Suara pintu terbuka dengan kasar. Seorang dokter dan satu perawat wanita masuk ke ruang rawat Xandrova. "Nona Zoya baru saja bergumam disertai dengan menggerakkan jari-jemarinya." Fang menjelaskan kepada sang dokter sambil menjauh dari ranjang guna memberikan sedikit jarak agar Katina leluasa memeriksa Xandrova. "Tolong tunggu di luar!" Perawat yang datang bersama Katina berseru meminta semua orang keluar dari ruang rawat inap Xanadrova. Mau tidak mau, Fang dan 2 orang lainnya hanya bisa mengikuti aturan yang diterapkan di rumah sakit. Usai pintu tertutup, Katina memeriksa Xandrova dengan teliti dibantu dengan perawat tadi. "Hmm?" Sesuai dengan harapan semua orang, Xandrova akhirnya membuka mata. Dia menatap langit-langit ruangan di mana dirinya berada sekarang. "Rumah sakit?" Suara Xandrova terdengar lemah. Namun, Katina masih dapar mendengarkannya. "Benar, Anda kini berada di rumah sakit. Bagaimana perasaan Anda, Nona Zoya?" Xandrova menoleh ke sisi kiri dan melihat seoran
Baru saja Katina menutup mulutnya, tiba-tiba saja pintu ruang perawatan terbuka. Muncul kedua orang tua beserta sang mantan tunangan Xandrova yang tidak lain adalah Maksim Smirnov Romanov. "Zoya!" Galana histeris saat melihat Xandrova terduduk bersandarkan tumpukan bantal. Semua orang melihat ke arah Galana yang berjalan lebih cepat. "Oh, Zoyaku yang malang! Kau celaka 2 kali di dalam hidupmu dan aku telah lalai menjagamu." Galana tiba di dekat Xandrova. Dia meletakkan tas tangan yang dibawanya di atas nakas dan memeluk Xandrova tanpa tahu malu. Namun, Xandrova tidak membalasnya. "Nyonya Galana, mohon untuk tidak memeluk Nona Zoya dengan erat! Karena Nona baru saja bangun dan otot-ototnya belum terbiasa." Sebelum melepas pelukannya, Galana mengecup pucuk kepala Xandrova sebentar. "Mama sungguh bahagia kau bangun dan baik-baik saja. Oh, thank god." Galan meraih wajah Xandrova dan menatapnya dengan lembut. Terpancar aura keibuan dari sosok Galana. 'Oh?! Perasaan apa ini?! Mengap
Maksim menggerutu di dalam hatinya tanpa bisa berhenti untuk memandangi Viona. "Baiklah. Saya tidak memiliki banyak waktu. Jadi, jangan sia-siakan waktu yang saya miliki, Viona!" Viona tersenyum ketika mendengar Galana berseru kepadanya. "Mari ikuti sayaa!" Viona membuka pintu ruang rawat inap Xandrova. Sepasang suami istri keluarga Konstantin tersebut pun bergegas mengikuti Viona ke luar. Sedangkan Maksim hanya terdiam di kursinya. 'Benar-benar hari yang sial! Aku tidak mungkin mencuri dengar percakapan mereka karena Fang selalu memperhatikan aku.' Lagi, Maksim hanya bisa mengeluh di dalam hati. Anak dari pasangan Lenin dan Anne Romanova itu selalu terlambat bertindak. *** "Tuan David dan Nyonya Galana, perkenalkan! Wanita ini adalah Thalisa Kozlova. Dia akan menjadi perawat Nona Zoya dan menemani Nona menggantikan posisi Lada yang masih sakit." Galana menatap Thalisa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia tidak mengerti tujuan Viona melakukan hal ini tanpa persetujuannya t
Maksim berbicara dengan dirinya sendiri. Dia bahkan tidak segan-segan untuk membalaskan perlakuan Xandrova terhadapnya hari ini. Apakah niat buruk Maksim akan terealisasi? "Zoya, bagaimana perasaanmu?" Davidoff mendekati Xandrova sambil membelai rambut kecoklatan yang indah milik sang anak. "Mengapa kau memberikan kabar kepada Papa jika kau akan pulang hari ini? Namun, apakah kau memberitahu Mama tentang hal ini? Oh, Papa akan sangat tersinggung jika kau memberitahu Mama, tetapi tidak dengan Papa!" 'Apakah penting memberitahu Papa tentang kepulangan ku? Bukankah Papa dan Mama tidak memiliki banyak waktu untukku? Ya, itu benar. Karena sejak kecil, aku selalu sendiri.' Xandrova mulai bermain dengan pikirannya. Dia tidak ingin kalah dengan perasaannya yang lembut. "Apa yang ingin kau makan, Zoya? Katakan saja! Papa akan meminta Koki keluarga Konstantin untuk menyiapkannya." Xandrova terheran-heran dengan tingkah aneh sang papa. Dia bahkan belum tahu apa yang telah terjadi dengan ke
Fang menegur Thalisa. Tanpa mengulur waktu, wanita itu pun membungkukkan badannya di hadapan semua orang. "Halo, Tuan Besar. Perkenalkan, nama saya Thalisa Kozlova. Saya dikirim oleh Tuan Vasili atas perintah Tuan Muda Viktor melalui Nona Viona." Meskipun Viona sudah memberitahuku perihal perawat untuk Zoya, tetapi aku tidak menyangka bahwa perawat yang dimaksudkan adalah Thalisa. Dia terlihat masih muda. Gennadius memperhatikan sosok Thalisa. Ia baru berjumpa dengan Thalisa untuk kali pertama. Bukan ragu, tetapi ia hanya ingin memastikan bahwa pendapatnya tentang Thalisa tidak salah. "Berapa usiamu?" Benar saja. Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Gennadius adalah usia. "30 tahun, Tuan Besar." Thalisa menjawab tanpa ragu. Ia menatap Gennadius yang sedang menatapnya. "Saya percaya kemampuanmu. Bukan karena usiamu, melainkan karena saya tahu bahwa pilihan Viktor tidak akan pernah salah. Thalisa mengangguk. Semua orang terdiam mendengarkan perkataan Gennadius. "Saya mengerti.
