Privet, Zoyaliciouz! Chapter ini bukan puncak cerita yah. Jangan lupa support Zoya dengan cara berikan review terbaik kamu. Thank you.
"Hal lain lagi? Apa itu, Caleb?" Yeva dan Caleb berdiri di samping ranjang Gennadius. "Yeva, bantu saja bersandar!" Yeva dengan cekatan membantu Gennadius bersandar. "Nona Zoya gagal melarikan diri. Mobil yang ditumpanginya bersama Lada mengalami kecelakaan." "Apa?!" Betapa terkejutnya Gennadius mendengarkan penuturan Caleb. Pria tua itu memegang jantungnya yang mulai terasa sakit. "Tuan Besar, Anda harus bertahan!" Yeva berteriak begitu melihat Gennadius kesakitan. "Tuan Besar!" Caleb memanggil tuannya dengan panik. "Tuan Yeva, berikan Tuan Besar obatnya!" Yeva bergegas mengambil obat untuk Gennadius beserta air mineral. "Minumlah, Tuan Besar!" Setelah merasa kembali tenang, Gennadius meminta Caleb untuk melanjutkan penjelasannya kembali. Sebagai Tuan Besar keluarga Konstantin, dia tentunya ingin mengetahui kejadian yang menimpa cucu kesayangannya. "Lanjutkan. penjelasan mu, Caleb! Saya harus mengetahui segala sesuatu yang terjadi di keluarga ini atau leluhur akan kecew
Gennadius menjauhkan benda canggih tersebut dari daun telinganya. Dia menaikkan kacamata, lalu mengusap air mata yang berhasil lolos dari rongga matanya. "Kakek, apakah Anda masih di sana? Apakah Anda baik-baik saja?" Gennadius mendengar Viktor bertanya, tetapi tidak langsung menjawabnya. "Kakek, saya akan menghubungi Fang dan memintanya untuk kembali bekerja. Anda jangan khawatir! Saya akan segera menyelesaikan urusan saya di sini dan bagaimanapun juga, Zoya adalah Istri saya. Sampai kapan pun akan selalu seperti itu." Gennadius selesai mengusap air matanya dengan tisu kering. Dia kembali berbicara dengan Viktor. "Berapa lama lagi kau berada di Moskow, Viktor?" "Tidak akan lama. Sebelum musim dingin berakhir, saya pastikan datang menemui Zoya dan Kakek. 'Sebenarnya kau bisa mengerahkan anak buah untuk mendapatkan bukti yang diinginkan. Mengapa kau menyulitkan dirimu sendiri, Viktor? Tidak adakah sedikit pun rasa khawatir di dalam dirimu?' Gennadius tidak habis pikir dengan isi
Fang terkejut. Dia tidak bisa menolak perintah Maksim. Namun di sisi lain, Fang ingin tetap berada di sisi Xandrova. Sang bodyguard Xandrova tersebut pun menatap Viona untuk mencari pembelaan. 'Astaga! Posisiku sungguh sangat sulit. Bagaimana aku bisa menempatkan diri di pihak Tuan Muda Viktor tanpa ketahuan oleh siapapun?' Viona berpikir sejenak sebelum menjawab tatapan Fang. Dia memberanikan diri untuk membuka mulutnya. "Tuan Maksim, bukankah Anda memiliki seorang Asisten? Anda bisa meminta bantuannya, bukan?" Maksim tersenyum miring saat Viona menatapnya. 'Sepertinya wanita ini menantangku! Hmm, menarik!' Maksim tahu dan mengerti bahwa Viona sedang mencoba menentangnya. Dia tidak akan tinggal diam dan membiarkan Viona menang atas dirinya. "Nona Viona, Anda sungguh berani." Maksim mendekati Viona dan berbisik di telinga wanita itu. Kemudian, melangkah pergi menuju sofa. "Terima kasih, Nona Viona." Fang membisikkan ucapan terima kasih kepada Viona. Dia tahu bahwa wanita yang
Feliks memanggil nama tuannya sambil berjalan terburu-buru. Dia duduk di samping Maksim. "Silakan kopi Anda, Tuan!" Maksim menatap asistennya. Dia juga meraih cup kopi dari tangan Feliks. "Mengapa kau baru tiba, Feliks? Seharusnya kau tiba 30 menit yang lalu sebelum Fang datang." "Apa, Tuan Muda?! Jadi, bodyguard Nona Zoya telah kembali?!" Feliks menunggu Maksim selesai meminum kopinya dan menjawab pertanyaannya. Dia juga menatap sekelilingnya. "Ya. Dia telah datang." "Setidaknya rencana kita menggagalkan Nona Zoya pergi bersama pelayannya berjalan dengan baik." Perkataan Feliks benar dan Maksim sadar akan hal tersebut. "Apakah kau yakin?" Feliks menyeruput kopinya sambil mengangguk. "Tentu saja, Tuan Muda. Saya sudah menghilangkan jejak dan barang bukti. Bahkan saya sudah menghapus CCTV jalanan bekerjasama dengan pihak tertentu. Maka, Anda tidak perlu khawatir!" Tiba-tiba saja, Feliks teringat sesuatu. Dia duduk menghadap tuannya. "Tuan Muda, apakah Anda mengenali sopir N
