Bagi seorang Viktor Gusev Konstantin, menyematkan nama keluarga istrinya bukanlah beban seperti kebanyakan yang orang katakan padanya. Namun, bukan juga suatu kebanggaan.
"Viktor, biarkan aku membantumu!"
Xandrova menatap Viktor dengan cemas. Raut wajah cantiknya terlihat lebih pucat dari biasanya.
"Tidak, Zoya!"
Kalimat penegasan yang baru saja diucapkan oleh Viktor, tentu saja membuat Xandrova terkejut.
"Mengapa? Aku ini Istrimu, 'kan?"
Xandrova mengerutkan kening seraya menunggu Viktor menjawab pertanyaannya.
"Ya! Justru karena kau adalah Istriku, maka aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal berat seperti membawa koper-koper ini, Zoya."
Suara bariton milik Viktor membuat Xandrova tersenyum. Bukan karena suaranya yang khas, tetapi karena makna yang tersirat di dalam kalimat yang diucapkan oleh Viktor barusan selalu mampu menghipnotis dirinya dan menjadikannya sebagai wanita berharga di mata pria itu.
"Viktor, Ya lyublyu vas!" Memiliki arti, "Aku mencintaimu!"
Xandrova berjinjit, lalu menempelkan bibirnya yang kemerahan ke permukaan pipi Viktor sekilas.
"Ayo, masuk ke kamar!"
Xandrova berseru usai membuat Viktor terkejut dengan tingkahnya. Mereka pun memasuki kamar Four Seasons Hotel yang telah disewa oleh Davidoff sejak jauh-jauh hari.
Tuk! Tuk! Tuk!
Suara sepatu wanita yang dikenakan oleh Xandrova terdengar saling bersahutan. Wanita 19 tahun tersebut merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar seraya menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar.
Astaga! Mewah sekali kamar hotel ini!
Viktor memekik di dalam hati mengagumi kemewahan kamar hotel di mana dia menginjakkan kakinya saat ini.
"Zoya, beristirahatlah sejenak sebelum kita memulai aktivitas!"
Viktor memasukkan koper-koper yang ia bawa ke lemari besar menjulang tepat di sisi kiri ranjang.
"Viktor, kapan kau akan mengantarkan koper-koper milik Papa dan Mama ke kamar mereka?"
Dua netra biru milik Viktor dan Xandrova pun bertabrakan. Sesekali Xandrova menelan saliva saat memandangi wajah maskulin suaminya, begitu juga sebaliknya.
Kau sungguh cantik, Zoya! Namun, aku tidak berani menyentuhmu jika kau tidak menginginkannya, batin Viktor.
"Aku akan mengantarkannya sekarang, Zoya."
***
"Mengapa kau lama sekali, Viktor?! Bukankah tadi pelayan membantu membawakan barang-barang?!"
Galana Konstantin menegur menantunya yang baru saja datang membawa 2 koper besar miliknya dan Davidoff.
"Maaf, Ma. Saya mengantarkan Zoya ke kamar terlebih dahulu karena dia terlihat sangat lelah."
Viktor menjawab pertanyaan Galana sambil meletakkan 2 koper yang dibawanya di sudut kamar.
"Zoya bukan lelah karena perjalanan menuju ke sini, tetapi dia lelah karena memiliki seorang suami tidak berguna sepertimu, Viktor! Mengapa kau tidak menyadarinya?!"
Kalimat yang mengandung cercaan seperti barusan kerap menjadi santapan sehari-hari bagi Viktor yang menumpang hidup di rumah mertuanya. Sesekali dia merasa geram dan ingin menghajar siapapun yang telah menghina dirinya, tetapi apa boleh buat, dia tidak memiliki pilihan, selain bersabar.
"Tunggu!"
Davidoff yang sejak tadi hanya duduk menonton televisi, kini angkat bicara. Dia menatap Viktor yang berdiri di samping ranjang besar berukiran Eropa.
"Apa yang kau lakukan di sana, Viktor?!"
Davidoff menunjuk 2 koper besar yang sengaja diletakkan Viktor di sudut ruangan.
"Keluarkan semua isinya dan letakkan di dalam lemari dengan rapi!"
Davidoff berteriak memberikan titah kepada Viktor.
"Astaga!"
Galana sedikit berlari menghampiri menantunya. Emosinya naik turun saat berhadapan dengan Viktor.
"Kau ...."
Galana membuka satu persatu koper dengan kasar. Dia memperhatikan seluruh isi koper dengan teliti.
"Jangan sampai semua pakaian saya rusak! Letakkan dengan baik di dalam sana!"
Galana menunjuk lemari besar dengan sorot mata tajam.
"Ya, Ma."
Viktor menjawab dengan nada rendah. Dia bergegas membawa koper tadi mendekati lemari yang dimaksud Galana.
"Bagus, Viktor. Sebagai seorang suami miskin sepertimu, ternyata kau cukup tahu diri!"
"Hmm ...."
Viktor menghela napas. Viktor tidak memedulikan ucapan ibu mertuanya karena dia harus bertahan demi amanah sang tuan besar keluarga keluarga KonstantinーGennadius Zigfrids Konstantinーuntuk tetap menjaga dan mencintai Xandrova dengan tulus. Dia melakukan pekerjaan apapun yang diperintahkan oleh kedua mertuanya dengan cekatan dan rapi.
"Viktor, cepat ke sini!"
Davidoff memanggil Viktor tanpa menoleh. Mendengar seruan dari sang ayah mertua, pria dengan tinggi 185 centimeter tersebut bergegas menghampirinya.
"Ya, Pa?"
Viktor mengamati tingkah Davidoff. Pria itu mengubah posisi duduknya membelakangi Viktor.
"Cepat pijat saya!"
Hah?! Memijat?! Apakah aku benar-benar seperti tukang pijat? tanya Viktor di dalam hatinya.
"Tunggu apalagi, Viktor? Ayo, cepat!"
Davidoff menunjuk bagian bahunya yang pegal. Dia tanpa sungkan selalu memerintahkan Viktor.
"David, mengapa kau tidak pergi ke sarana pijat refleksi yang tersedia di hotel ini saja?"
Syukurlah Mama memberikan saran yang bagus kepada Papa, batin Viktor seraya menyembunyikan senyumnya.
"Di hotel ini terdapat beragam jenis pijat beserta manfaat yang bisa kau dapatkan, David."
Galana melanjutkan ucapannya seraya meletakkan ponsel di atas nakas. Wanita itu meraih tabir surya dari dalam tas tangan yang dia bawa, lalu mengolesnya ke bagian wajah.
"Kau benar, Sayang. Kembalilah ke kamarmu, Viktor!"
David meminta Viktor untuk segera pergi dari kamarnya. Dia mematikan saluran televisi seraya bersiap untuk pergi ke tempat pijat refleksi yang dikatakan oleh Galana tadi.
"Baik, Pa."
Mendengar jawaban Viktor barusan, Davidoff menggelengkan kepala.
"Sebenarnya, saya terlalu jijik mendengar kau menyebut diri saya sebagai Papa! Karena kau tahu?"
Davidoff bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan memutari Viktor yang diam membatu.
"Karena bagi saya, Maksim adalah segalanya. Dia tampan, kaya raya dan seorang pewaris tunggal perusahaan keluarga Romanov. Benar-benar sosok Suami idaman yang sempurna untuk Zoya!"
Tidak sampai di situ, Galana yang sejak tadi sibuk memperhatikan suami dan menantunya, kini berjalan menghampiri keduanya.
"Viktor, apakah kau tahu, siapa keluarga Romanov?!"
Galana menatap Viktor sinis. Dia memperhatikan sosok menantunya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Keluarga Romanov merupakan keluarga terkaya di Rusia dan aset kekayaannya menduduki peringkat 1 versi majalah Forbes."
Benarkah keluarga Romanov merupakan keluarga terkaya di Rusia? Lalu, mengapa mereka sepertinya sangat peduli dengan semua itu? Apakah semua keluarga kaya raya berpikir seperti itu?
Berbagai pertanyaan pun memenuhi benak Viktor.
"Apa yang kau tunggu?! Cepat pergi dari sini!"
Galana meneruskan kalimatnya. Dia menatap Viktor dengan pandangan tanpa minat.
"Ya, Ma."
Baru saja Viktor menjawab perintah sang ibu mertua, terdengar suara ketukan pintu.
Suasana menjadi hening seketika. Viktor memergoki Galana dan Davidoff saling bertukar pandang seiring dengan senyum keduanya yang mengembang.
Sepertinya Maksim sudah datang, batin Galana seraya tersenyum lebar. Aku akan mengatur waktu untuk Zoya dan Maksim tanpa kehadiran Viktor, lanjutnya dalam hati.
"Bukalah pintunya, Viktor!"
Galana dengan sengaja memberikan perintah kepada Viktor berharap sang menantu akan terkejut saat melihat sosok Maksim yang tampan dan gagah telah datang.
"Baーbaik, Ma."
Dengan ditunggangi rasa penasaran tinggi, Viktor segera melangkahkan kakinya menuju pintu. Sementara sepasang suami istri yang selalu merendahkan Viktor saling melemparkan senyum dan raut wajah mereka terlihat sungguh bahagia.
