Adam memgemudikan mobil layaknya sedang mengendalikan kemudi sebuah permainan. Memutar kemudi 360° ke kanan, lalu ke arah sebaliknya. Menabrak satu per satu orang yang menghalanginya.
"Ambil senjatamu!" perintah Adam, pandangan masih fokus ke depan.
Ethan hanya terdiam, sedikit pun tidak menanggapi Adam. Lelaki itu kesal, mengemudikan mobil semakin asal.
"Di mana aku bisa mendapatkannya?" tanya Ethan, sedikit gemetar.
Adam menunjuk kursi belakang. Ethan segera mencari barang yang dimaksudnya. Karena guncangan yang disebabkan cara mengemudi Adam, dia kesulitan mengambil senjatanya.
Amarah Adam mulai memuncak, dia memgancam Ethan untuk segera bertindak. "Cepat! Atau akan kuturunkan kamu di sini."
Baru saja tangannya hendak menyentuh senjata api jenis Glock Meyer 22, tapi pistol itu terjatuh ke bawah kursi. Penuh usaha lebih untuk mendapatkannya.
Ethan masih sangat fokus dengan pistolnya. Sedangkan Adam sudah kewalahan karena mobil yang ditumpangi mereka telah dikepung dari berbagai arah. Tanpa rasa ampun, dia semakin menaikan kecepatan mobilnya. Satu per satu orang itu menyingkir. Tetap saja, itu tidak membuat mereka lebih aman.
"Berpeganganlah!" peringat Adam dengan ekspresi tak biasa.
Ethan mengernyit. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera meraih pistol dan kembali ke tempat duduk awalnya. Baru saja membenarkan posisi duduk, secara refleks dia meluncurkan beberapa tembakan ke arah orang-orang di samping mobilnya.
"Tembak saja mereka, jangan kamu beri ampun!" Adam menyemangati.
Hal itu jelas dilakukan oleh Ethan karena dia merasa terancam. Situasi benar-benar sudah tidak kondusif. Di depan mereka ada sebuah mobil bulldozer yang terparkir.
Lelaki albino itu terus menembak walau dia tahu, kemungkinan terbesarnya mereka akan menabrak. Namun, itu semua salah. Di detik terakhir saat mobil akan bersentuhan dengan bulldozer, Adam telah lebih dulu memutar balikan kemudi.
Mobil mereka memang tidak menabrak bulldozer, tapi karena penghindaran itu sehingga membuat Adam membanting setir dan menabrak sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu. Kejadian itu membuat Adam tidak sadarkan diri. Sedangkan Ethan masih meluncurkan tembakan dan sesekali mencoba menyadarkan Adam. Mereka benar-benar sudah terkepung.
"Hey, Tuan! Bangunlah! Kamulah yang membawaku berada dalam situasi seperti ini," panggil Ethan, membangunkan Adam. "Tuan, bangunlah! Jangan mati sekarang! Aku masih sangat membutuhkanmu, atau kalau tidak, aku akan ikut mati bersamamu jika ceritanya seperti ini."
Tembakan demi tembakan terus ditujukan kepada orang-orang yang perlahan mulai mendekat ke arah mereka berdua. Orang-orang itu memang tidak bermodalkan senjata api, tapi senjata yang mereka bawa sangatlah menyeramkan.
"Lihatlah gergaji mesin itu, Tuan! Apa mereka akan memutuskan leherku dengan itu?" Ethan berbicara seorang diri.
Di saat mempertahankan diri, tiba-tiba Ethan kehabisan peluru. Pikirannya teringat oleh senjata Desert Eagle yang dilihatnya di bawah kursi belakang saat membawa Glock Meyer 22-nya. Tanpa berpikir panjang, dia segera meraih pistol itu dan kembali menembak.
Untuk saat ini, dia terus menembak dan mencoba untuk menyalakan mesin mobil. Sulit, tentu saja, karena dia hanya mengandalkan sebelah tangannya. Merasa sudah sangat terdesak, dia menutup kaca mobil dan fokus menyalakan mesin mobil yang tidak mau menyala.
"Hey, Adam! Ah iya, Tuan! Bangunlah! Apa kamu benar-benar ingin mati di sini?" ancam Ethan kepada tubuh dengan mata terpejam.
Orang-orang itu berhasil mendekat. Salah satunya sedang menggunakan gergaji mesin untuk menghancurkan pintu mobil bagian Ethan. Perlahan, gergaji mesin itu berhasil menusuk pintu mobil, hanya butuh beberapa senti saja untuk menggores paha Ethan, tapi mobilnya telah lebih dulu menyala.
Dengan posisi di sebelah kursi kemudi, dia sangat kesulitan dalam mengemudi. Apalagi saat dia harus memutar balik mobil sejauh 360°.