Fang membatin. Wanita itu pintar sekali membaca situasi. "Oh, Tuan Muda, jika Anda mengantuk dan lelah, silakan beristirahat! Saya akan menjaga Nona Zoya sebaik-baiknya." Maksim akhirnya menoleh ke arah Fang. 'Dia pikir, siapa dirinya? Berani sekali memerintahku! Seharusnya dia yang pergi dan bukan aku!' Maksim berseru kesal di dalam hati. Namun, bukan Maksim namanya jika tidak bisa mengendalikan diri dan mempertahankan citranya di depan orang lain. "Saya tidak mengantuk." 'Andaikan Anda tahu, Tuan Muda Maksim. Saya tidak bersungguh-sungguh meminta Anda untuk beristirahat. Semua itu terpaksa saya lakukan karena tidak rela Anda berdekatan dengan Nona Zoya. Dan bisa dipastikan bahwa Nona pun tidak menyukai kehadiran Anda di dekatnya.' Fang kembali membatin. Dia geram bukan main dengan jawaban yang diberikan oleh Maksim barusan. "Maksim, kemari dan istirahatlah!" Akhirnya Davidoff berseru dari kursinya. Pria itu pun menoleh ke arah Maksim. Mau tidak mau, Maksim pun hanya bisa men
Suara pintu terbuka dengan kasar. Seorang dokter dan satu perawat wanita masuk ke ruang rawat Xandrova. "Nona Zoya baru saja bergumam disertai dengan menggerakkan jari-jemarinya." Fang menjelaskan kepada sang dokter sambil menjauh dari ranjang guna memberikan sedikit jarak agar Katina leluasa memeriksa Xandrova. "Tolong tunggu di luar!" Perawat yang datang bersama Katina berseru meminta semua orang keluar dari ruang rawat inap Xanadrova. Mau tidak mau, Fang dan 2 orang lainnya hanya bisa mengikuti aturan yang diterapkan di rumah sakit. Usai pintu tertutup, Katina memeriksa Xandrova dengan teliti dibantu dengan perawat tadi. "Hmm?" Sesuai dengan harapan semua orang, Xandrova akhirnya membuka mata. Dia menatap langit-langit ruangan di mana dirinya berada sekarang. "Rumah sakit?" Suara Xandrova terdengar lemah. Namun, Katina masih dapar mendengarkannya. "Benar, Anda kini berada di rumah sakit. Bagaimana perasaan Anda, Nona Zoya?" Xandrova menoleh ke sisi kiri dan melihat seoran
Baru saja Katina menutup mulutnya, tiba-tiba saja pintu ruang perawatan terbuka. Muncul kedua orang tua beserta sang mantan tunangan Xandrova yang tidak lain adalah Maksim Smirnov Romanov. "Zoya!" Galana histeris saat melihat Xandrova terduduk bersandarkan tumpukan bantal. Semua orang melihat ke arah Galana yang berjalan lebih cepat. "Oh, Zoyaku yang malang! Kau celaka 2 kali di dalam hidupmu dan aku telah lalai menjagamu." Galana tiba di dekat Xandrova. Dia meletakkan tas tangan yang dibawanya di atas nakas dan memeluk Xandrova tanpa tahu malu. Namun, Xandrova tidak membalasnya. "Nyonya Galana, mohon untuk tidak memeluk Nona Zoya dengan erat! Karena Nona baru saja bangun dan otot-ototnya belum terbiasa." Sebelum melepas pelukannya, Galana mengecup pucuk kepala Xandrova sebentar. "Mama sungguh bahagia kau bangun dan baik-baik saja. Oh, thank god." Galan meraih wajah Xandrova dan menatapnya dengan lembut. Terpancar aura keibuan dari sosok Galana. 'Oh?! Perasaan apa ini?! Mengap
Maksim menggerutu di dalam hatinya tanpa bisa berhenti untuk memandangi Viona. "Baiklah. Saya tidak memiliki banyak waktu. Jadi, jangan sia-siakan waktu yang saya miliki, Viona!" Viona tersenyum ketika mendengar Galana berseru kepadanya. "Mari ikuti sayaa!" Viona membuka pintu ruang rawat inap Xandrova. Sepasang suami istri keluarga Konstantin tersebut pun bergegas mengikuti Viona ke luar. Sedangkan Maksim hanya terdiam di kursinya. 'Benar-benar hari yang sial! Aku tidak mungkin mencuri dengar percakapan mereka karena Fang selalu memperhatikan aku.' Lagi, Maksim hanya bisa mengeluh di dalam hati. Anak dari pasangan Lenin dan Anne Romanova itu selalu terlambat bertindak. *** "Tuan David dan Nyonya Galana, perkenalkan! Wanita ini adalah Thalisa Kozlova. Dia akan menjadi perawat Nona Zoya dan menemani Nona menggantikan posisi Lada yang masih sakit." Galana menatap Thalisa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia tidak mengerti tujuan Viona melakukan hal ini tanpa persetujuannya t