuka dengan kasar setelah seseorang mengetuknya dengan kasar pula. "Tuan David!" Davidoff datang bersama seorang pengacara keluarga Konstantin. Namun bukan hanya seorang pengacara, setidaknya ada 4 orang lainnya dengan mengenakan jas hitam yang sama berdiri di belakang Davidoff. "Mengapa kau meninggikan nada bicaramu, Yeva?! Apakah kau sudah bosan hidup?!" Kali ini, Davidoff bersikap lebih berani daripada biasanya. Dengan kedua mata birunya yang memerah, Davidoff melangkah mendekati Gennadius. "Tuan David, Anda mau apa? Tidak cukupkah bagi Anda telah membuat
Ada guncangan hebat di dalam diri Davidoff ketika mendengar teriakan Gennadius. Dengan mata biru menyala-nyala, Davidoff ingin mencari tahu tentang apa yang barusan dikatakan oleh papanya. "Jangan membuat lelucon, Papa! Ini sama sekali tidak lucu. Lebih baik, Anda segera menorehkan tanda tangan seperti yang saya katakan tadi!" Davidoff tetaplah seorang pria yang keras kepala. Dia tidak akan menyerah begitu saja, terlebih lagi Maksim sudah mengancamnya untuk tidak menikahi Xandrova sebelum Davidoff memberikan sebagian harta keluarga Konstantin kepada pria itu. "Singkirkan tangan kotor mu dari lengan saya, David!" Sang pengacara keluarga Konstantin tidak dapat berbuat apa-apa. Pria itu hanya bisa menundukkan kepala saja. 'Ya, Tuhan! Apa yang harus saya lakukan untuk membantu Tuan Besar Gennadius? Saya benar-benar tidak tega melihat perilaku kasar Tuan David kepada Tuan Besar. Dia berdosa besar dan saya tidak akan melupakan kejadian hari ini.' Sebagai seorang pengacara keluarga Kons
Caleb terkejut hingga tidak bisa menjaga ucapannya. "Tidak hanya itu, Tuan Caleb. Namun, Tuan David juga memaksa Tuan Besar untuk menandatangani surat pengalihan harta keluarga Konstantin." Yeva membeberkan kejahatan Davidoff kepada Caleb. Dia berharap agar Caleb memberitahukan kejadian hari ini kepada Viktor. "Kejam sekali Tuan Davidoff. Saya harus segera melaporkan kejadian ini kepada Tuan Muda Viktor." Caleb akhirnya berhasil menghubungi Viktor melalui panggilan telepon. "Halo, Tuan Viktor." Caleb beranjak menjauh dari ranjang sambil menyapa Viktor di saluran telepon. "Ya, Caleb? Ada kabar apa hari ini? Apakah Zoya sudah diperbolehkan pulang?" "Ada hal mencengangkan yang telah terjadi di ruang tidur Tuan Besar Gennadius." Caleb memelankan suaranya. Dia tidak ingin Gennadius mendengarkan percakapannya dengan Viktor agar tidak menambah beban pikiran pria tua tersebut. "Katakan!" "Tuan Davidoff mulai melancarkan aksinya dengan mengobrak-abrik ruang tidur utama." "Bisakah ka
"Benar, Nona Zoya. Saya bekerja di bawah perintah Suami Anda. Ya, Tuan Muda Viktor." Thalisa tidak segan memberitahu Xandrova siapa tuannya. Xandrova pun mengerti siapa yang dimaksudkan oleh Thalisa. "Apa kau bilang, Thalisa?" Oh, betapa terkejutnya Xandrova saat Thalisa menyebutkan nama sang tuan yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Hatinya bergetar dan air matanya hampir terjatuh. "Thalisa, jaga ucapanmu!" Fang menegur anak buah Viktor yang menyamar sebagai perawat. "Oh? Apakah saya tidak boleh menyebutkan nama Tuan Muda?" Thalisa memelankan suaranya. Dia merasa bersalah kepada Xandrova. "Tidak masalah, Fang. Hanya saja, saya terlalu merindukannya." Xandrova menundukkan kepala menatap sprei ranjang rumah sakit berwarna pine. Kedua tangan menggenggam erat sprei tersebut sambil menggigit bibir bawahnya. "Nona, tenanglah! Jangan sampai kesehatan memburuk dan tidak jadi pulang hari ini! Bukankah Anda merindukan Tuan Besar?" 'Benar. Aku sangat merindukan Kakek. Aku tidak ak
Suasana haru begitu terasa di ruang tidur utama. Xandrova duduk di atas ranjang Gennadius memeluk pria tua itu. Keduanya tampak bahagia. "Tuan Besar, sekarang Nona Zoya telah kembali dalam keadaan utuh. Anda bisa tenang dan fokus dengan kesehatan." Yeva berkata dengan sangat hati-hati. Di berada di dekat Gennadius dan Xandrova. "Bagaimana saya bisa tenang jika Zoya masih di sini?! Oh, Zoya! Kau sungguh malang memiliki kedua orang tua yang tidak menyayangimu sepenuh hati seperti David dan Istrinya." Caleb mendengar suara langkah kaki kian mendekat. Dia memberikan aba-aba kepada semua orang. "Tuan Besar, ada yang datang!" Caleb pergi dari ruang tidur utama secepat kilat tanpa meninggalkan jejak. Sedangkan Yeva, Fang dan Thalisa berdiri di dekat ranjang. "Zoya, apakah benar bahwa kau telah kembali?" Maksim membuka pintu ruang tidur utama lebar-lebar. Dia tidak sendirian, melainkan bersama Davidoff di belakangnya. "Ternyata memang kau, Zoya." Maksim berjalan ke arah ranjang sambi
Maksim berbisik di telinga Yeva ketika baru saja melewatinya. Rupanya dia tidak tahan untuk tidak mengatakan apapun kepada sang kepala pelayan. 'Sejak kapan Tuan Maksim memanggilku hanya dengan sebutan nama saja? Sungguh berbeda dari biasanya dan saya harus ekstra hati-hati berhadapan dengannya.' Setiap orang akan berubah, bukan? Tidak peduli sedekat apapun di masa lalu. Setidaknya itulah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Yeva. "Pastikan doa Anda dikabulkan oleh Tuhan yang kuasa, Tuan Maksim." Yeva membalas perkataan Maksim tanpa ragu. Dia tidak berharap banyak dari Maksim. Namun, dia juga tidak takut akan kemarahan Maksim yang bisa meledak kapanpun. Maksim mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dia tidak akan membiarkan harga dirinya terjatuh hanya karena ucapan seorang kepala pelayan. Maksim kembali melangkah meninggalkan ruang tidur utama mengekori Davidoff. Usai memastikan pintu kamar majikannya tertutup, Yeva kembali berjalan ke arah Gennadius dan Xandrova. "Lancang sekali di