"Dasar keparat! Di saat menegangkan seperti ini sempat-sempatnya kamu tertidur. Sialan!" pekik Ethan, emosinya sudah sangat memuncak. "Ya Tuhan, apalagi ini?!"
Ethan sangat kesal karena jalan yang akan dilaluinya kembali ditutupi. Kali ini, jalan itu telah ditutupi oleh deretan mobil box. Emosi, dia memarkirkan mobilnya di dekat mobil box itu, lalu turun dengan pistol yang dipegangnya sejak tadi.
Dia berjalan penuh emosi menghampiri orang-orang yang sama-sama berjalan mendekatinya. Tepat di antara sepuluh meter jaraknya, mereka semua berhenti melangkah. Situasi sudah seperti akan ada peperangan. Bedanya, Ethan akan berjuang melawan banyak sekali orang. Ini sungguh tidak masuk akal.
"Kalian ingin darah? Akan kuberi darah!" teriak Ethan dengan angkuh.
Salah seorang lelaki gendut yang membawa gergaji mesin itu menyunggingkan senyuman. Dia menoleh ke arah rekan-rekannya, lalu menatap Ethan dengan pandangan menantang.
"Cih!" Lelaki gendut itu meludah. "Seorang sepertimu ingin mengalahkan kami yang banyak ini? Jelas tidak mungkin."
Tidak ingin kalah. Ethan menggigit bibir bagian bawahnya hingga meneteskan darah segar. Dia mengeluarkan dua buah pistol dengan jenis yang dipakainya tadi. Kemudian dia menembak satu per satu dari mereka secara brutal.
Dia bersorak penuh kemenangan. Entahlah, dia seperti orang yang sedang dirasuki. Dia benar-benar sangat brutal. Namun, akibat tembakan sembarang, membuatnya kehabisan peluru dan orang yang harus dihadapinya pun masih tersisa sangat banyak.
Kedua senjata tak berpeluru itu dilemparkan ke tanah. Lalu dia menantang mereka dengan ucapan angkuhnya, "Lawan tangan kalau berani!"
Sedikitnya ada hal aneh yang terasa di sini. Mereka menuruti ucapan Ethan. Menurunkan senjata dan mulai mengepung Ethan dari berbagai arah.
Ethan meneguk air ludahnya sendiri. Ucapannya benar-benar dipatuhi oleh mereka. "Jika aku meminta untuk dibebaskan, apa mereka akan memgikutinya juga?" pikirnya.
Semua orang mulai berlari menyerang Ethan secara bersamaan. Ethan kewalahan, dia hanya dapat menangkis pukulan demi pukulan, tapi dia tidak dapat membalas setiap pukulannya.
Kali ini dia berhadapan dengan si lelaki gergaji besi. Dia memang gendut, tapi itu malah membuat otot tangannya semakin terlihat jelas. Mereka berdua saling memandang.
"I'm Jacky, call me Jack," ujar lelaki gergaji besi yang ternyata namanya adalah Jack.
"Baiklah. Daripada bertarung, lebih baik kita berkenalan saja." Ethan tersenyum memperlihatkan barisan giginya.
Jack mengangkat sebelah alisnya. Lalu melangkah maju dan menampar Ethan bolak-balik secara berturut-turut. Wajah Ethan bergerak ke kanan dan ke kiri memgukuti arah tamparan dari Jack. Bahkan, saat Jack memghentikan tangannya, Ethan masih menggerakkan kepalanya.
Melihat hal itu Jack segera menendang perut Ethan sehingga membuat terpental cukup jauh ke belakang. Dia tersungkur ke tanah tepat di bawah kaki seseorang dengan sepatu kulit hitam mengkilat. Dia segera melihat ke arahnya.
"Apa-apaan ini?!" tanyanya dipenuhi dengan amarah.
Semua orang yang telah berhasil dilumpuhkan olehnya kembali berdiri dengan posisi siap. Cairan berwarna merah mengotori tubuh mereka.
Di dalam hatinya, Ethan bertanya-tanya, "Apakah mereka adalah zombie?"
"Baiklah, Tuan Charles alias Tuan Carl. Tolong jelaskan kepadaku, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ethan, menuntut penjelasan."Jaga sikapmu, Ethan!" peringat Bryan, hendak memukul Ethan, tapi dihalau oleh Adam."Kendalikan dirimu!" kata Adam menekankan.Bryan melihat langsung ke arah sorot mata Adam. Mereka berdua saling bertatapan dengan sorot mata yang sama tajamnya. Bryan menggunakan jari tengah dan jari telunjuknya mengarah ke sorot matanya, lalu beralih ke sorot mata Adam."Hey! Bawakan masing-masing satu senapan untuk mereka," sahut Carl, membuat keduanya kembali saling berjauhan. "Perlu diingatkan kembali, kalian bukanlah anak-anak lagi. Jadi, bersikaplah sedikit lebih dewasa. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele saja.""Maaf," lirih Bryan, berdiri di samping Ethan.Carl mengangguk pelan. Menatap lekat ke arah Ethan. "Jadi, penjelasan seperti apa yang kamu harapkan?""Apa pun itu, tolong jelaskan!" p
Kejadian aneh sedang terjadi di kota Numeria bagian barat. Ribuan rumah kehilangan koneksi jaringan. Semua lampu gedung, perumahan, hingga lampu jalan, semuanya mati total. "Dasar pencuri, pergilah dari sini!" teriak pemilik toko ikan di pasar. Dalam keadaan yang cukup gelap, membuat wajah orang itu tidak terlihat. Mereka yang menyaksikan hanya dapat melihat warna rambutnya yang putih. Pemilik toko itu memukulinya tanpa ampun. Namun, orang itu hanya diam, tidak melawan dan tidak mengeluarkan sedikit pun suara. Tanpa disadari olehnya, ada seorang berjubah hitam di belakangnya. Dengan senjata api yang ditodongkan tepat ke arah kepalanya. Tidak ada yang mengetahuinya, karena keadaan di sana benar-benar gelap. "Berdiri dan pergilah dari sini!" Pemilik toko terus menyiksa orang itu. Hingga pada saat lampu menyala, terlihat jelas wajah semua orang yang berada di sana. Termasuk seorang lelaki yang telah dihakimi atas dasar pencurian. Bertepat
Bryan menggiring si pencuri masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap. Hanya terdapat sedikit pencahayaan yang terpancar dari sebuah kaca di bagian atap ruangan."Beri penghormatan terlebih dahulu!" pinta Bryan.Si pencuri itu melongo. "Siapa yang harus diberi penghormatan? Lantas, mengapa aku harus menghormatinya?"Seorang lelaki misterius memutar arah kursi yang sedang didudukinya menghadap Bryan dan si pencuri. Bryan yang menyadarinya pun memberi penghormatan dengan sedikit membungkukkan tubuh ke depan.Berbeda dengan si pencuri. Dia hanya menatap penuh tanda tanya kepada lelaki misterius itu. Bryan menarik dan meminta untuk mengikutinya."Welcome to your new house, Ethan," sambut lelaki misterius.Ethan Paulus, nama dari seorang lelaki albino yang sebelumnya dituduh sebagai pencuri. Dia tersentak. Tidak percaya jika ada yang mengenalnya."Siapa kamu? Dari mana kamu mengetahui namaku?" tanya Ethan."Tidak perlu bingung, juga
Ethan berdiri mematung. Tangannya masih terangkat, bersamaan dengan pistol yang dipegangnya perlahan mulai jatuh tepat ke depan kakinya. Semua orang benar-benar terkejut. Perlahan dia mulai kehilangan kesadaran diri. Dengan posisi siap, tubuhnya tersungkur ke atas tanah. Dengan sigap, Adam mengangkat dan segera membawanya pergi ke rumah sakit. Adam memasang wajah datar. Mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Hingga tiba di rumah sakit, dia berlarian kecil memanggil Dokter untuk segera menangani Ethan. "Tolong segera periksa dia," titah Adam dengan tatapan yang datar. Dokter segera mengerahkan perawat untuk membawa Ethan. Sekitar dua puluh menit lamanya Dokter memeriksa. Adam masih menunggu. Dengan raut wajah tanpa ekspresi, Adam duduk tegak di kursi tunggu. Sesekali dia melihat ke ruangan tempat Ethan berada. Cukup lama menunggu. Pintu itu perlahan terbuka. Menampakan perawakan seorang
"Baiklah, Tuan Charles alias Tuan Carl. Tolong jelaskan kepadaku, sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ethan, menuntut penjelasan."Jaga sikapmu, Ethan!" peringat Bryan, hendak memukul Ethan, tapi dihalau oleh Adam."Kendalikan dirimu!" kata Adam menekankan.Bryan melihat langsung ke arah sorot mata Adam. Mereka berdua saling bertatapan dengan sorot mata yang sama tajamnya. Bryan menggunakan jari tengah dan jari telunjuknya mengarah ke sorot matanya, lalu beralih ke sorot mata Adam."Hey! Bawakan masing-masing satu senapan untuk mereka," sahut Carl, membuat keduanya kembali saling berjauhan. "Perlu diingatkan kembali, kalian bukanlah anak-anak lagi. Jadi, bersikaplah sedikit lebih dewasa. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele saja.""Maaf," lirih Bryan, berdiri di samping Ethan.Carl mengangguk pelan. Menatap lekat ke arah Ethan. "Jadi, penjelasan seperti apa yang kamu harapkan?""Apa pun itu, tolong jelaskan!" p
Adam memgemudikan mobil layaknya sedang mengendalikan kemudi sebuah permainan. Memutar kemudi 360° ke kanan, lalu ke arah sebaliknya. Menabrak satu per satu orang yang menghalanginya."Ambil senjatamu!" perintah Adam, pandangan masih fokus ke depan.Ethan hanya terdiam, sedikit pun tidak menanggapi Adam. Lelaki itu kesal, mengemudikan mobil semakin asal."Di mana aku bisa mendapatkannya?" tanya Ethan, sedikit gemetar.Adam menunjuk kursi belakang. Ethan segera mencari barang yang dimaksudnya. Karena guncangan yang disebabkan cara mengemudi Adam, dia kesulitan mengambil senjatanya.Amarah Adam mulai memuncak, dia memgancam Ethan untuk segera bertindak. "Cepat! Atau akan kuturunkan kamu di sini."Baru saja tangannya hendak menyentuh senjata api jenis Glock Meyer 22, tapi pistol itu terjatuh ke bawah kursi. Penuh usaha lebih untuk mendapatkannya.Ethan masih sangat fokus dengan pistolnya. Sedangkan Adam sudah kewalahan karena mobil y
Ethan berdiri mematung. Tangannya masih terangkat, bersamaan dengan pistol yang dipegangnya perlahan mulai jatuh tepat ke depan kakinya. Semua orang benar-benar terkejut. Perlahan dia mulai kehilangan kesadaran diri. Dengan posisi siap, tubuhnya tersungkur ke atas tanah. Dengan sigap, Adam mengangkat dan segera membawanya pergi ke rumah sakit. Adam memasang wajah datar. Mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Hingga tiba di rumah sakit, dia berlarian kecil memanggil Dokter untuk segera menangani Ethan. "Tolong segera periksa dia," titah Adam dengan tatapan yang datar. Dokter segera mengerahkan perawat untuk membawa Ethan. Sekitar dua puluh menit lamanya Dokter memeriksa. Adam masih menunggu. Dengan raut wajah tanpa ekspresi, Adam duduk tegak di kursi tunggu. Sesekali dia melihat ke ruangan tempat Ethan berada. Cukup lama menunggu. Pintu itu perlahan terbuka. Menampakan perawakan seorang
Bryan menggiring si pencuri masuk ke dalam ruangan yang sangat gelap. Hanya terdapat sedikit pencahayaan yang terpancar dari sebuah kaca di bagian atap ruangan."Beri penghormatan terlebih dahulu!" pinta Bryan.Si pencuri itu melongo. "Siapa yang harus diberi penghormatan? Lantas, mengapa aku harus menghormatinya?"Seorang lelaki misterius memutar arah kursi yang sedang didudukinya menghadap Bryan dan si pencuri. Bryan yang menyadarinya pun memberi penghormatan dengan sedikit membungkukkan tubuh ke depan.Berbeda dengan si pencuri. Dia hanya menatap penuh tanda tanya kepada lelaki misterius itu. Bryan menarik dan meminta untuk mengikutinya."Welcome to your new house, Ethan," sambut lelaki misterius.Ethan Paulus, nama dari seorang lelaki albino yang sebelumnya dituduh sebagai pencuri. Dia tersentak. Tidak percaya jika ada yang mengenalnya."Siapa kamu? Dari mana kamu mengetahui namaku?" tanya Ethan."Tidak perlu bingung, juga
Kejadian aneh sedang terjadi di kota Numeria bagian barat. Ribuan rumah kehilangan koneksi jaringan. Semua lampu gedung, perumahan, hingga lampu jalan, semuanya mati total. "Dasar pencuri, pergilah dari sini!" teriak pemilik toko ikan di pasar. Dalam keadaan yang cukup gelap, membuat wajah orang itu tidak terlihat. Mereka yang menyaksikan hanya dapat melihat warna rambutnya yang putih. Pemilik toko itu memukulinya tanpa ampun. Namun, orang itu hanya diam, tidak melawan dan tidak mengeluarkan sedikit pun suara. Tanpa disadari olehnya, ada seorang berjubah hitam di belakangnya. Dengan senjata api yang ditodongkan tepat ke arah kepalanya. Tidak ada yang mengetahuinya, karena keadaan di sana benar-benar gelap. "Berdiri dan pergilah dari sini!" Pemilik toko terus menyiksa orang itu. Hingga pada saat lampu menyala, terlihat jelas wajah semua orang yang berada di sana. Termasuk seorang lelaki yang telah dihakimi atas dasar pencurian. Bertepat