"Ha! Ha! Ha! Dan seperti biasa, kau selalu memuji saya berlebihan, Yeva. Padahal kau tahu bahwa saya melakukannya tulus." Tawa Gennadius segera terhenti saat itu juga ketika mendengar suara ketukan pintu yang keras. "Siapa yang mengetuk pintu dengan kasar seperti itu?" Gennadius memegangi jantungnya yang berdetak lebih cepat daripada sebelumnya. "Apakah Anda baik-baik saja, Tuan? Astaga!" Yeva panik. Dia melihat pintu terbuka dengan kasar setelah seseorang mengetuknya dengan kasar pula. "Tuan David!" Davidoff datang bersama seorang pengacara keluarga Konstantin. Namun bukan hanya seorang pengacara, setidaknya ada 4 orang lainnya dengan mengenakan jas hitam yang sama berdiri di belakang Davidoff. "Mengapa kau meninggikan nada bicaramu, Yeva?! Apakah kau sudah bosan hidup?!" Kali ini, Davidoff bersikap lebih berani daripada biasanya. Dengan kedua mata birunya yang memerah, Davidoff melangkah mendekati Gennadius. "Tuan David, Anda mau apa? Tidak cukupkah bagi Anda telah membuat
Ada guncangan hebat di dalam diri Davidoff ketika mendengar teriakan Gennadius. Dengan mata biru menyala-nyala, Davidoff ingin mencari tahu tentang apa yang barusan dikatakan oleh papanya. "Jangan membuat lelucon, Papa! Ini sama sekali tidak lucu. Lebih baik, Anda segera menorehkan tanda tangan seperti yang saya katakan tadi!" Davidoff tetaplah seorang pria yang keras kepala. Dia tidak akan menyerah begitu saja, terlebih lagi Maksim sudah mengancamnya untuk tidak menikahi Xandrova sebelum Davidoff memberikan sebagian harta keluarga Konstantin kepada pria itu. "Singkirkan tangan kotor mu dari lengan saya, David!" Sang pengacara keluarga Konstantin tidak dapat berbuat apa-apa. Pria itu hanya bisa menundukkan kepala saja. 'Ya, Tuhan! Apa yang harus saya lakukan untuk membantu Tuan Besar Gennadius? Saya benar-benar tidak tega melihat perilaku kasar Tuan David kepada Tuan Besar. Dia berdosa besar dan saya tidak akan melupakan kejadian hari ini.' Sebagai seorang pengacara keluarga Kons
Caleb terkejut hingga tidak bisa menjaga ucapannya. "Tidak hanya itu, Tuan Caleb. Namun, Tuan David juga memaksa Tuan Besar untuk menandatangani surat pengalihan harta keluarga Konstantin." Yeva membeberkan kejahatan Davidoff kepada Caleb. Dia berharap agar Caleb memberitahukan kejadian hari ini kepada Viktor. "Kejam sekali Tuan Davidoff. Saya harus segera melaporkan kejadian ini kepada Tuan Muda Viktor." Caleb akhirnya berhasil menghubungi Viktor melalui panggilan telepon. "Halo, Tuan Viktor." Caleb beranjak menjauh dari ranjang sambil menyapa Viktor di saluran telepon. "Ya, Caleb? Ada kabar apa hari ini? Apakah Zoya sudah diperbolehkan pulang?" "Ada hal mencengangkan yang telah terjadi di ruang tidur Tuan Besar Gennadius." Caleb memelankan suaranya. Dia tidak ingin Gennadius mendengarkan percakapannya dengan Viktor agar tidak menambah beban pikiran pria tua tersebut. "Katakan!" "Tuan Davidoff mulai melancarkan aksinya dengan mengobrak-abrik ruang tidur utama." "Bisakah ka
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn