"Baiklah, Tuan Charles alias Tuan Carl. Tolong jelaskan kepadaku, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ethan, menuntut penjelasan.
"Jaga sikapmu, Ethan!" peringat Bryan, hendak memukul Ethan, tapi dihalau oleh Adam.
"Kendalikan dirimu!" kata Adam menekankan.
Bryan melihat langsung ke arah sorot mata Adam. Mereka berdua saling bertatapan dengan sorot mata yang sama tajamnya. Bryan menggunakan jari tengah dan jari telunjuknya mengarah ke sorot matanya, lalu beralih ke sorot mata Adam.
"Hey! Bawakan masing-masing satu senapan untuk mereka," sahut Carl, membuat keduanya kembali saling berjauhan. "Perlu diingatkan kembali, kalian bukanlah anak-anak lagi. Jadi, bersikaplah sedikit lebih dewasa. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele saja."
"Maaf," lirih Bryan, berdiri di samping Ethan.
Carl mengangguk pelan. Menatap lekat ke arah Ethan. "Jadi, penjelasan seperti apa yang kamu harapkan?"
"Apa pun itu, tolong jelaskan!" pinta Ethan, tidak sabar.
"Apa yang sudah kamu lakukan tadi, hm?" Carl menyunggingkan senyuman seolah sudah mengetahui semuanya.
"Kalian tahu orang ini?" Dengan emosinya Ethan menunjuk Adam. "Tadi orang ini sudah mati. Pertama, dia memginginkan kami mati dengan cara memasuki wilayah orang bernama Jack tadi. Tidak berhasil di sana, dia mengajak kami kami dengan cara menabrakkan mobil ke rumah kayu."
Carl semakin melebarkan senyumannya. "Lalu, apa tuntutanmu?"
"Tadi dia sudah mati, begitupun beberapa orangnya si Jack, aku berhasil melenyapkan mereka dengan senjata api yang kupakai. Seperti yang kalian lihat di sini, lihatlah! Dia masih hidup, begitupun dengan kelompok si Jack. Aku benar-benar merasa sangat tertipu." Ethan benar-benar menceritakan semuanya, membuat napasnya terengah-engah.
Ethan dikejutkan oleh lemparan sebuah senjata api oleh Carl yang ditujukan tepat ke arah tangannya. Carl menunjuk Jack yang membawa apel di atas kepalanya. "Ambil dan tembak sasaran itu."
"J-Jack?" Suara Ethan terbata. "Kenapa dia ada di sini? Bukankah tadi dia sudah pergi karena kamu telah mengusirnya?"
"Jangan banyak omong. Tembaklah!" gertak Jack dengan santai.
Saat melihat aksi Ethan saat menggunakan senjata apinya tadi, membuat Jack tidak merasa takut saat dijadikan Carl sebagai sasaran. Dia mempercayai Ethan yang bisa menembak tepat sasaran.
Dengan tangan yang bergetar hebat, Ethan mulai menyelidiki pistol itu. Dia sangat ragu untuk melakukannya. Perlahan melihat ke sekeliling, ada Carl dengan senyuman yang sulit diartikan. Ada Bryan dengan senyum menyeringai, juga ada Adam dengan tatapan dinginnya.
"Oh, ayolah! Cepat tembak! Atau kamu hanya akan menjadikanku sebagai patung tontonanmu saja?" Jack kembali menggertak Ethan dengan sangat tidak sabar.
"Aku tidak bisa melakukannya," gumam Ethan, menurunkan pandangan membuat semua orang merasa heran. "Aku benar-benar tidak bisa melakukannya."
Jack kembali menggertak Ethan penuh penekanan. "Kenapa? Kulihat aksimu tadi tidak terlalu buruk. Apa kamu ingin menjadi sasaran saja? Baik, aku akan menggantikanmu untuk menembak, sebaliknya kamu harus menggantikanku sebagai sasaran."
"Baiklah, lakukan saja." Ucapan Ethan membuat semua orang di sana tertegun.
"Perlu kamu ketahui, bahwa aku tidak bisa memegang senjata api, bahkan aku belum pernah melakukannya sebelumnya. Mainanku hanya gergaji mesin, makanya aku dikenal sebagai King of Gergaji Mesin. Jangan salahkan aku jika tembakannya sangat meleset, bukan sedikit meleset, ya." Jack berusaha menakut-nakuti Ethan dan itu berhasil.
Dengan gugup Ethan mulai membenarkan posisi tangannya. Dia mengangkat senjata dan mengarahkannya kepada Jack. "Ba-baiklah, aku akan mencobanya."
Beberapa menit berlalu, tapi Ethan belum menarik pelatuk senjatanya walau hanya sekali saja. Bryan menggertaknya, "Cepatlah!"
Ethan memicingkan mata kanannya. Tidak memedulikan Bryan, dia fokus ke sasaran. Namun, itu sangat membuang waktu. Jack yang sudah sangat kesal pun ikut menggertak Ethan.
Karena merasa sangat tertekan, Ethan pun tidak sengaja menarik pelatuknya. Namun, peluru itu tidak mengenai apel yang dibawa Jack, tapi tembakannya itu meleset dan berhasil menembus bahu kanan si lelaki gergaji itu.
Hal itu membuatnya sangat tertekan, tubuhnya bergetar hebat. Mengetahui senjata yang dipakainya adalah senjata dengan peluru asli, itu benar-benar membuatnya merasa takut jika Jack telah terbunuh olehnya.
Carl memanggil anak buahnya untuk mengangkat Jack dan mengobati lukanya. Sedangkan Jack sendiri sudah terkapar tidak sadarkan diri di atas lantai.
"Jangan pernah memintaku untuk melakukan hal ini lagi," pinta Ethan, tatapannya kosong.
"Bukankah tadi kamu bisa melakukannya?" tanya Adam, tidak percaya atas kegagalan Ethan. "Aku melihatnya langsung oleh mata kepalaku sendiri."
Ethan menatap lekat ke arah Adam. Emosi, dia menarik kerah bajunya, lalu sedikit mengangkatnya. Dengan nada tinggi dia berkata, "Apa kamu tidak melihatnya? Tadi aku sangat tertekan. Aku terpaksa dan tidak sengaja melakukan hal itu."
"Apa kamu harus terus ditekan untuk bisa, hah?!" Adam menurunkan tangan Etahn dari kerah bajunya. "Apa aku harus menyewa orang untuk membuatmu tertekan dan tadaaa ...! Kamu berhasil melakukannya. Kamu bukan anak kecil yang harus ditakut-takuti terlebih dahulu. Di sini kamu itu sebagai pekerja, maka dari itu, bekerjalah secara profesional!"
"Sudahlah!" lerai Carl, berjalan pergi meninggalkan mereka. "Oh, ya, Adam. Ikutlah ke ruanganku!"
Adam menatap Ethan dengan sangat tajam. Lalu berlalu meninggalkannya bersama Bryan. Di sana Ethan hanya berdiri mematung. Sedangkan Bryan menyelidiki tubuhnya yang memiliki kulit berwarna putih, juga rambut yang sama putihnya, tapi itu bukan uban.
Risih, Ethan bertanya dengan nada tidak suka, "Ada apa kamu melihatku seperti itu?!"
"Tidak, aku hanya mengagumi potongan rambutmu," puji Bryan, masih memandang Ethan.
Bukan ucapan terima kasih yang didapatkan Bryan, tapi dia diusir oleh Ethan. "Enyahlah! Menjauhlah dariku!"
Bryan tersenyum kecut. "Apa kamu tahu? Adam bekerja sama dengan Tuan Carl untuk melakukan hal seperti tadi. Dia berpura-pura menyeretmu ke dalam situasi yang sangat menegangkan itu. Lihatlah dirimu! Menembak sebuah apel pun tidak bisa, padahal pekerjaanmu tidak jauh dan tidak lain adalah hal yang berkaitan dengan tembak-menembak."
"Apa maumu?" tanya Ethan, tidak memedulikan perkataan Bryan.
"Bersikaplah sedikit lebih profesional lagi. Keberadaan kita di sini adalah untuk bekerja. Tidak mungkin juga kita semua menghabiskan waktu untuk melatih seseorang yang bahkan tidak ingin dilatih." Bryan menatap Ethan dengan tatapan datar, lalu pergi meninggalkannya sendirian.
Di ruangan yang gelap, sekarang tinggal Ethan seorang diri. Benar-benar sendirian. Dengan tubuh yang dipenuhi luka, itu terlihat sangat jelas. Dia berdiri di tengah ruangan, bergeming. Tampak seperti sedang berpikir sangat keras.
Sesaat kemudian, dia meluapkan emosi dengan cara memukul dinding secara brutal. Tidak hanya itu, dia juga melempar baramg yang ada di dekatnya. Sesekali dia memukul dirinya sendiri untuk melampiaskan emosinya. Tanpa disadari, Carl, Adam dan Bryan sedang mengawasinya dari CCTV. Mereka tersenyum penuh arti.
Kejadian aneh sedang terjadi di kota Numeria bagian barat. Ribuan rumah kehilangan koneksi jaringan. Semua lampu gedung, perumahan, hingga lampu jalan, semuanya mati total. "Dasar pencuri, pergilah dari sini!" teriak pemilik toko ikan di pasar. Dalam keadaan yang cukup gelap, membuat wajah orang itu tidak terlihat. Mereka yang menyaksikan hanya dapat melihat warna rambutnya yang putih. Pemilik toko itu memukulinya tanpa ampun. Namun, orang itu hanya diam, tidak melawan dan tidak mengeluarkan sedikit pun suara. Tanpa disadari olehnya, ada seorang berjubah hitam di belakangnya. Dengan senjata api yang ditodongkan tepat ke arah kepalanya. Tidak ada yang mengetahuinya, karena keadaan di sana benar-benar gelap. "Berdiri dan pergilah dari sini!" Pemilik toko terus menyiksa orang itu. Hingga pada saat lampu menyala, terlihat jelas wajah semua orang yang berada di sana. Termasuk seorang lelaki yang telah dihakimi atas dasar pencurian. Bertepat
Bryan menggiring si pencuri masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap. Hanya terdapat sedikit pencahayaan yang terpancar dari sebuah kaca di bagian atap ruangan."Beri penghormatan terlebih dahulu!" pinta Bryan.Si pencuri itu melongo. "Siapa yang harus diberi penghormatan? Lantas, mengapa aku harus menghormatinya?"Seorang lelaki misterius memutar arah kursi yang sedang didudukinya menghadap Bryan dan si pencuri. Bryan yang menyadarinya pun memberi penghormatan dengan sedikit membungkukkan tubuh ke depan.Berbeda dengan si pencuri. Dia hanya menatap penuh tanda tanya kepada lelaki misterius itu. Bryan menarik dan meminta untuk mengikutinya."Welcome to your new house, Ethan," sambut lelaki misterius.Ethan Paulus, nama dari seorang lelaki albino yang sebelumnya dituduh sebagai pencuri. Dia tersentak. Tidak percaya jika ada yang mengenalnya."Siapa kamu? Dari mana kamu mengetahui namaku?" tanya Ethan."Tidak perlu bingung, juga
Ethan berdiri mematung. Tangannya masih terangkat, bersamaan dengan pistol yang dipegangnya perlahan mulai jatuh tepat ke depan kakinya. Semua orang benar-benar terkejut. Perlahan dia mulai kehilangan kesadaran diri. Dengan posisi siap, tubuhnya tersungkur ke atas tanah. Dengan sigap, Adam mengangkat dan segera membawanya pergi ke rumah sakit. Adam memasang wajah datar. Mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Hingga tiba di rumah sakit, dia berlarian kecil memanggil Dokter untuk segera menangani Ethan. "Tolong segera periksa dia," titah Adam dengan tatapan yang datar. Dokter segera mengerahkan perawat untuk membawa Ethan. Sekitar dua puluh menit lamanya Dokter memeriksa. Adam masih menunggu. Dengan raut wajah tanpa ekspresi, Adam duduk tegak di kursi tunggu. Sesekali dia melihat ke ruangan tempat Ethan berada. Cukup lama menunggu. Pintu itu perlahan terbuka. Menampakan perawakan seorang
Adam memgemudikan mobil layaknya sedang mengendalikan kemudi sebuah permainan. Memutar kemudi 360° ke kanan, lalu ke arah sebaliknya. Menabrak satu per satu orang yang menghalanginya."Ambil senjatamu!" perintah Adam, pandangan masih fokus ke depan.Ethan hanya terdiam, sedikit pun tidak menanggapi Adam. Lelaki itu kesal, mengemudikan mobil semakin asal."Di mana aku bisa mendapatkannya?" tanya Ethan, sedikit gemetar.Adam menunjuk kursi belakang. Ethan segera mencari barang yang dimaksudnya. Karena guncangan yang disebabkan cara mengemudi Adam, dia kesulitan mengambil senjatanya.Amarah Adam mulai memuncak, dia memgancam Ethan untuk segera bertindak. "Cepat! Atau akan kuturunkan kamu di sini."Baru saja tangannya hendak menyentuh senjata api jenis Glock Meyer 22, tapi pistol itu terjatuh ke bawah kursi. Penuh usaha lebih untuk mendapatkannya.Ethan masih sangat fokus dengan pistolnya. Sedangkan Adam sudah kewalahan karena mobil y
"Baiklah, Tuan Charles alias Tuan Carl. Tolong jelaskan kepadaku, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ethan, menuntut penjelasan."Jaga sikapmu, Ethan!" peringat Bryan, hendak memukul Ethan, tapi dihalau oleh Adam."Kendalikan dirimu!" kata Adam menekankan.Bryan melihat langsung ke arah sorot mata Adam. Mereka berdua saling bertatapan dengan sorot mata yang sama tajamnya. Bryan menggunakan jari tengah dan jari telunjuknya mengarah ke sorot matanya, lalu beralih ke sorot mata Adam."Hey! Bawakan masing-masing satu senapan untuk mereka," sahut Carl, membuat keduanya kembali saling berjauhan. "Perlu diingatkan kembali, kalian bukanlah anak-anak lagi. Jadi, bersikaplah sedikit lebih dewasa. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele saja.""Maaf," lirih Bryan, berdiri di samping Ethan.Carl mengangguk pelan. Menatap lekat ke arah Ethan. "Jadi, penjelasan seperti apa yang kamu harapkan?""Apa pun itu, tolong jelaskan!" p
Adam memgemudikan mobil layaknya sedang mengendalikan kemudi sebuah permainan. Memutar kemudi 360° ke kanan, lalu ke arah sebaliknya. Menabrak satu per satu orang yang menghalanginya."Ambil senjatamu!" perintah Adam, pandangan masih fokus ke depan.Ethan hanya terdiam, sedikit pun tidak menanggapi Adam. Lelaki itu kesal, mengemudikan mobil semakin asal."Di mana aku bisa mendapatkannya?" tanya Ethan, sedikit gemetar.Adam menunjuk kursi belakang. Ethan segera mencari barang yang dimaksudnya. Karena guncangan yang disebabkan cara mengemudi Adam, dia kesulitan mengambil senjatanya.Amarah Adam mulai memuncak, dia memgancam Ethan untuk segera bertindak. "Cepat! Atau akan kuturunkan kamu di sini."Baru saja tangannya hendak menyentuh senjata api jenis Glock Meyer 22, tapi pistol itu terjatuh ke bawah kursi. Penuh usaha lebih untuk mendapatkannya.Ethan masih sangat fokus dengan pistolnya. Sedangkan Adam sudah kewalahan karena mobil y
Ethan berdiri mematung. Tangannya masih terangkat, bersamaan dengan pistol yang dipegangnya perlahan mulai jatuh tepat ke depan kakinya. Semua orang benar-benar terkejut. Perlahan dia mulai kehilangan kesadaran diri. Dengan posisi siap, tubuhnya tersungkur ke atas tanah. Dengan sigap, Adam mengangkat dan segera membawanya pergi ke rumah sakit. Adam memasang wajah datar. Mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Hingga tiba di rumah sakit, dia berlarian kecil memanggil Dokter untuk segera menangani Ethan. "Tolong segera periksa dia," titah Adam dengan tatapan yang datar. Dokter segera mengerahkan perawat untuk membawa Ethan. Sekitar dua puluh menit lamanya Dokter memeriksa. Adam masih menunggu. Dengan raut wajah tanpa ekspresi, Adam duduk tegak di kursi tunggu. Sesekali dia melihat ke ruangan tempat Ethan berada. Cukup lama menunggu. Pintu itu perlahan terbuka. Menampakan perawakan seorang
Bryan menggiring si pencuri masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap. Hanya terdapat sedikit pencahayaan yang terpancar dari sebuah kaca di bagian atap ruangan."Beri penghormatan terlebih dahulu!" pinta Bryan.Si pencuri itu melongo. "Siapa yang harus diberi penghormatan? Lantas, mengapa aku harus menghormatinya?"Seorang lelaki misterius memutar arah kursi yang sedang didudukinya menghadap Bryan dan si pencuri. Bryan yang menyadarinya pun memberi penghormatan dengan sedikit membungkukkan tubuh ke depan.Berbeda dengan si pencuri. Dia hanya menatap penuh tanda tanya kepada lelaki misterius itu. Bryan menarik dan meminta untuk mengikutinya."Welcome to your new house, Ethan," sambut lelaki misterius.Ethan Paulus, nama dari seorang lelaki albino yang sebelumnya dituduh sebagai pencuri. Dia tersentak. Tidak percaya jika ada yang mengenalnya."Siapa kamu? Dari mana kamu mengetahui namaku?" tanya Ethan."Tidak perlu bingung, juga
Kejadian aneh sedang terjadi di kota Numeria bagian barat. Ribuan rumah kehilangan koneksi jaringan. Semua lampu gedung, perumahan, hingga lampu jalan, semuanya mati total. "Dasar pencuri, pergilah dari sini!" teriak pemilik toko ikan di pasar. Dalam keadaan yang cukup gelap, membuat wajah orang itu tidak terlihat. Mereka yang menyaksikan hanya dapat melihat warna rambutnya yang putih. Pemilik toko itu memukulinya tanpa ampun. Namun, orang itu hanya diam, tidak melawan dan tidak mengeluarkan sedikit pun suara. Tanpa disadari olehnya, ada seorang berjubah hitam di belakangnya. Dengan senjata api yang ditodongkan tepat ke arah kepalanya. Tidak ada yang mengetahuinya, karena keadaan di sana benar-benar gelap. "Berdiri dan pergilah dari sini!" Pemilik toko terus menyiksa orang itu. Hingga pada saat lampu menyala, terlihat jelas wajah semua orang yang berada di sana. Termasuk seorang lelaki yang telah dihakimi atas dasar pencurian. Bertepat