Viktor terkejut ketika membuka pintu kamar hotel mertuanya. Dia melihat sosok wanita berdiri membelakanginya. Viktor berhasil menguasai dirinya, lalu dia pun tersenyum."Halo, selamat siang. Anda mencari siapa?"Viktor maju beberapa langkah. Wanita tersebut memutar tubuhnya. Betapa terkejutnya Viktor ketika si wanita tersebut membuka kacamata hitamnya."Viktor, mengapa kau lama sekali? Tahukah kau? Aku lelah menunggumu."Viktor tersenyum lebar seraya meraih tangan si wanita yang ternyata adalah Xandrova. Dia menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki."Kau sungguh sempurna, Zoya!"Viktor berseru dengan kedua mata berbinar. Mendapatkan perlakuan istimewa dari sang suami, tentu saja membuat Xandrova salah tingkah."Viktor, siapa yang datang? Persilakan tamu kita untuk masuk dan jangan biarkan dia kecewa!"Suara Galana menggelegar dari dalam kamar hotel. Viktor pun tertawa kecil mendengarnya.Memangnya Mama pikir, siapa yang datang mengunjungi mereka, Davidoff dan Galana? tanya Vikto
Maksim menatap Viktor dengan penuh tanda tanya. Dia menunggu Viktor menjelaskan arti dari kalimat yang sempat membuatnya tersinggung. "Katakan!"Dengan sedikit membentak, Maksim memerintahkan Viktor untuk lekas menjawab pertanyaannya. Namun dengan gertakan serta sorot mata tajam Maksim, tidak lantas membuat nyali Viktor menciut. Pria itu justru menatap Maksim seraya menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Untuk pria seperti Anda, bukankah sudah semestinya Anda cukup cerdas untuk memahami perkataan saya, Tuan Maksim Smirnov Romanov yang terhormat?!"Viktor menyeringai sambil menepuk pelan bahu kiri Maksim. Dia menoleh ke arah Xandrova dan mendapatkan wanita itu sedang memandangnya. Viktor pun mengangguk kepada istrinya."Ayo, Zoya!"Sial! Berani sekali dia menyebutkan nama lengkap ku dengan nada menghina! Dan, berani sekali dia membalas tatapan ku, batin Maksim geram dengan tingkah Viktor barusan. Pria miskin itu seharusnya tidak bisa berkutik saat aku memandangnya, lanjutnya di
Suara berat Maksim menyudahi kegiatan berfoto Xandrova dengan para penggemar. Mereka semua menatap Maksim yang baru saja tiba. Sadar akan kehadiran Maksim, Viktor bergegas mengembalikan smartphone milik salah satu remaja dan menarik tangan Xandrova agar berdiri di sisinya."Buーbukankah Anda adalah ....""Ya, saya adalah Maksim Smirnov Romanov. Mantan tunangan dari Miss Pretty yang kalian puji-puji itu!"Maksim memotong ucapan salah seorang gadis sambil menunjuk Xandrova dengan dagunya. Sikap angkuh Maksim barusan, tentu saja membuat Viktor naik darah. "Tidak bisakah Anda menunjukkan sikap sopan santun di tempat umum, Tuan Maksim yang kaya raya?!"Entah kalimat pertanyaan atau kalimat merendahkan yang keluar dari mulut seorang Viktor. Karena sejujurnya Viktor memang berniat merendahkan Maksim di setiap kesempatan yang ada. "Jadi, mengapa kalian gagal menikah, Tuan Maksim?"Lagi, si gadis pirang mengajukan pertanyaan yang menohok. "Tuan Maksim, sekarang adalah kesempatan bagus untuk
Musim panas tahun ini sungguh berbeda bagi Viktor. Pasalnya, saat ini dia tidak sendirian lagi. Dia telah menikahi Xandrova berkat kemurahan hati sang tuan besar keluarga KonstantinーGennadius Zigfrids Konstantinーyang menjodohkan cucu satu-satunya dengan Viktor. Viktor merasa sangat bahagia, meskipun belum sepenuhnya bisa dikatakan bahagia selama kemiskinan masih melekat di dirinya.Pasangan Viktor dan Xandrova berjalan menyusuri sungai Neva. Mereka berdua tidak berbicara sejak meninggalkan Maksim tadi. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Kehadiran keduanya berhasil menarik perhatian siapa saja yang berada di sana.Viktor mencoba menahan amarahnya di depan Xandrova. Karena dia tidak ingin membuat sang istri ketakutan atau merasa tidak nyaman ketika bersamanya. Dan, Xandrova menyadari hal itu. "Viktor, aーaku ...."Viktor menghentikan langkahnya ketika tahu bahwa Xandrova ingin mengatakan sesuatu. Viktor menggenggam kedua tangan Xandrova. "Ada apa? Katakan saja, Zoya!"Xandrov
Bagi siapa saja yang tinggal di Rusia tidak akan merasa aneh jika siang terasa panjang saat musim panas berlangsung. Menjelang jam makan malam, langit masih cerah layaknya siang hari. Viktor dan Xandrova tiba di restoran di mana kedua orang tuanya sudah menunggu kehadiran mereka.Viktor mengikuti langkah Xandrova yang tiba-tiba berhenti. Viktor mengikuti arah pandang Xandrova dan mengerti mengapa sang istri menghentikan langkahnya.Oh, tunggu! Siapa pria yang duduk di sebelah Davidoff? Hati kecil Viktor bertanya seraya menatap Xandrova yang sedang meliriknya."Apakah sebaiknya kita pergi saja, Viktor?"Getaran suara yang dihasilkan Xandrova membuat Viktor tahu bahwa sang istri merasa tidak nyaman dengan kehadiran pria misterius itu."Ada apa, Zoya? Apakah kau berpikir pria yang duduk di sebelah Papa David adalah mantan tunangan mu?"Xandrova mendengus, lalu mengangguk kecil."Memangnya selain dia, siapa lagi?"Viktor terkekeh. Dia meraih tangan kiri Xandrova dan menggenggamnya."Kau t
Davidoff bertanya sambil meletakkan alat makannya. Dia menatap Galana seraya menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana menurut mu, Galana? Bukankah itu hanya bunga?"Hah?! Apa?! Hanya bunga?! Namun, apakah Papa tahu bahwa setiap bunga memiliki arti tersendiri?!Viktor menatap bunga mawar merah di tangan Feliks. Apakah kalian tahu, arti bunga mawar merah? Benar! Bunga mawar merah melambangkan cinta dan kasih sayang. Berbeda dengan warna bunga mawar lainnya. "Bawa pergi buket bunga itu jauh-jauh dari sini!"Viktor telah membuat keputusan yang mengejutkan banyak orang. Feliks menatap tuannya guna menunggu instruksi selanjutnya. Tidak lama kemudian, Feliks mengangguk setelah Maksim menjentikkan jari."Viktor, jangan keras kepala!"Lagi, Davidoff menegur Viktor dengan keras. Begitu juga dengan Galana yang sama gusarnya seperti sang suami. "Berapa kali harus saya katakan, Viktor! Itu hanya sebuah buket bunga.""Maaf, Ma. Saya tetap pada pendirian saya."Sesuai wataknya sedari dulu, Viktor me
Xandrova: Viktor, cepat kembali! Kedua orang tuaku dan Maksim telah menjebak mu. Viktor membaca pesan singkat dari Xandrova dengan cepat. Di pesan itu tertulis bahwa kedua mertuanya dan Maksim telah menjebak Viktor. Usai mengetahui perbuatan kedua mertuanya, Viktor tidak tinggal diam. Dia berlari menuju pintu meninggalkan kamar mertuanya. Derap langkah Viktor terdengar menggema di koridor lantai 7 Four Seasons Hotel tempatnya menginap. Tujuannya hanya satu yaitu menjauhkan Xandrova dari Maksim. ** Terlambat! Meja tempat dia dan keluarga Konstantin makan malam tadi telah kosong. "Apakah aku terlambat? Kau di mana, Zoya?" Viktor menyesali dirinya sendiri. Dia menghentikan seorang pelayan wanita yang melintas di depannya. "Permisi, Nona. Apakah Anda melihat ke mana perginya keluarga yang makan malam di meja itu?" Si pelayan pun menggeleng. "Mohon maaf, Tuan. Keluarga itu sudah pergi sejak 10 menit yang lalu." "Bagaimana dengan wanita muda di keluarga itu? Apakah Anda melihatnya
"Ya? Ada apa, Viktor? Apakah akhirnya kau berubah pikiran dan membiarkan aku untuk melihat Beliye Nochi?"Xandrova bertanya dengan antusias penuh. Dia menggenggam kedua tangan Viktor.Astaga! Siapa yang bisa menolak wajah menggemaskan Zoya! Dia ... dia seperti anak kucing putih yang sedang menggoda untuk mengajak bermain.Viktor berkata-kata di dalam hati seraya mengulas senyum. Dia tidak tahu dan tidak mengerti, mengapa hatinya selalu luluh dengan tingkah menggemaskan Xandrova."Oke ... oke. Namun, berjanjilah untuk tetap bersamaku, Zoya!"Senyum lebar pun mengembang tanpa perintah di bibir Xandrova yang berwarna merah muda.Kedua manik mata biru Xandrova mengatakan ucapan terima kasih kepada Viktor tanpa bersuara. Bukan berterima kasih karena telah mengizinkannya untuk melihat Beliye Nochi, tetapi berterima kasih karena telah menjadi suami paling pengertian dan paling perhatian untuknya."Viktor, kau sangat tampan."Xandrova membawa kedua tangan suaminya yang dia genggam sedari tadi
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn