Beranda / Urban / The Real Successor / 45 | Cari Aku Begitu Kau Bisa Keluar

Share

45 | Cari Aku Begitu Kau Bisa Keluar

Penulis: Azra Tyas
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-19 12:39:15
"Aku senang mendengarnya, kabar bagus sekali ini, Ndrew!" seringai Surya begitu lebar dengan pekerjaan yang aku tawarkan kepadanya, "Katakan aku harus mencari informasi tentang siapa?" lanjut Surya terlihat bersemangat.

Sambil memberikan secarik foto aku mulai penjelasanku, "Aku ingin kamu mencari segala informasi tentang wanita dalam foto itu! Sebutkan saja segala informasi yang kamu butuhkan, aku akan mempersiapkan semua untukmu sejauh mana yang aku tahu tentangnya."

"Hmmm, seleramu sangat bagus, aku pun keder padahal hanya melihat fotonya!" entah itu terkesan atau menyindirku, mata Surya terlihat terpukau melihat foto yang aku berikan kepadanya itu.

"Aku minta jangan terlalu lama, karena aku harus segera menemukannya untuk menagih hutang!" jelasku kemudian.

"Afrina Diannova. Oke, sore ini akan aku beri kabar. Aku akan memperhitungkan kapan kamu bisa mendapatkan semua jawabannya dengan lengkap! Untuk berapa lama tergantung berapa banyak yang bisa kamu kucurkan untuk melancarkan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Real Successor   46 | Cari Aku Begitu Kau Bisa Keluar #2

    Di dalam jeruji besiku, seusai membersihkan diri, aku melakukan sedikit pemanasan untuk menghilangkan rasa lelahku. Sambil menunggu waktu tidur tiba, aku menghabisakan tenagaku untuk melatih diri sembari memperlancar gerakanku. Tapi di sisi lain di ujung tempat tidur, Wawan terlihat murung dan menunduk gusar. "Apa yang terjadi kepadamu, Wan?" tanyaku di sela-sela sit-up ku di lantai. "Aku dengar Mas Andrew akan segera keluar, apa itu benar?" tanya Wawan tanpa gairah. "Ya kemungkinan dalam waktu dekat ini." jawabku singkat sambil meneruskan pemanasan. "Lalu aku bagaimana? Baru saja menjadi teman Mas Andrew, aku bisa merasakan tidak ada orang yang berani menggangguku. Kita juga baru saja latihan, aku rasa belum cukup kemampuanku menjaga diri." terlihat jelas kecemasan di wajah Wawan, alisnya mengerut turun dari tengah, begitu memelas. "Selama aku belum keluar, kita latihan sesering mungkin, aku sudah memikirkannya, Wan!" aku menjeda sejenak latihanku, lalu naik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • The Real Successor   47 | Kebebasan

    Aku diajak pulang ke rumah Nyonya Margareth. Begitu sampai di halamannya, aku, Romi dan juga Alex begitu terpukau saat pertama turun dari mobil dan melihat kemegahan kediaman Nyonya Margareth yang kini terpampang di hadapan kami. Di samping rumah beliau terparkir Kitplane Trigear berwarna putih dengan garis biru, menambah betapa ia memiliki dominasi kekuasaan yang tersembunyi dibalik kesahajaannya. Aku semakin salut dengan beliau. Beliau mempersilakan kami semua masuk ke dalam rumahnya. Dan begitu sampai di ruang tamu. Langit-langitnya begitu tinggi sekitar 6 sampai 7 meter, bermotif awan cerah dan lampu-lampu kristal yang cantik nan elegan. "Untuk sementara waktu Andrew bisa menempati rumah ini. Tapi jika kamu memilih nyaman berada di sini, kamu bisa di sini selamanya. Aku akan lebih senang dengan itu, karena aku tinggal hanya dengan para pelayan jadi aku bisa merasa ada yang menjagaku. Semuanya terserah kepadamu, Nak!" ucapan itu memperlihatkan beliau begitu memperhatikanku, per

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • The Real Successor   48 | Kekecewaan

    Begitu tiba di kantor kecil perusahaan yang sedang aku ambil alih, aku masih menahan geli setiap melihat pandangan tajam Romi kepadaku. Ia terlihat begitu marah dan cemberut. Alex yang sudah lebih dulu menunggu ku di ruang kerja bersama Pak Suhendra dari tadi ikut mengamati gelagat ngambek Romi itu. "Kenapa si Romi, mas? Mukanya ditekuk gitu?" tanya Alex di sela-sela memeriksa dokumen-dokumen keuangan dan pajak milik kantor baru kami. "Mas Andy mengerjaiku! Masih belum puas dengan penderitaanku tadi? Ayo, ayo mau ngerjain apalagi sekarang?" sahut Romi dengan wajah kesalnya kepadaku. "Sudah-sudah yang tadi saja sudah membuat perutku kaku!" aku terus saja terbahak-bahak. Aku tak mampu menjelaskan, yang ada aku hanya bisa tertawa saja pjika harus mengingat kejadian yang dialami Romi tadi di tengah pengangkatan dirinya sebagai anggota baru Geng Brewok. "Memangnya kenapa Rom?" tanya Alex lagi karena mendengar nama geng itu lagi membuat telinga Alex seakan ingin menelisik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • The Real Successor   49 | Si Tukang Cari Gara-Gara

    "Mas, tadi itu bener-bener menawan, Mas! Aku yakin Fenno akan meradang karena ucapan Mas tadi!" tawa Alex menggila membayangkan raut Fenno yang selalu merasa di atas angin bisa begitu saja terjungkal ke dasar tanah karena ucapanku. Tak henti-henti Alex membicarakan kejadian tadi, "Blacky si anjing! Aku yakin cuma mas yang bisa melakukan hal itu kepadanya." Lalu gelaknya itu terhenti sesaat, Alex terlihat menyangsikan suatu hal, "Tapi aku masih heran kenapa dia bisa mengikutiku? Dari mana ia tahu aku sekarang kerja sama Mas?" "Mata-matanya tersebar di mana saja! Jadi tidak usah begitu heran akan tindakannya, dulu aku juga begitu." balasku itu membuat Alex menjadi cemas dan mulai memperhatikan kaca spion beberapa kali, mungkin baginya sekarang pun perjalanan kami ada yang mengikuti. "Kamu nggak perlu khawatir, aku akan buat posisiku seimbang dengannya!" tegasku sembari membenarkan posisi spion di tengah kami berdua, "Ia tidak semata-mata mengikuti kita begitu saja, perjalanan kita masi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • The Real Successor   50 | Si Tukang Cari Gara-Gara #2

    "Jangan kawatir, aku tentu saja tidak lupa atas semua ucapanku, Pak Carlen yang terhormat! Aku juga tidak akan menariknya, kalian lakukan saja semau kalian! Tapi Fenno memintaku datang bukan untuk hal yang tidak berguna. Kalian membutuhkan tanda tangan persetujuanku untuk pengangkatannya, bukan?" targetku tepat di sasaran, "Untungnya Fenno tidak lupa aku masih harus mewakili sebagai ahli waris mamaku di sini! Dan semua itu tidak bisa Anda hapuskan begitu saja Nyonya Karina. Mamaku juga salah satu founder perusahaan ini, putramu yang baik tentu saja tidak bisa menyingkirkan itu." Mata Karina seketika melotot tegang begitu aku melangkah melewatinya dan mendekati Papaku, "Dasar ular! Kamu tidak hentinya berkeliaran di kehidupanku!" "Jangan lupa Nyonya, kita berasal dari keluarga yang sama, jadi kemungkinan besar kini, Andalah ratunya!" tak putus aku menjawab semua perkataan ibu tiri sekaligus adik kandung mamaku ini. Papa terus menatapku hingga aku sampai ke hadapannya dan bertanya d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • The Real Successor   51 | Jangan Meredup

    "Kemudian Andrew, bisa kamu jelaskan kepadaku tentang semua yang sudah kamu lakukan?" ini pasti karena laporan dari Alex, sehingga Tante Margareth siap mencecar penjabaran kepadaku. Senyum Tante kali ini membuat bulu kudukku merinding. "Aku?" tanyaku resah sembari menelan ludah. Lalu aku mengambil duduk di salah satu kursi di samping kanan Tanteku itu, "... Alex menceritakan apa saja kepada Tante?" sambungku bingung harus mulai dari mana. Karena sudah banyak yang terjadi semenjak kebebasan ku dari penjara. "Pertama geng-geng apa itu...? Aku mendengar dari Romi soal geng itu! Jelaskan kepadaku apa gunanya kamu bergabung dengan mereka!" tanya Tante Margaret dengan intonasi agak tinggi daan cepat, "Alex juga menceritakan banyak sekali hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidupmu itu! Apa kamu melakukan semuanya tanpa pikir panjang, hah?" sambil masih menggenggam garpunya, Tante mulai menggebrak jengkel ke atas meja. Kamu tidak lagi hidup di jalanan, kamu pasti paham itu kan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • The Real Successor   52 | Menagih Janji

    Pelatuk glock itu ditarik, mata pria itu berkedip, tatapannya seolah berbicara : menghentikanku ... atau mati. "Bajingan dari neraka mana kamu datang, hah?" pekau ku padanya. Benar, si bajingan itu adalah Mario. "Berandalan brengsek! Sudah begitu lama ku tunggu tapi kamu tidak juga menemuiku!!" balasnya kemudian, Aku meraba ada celah kelengahan di sela-sela ceracaunya itu, aku gunakan kesempatan sempit itu untuk menendanng sekuatnya pergelangan pria arogan itu karena hanya aku yang boleh arogan di ruangan ini, dan DARRR! Tembakan itu mengenai dinding di samping kananku. Shitt! Dia benar-benar ingin membakku! Saat ia hendak berbalik mengarah padaku, secepat kilat aku meraih leher dan tanganya yang lain. Aku lipat tangan kirinya ke belakang. Ku cekik leher pria ini dengan gemas di antara lipatan siku kananku dengan seluruh tenaga. Sedangkan ujung glock yang masih di pegangnya, ku jauhkan dari diriku. "Aku harus menghabisi mu!" ujar Mario dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • The Real Successor   53 | Auction

    Pagi ini di sinilah aku berada. Di ruang auction milik bank, untuk mengantongi properti pertamaku. "Aku masih tidak percaya Anda kukuh sekali dengan rumah ini, padahal aku sudah menawarkan lokasi lain yang lebih luas, tapi tetap saja pilihan Anda tidak berubah." keluh Pak Suherman begitu mengambil duduk di sebelahku. "Lokasi ini paling cocok dengan ku, Pak! Jaraknya cukup dekat dengan pasar besar, anak buahku dengan mudah bisa sampai ke sana setiap saat!" ujarku sambil menangkap keresahan di matanya. "Ayolah nak Andrew, pilihan yang ku berikan bahkan lebih dekat dengan pasar itu! Tapi sudahlah, aku percaya saja pada intuisi mu!" senyuman pungkas diberikan Pak Suherman padaku, akhirnya beliau menyerah sambil telunjuknya mengetuk di atas file properti yang akan dilelang hari ini, "Mari bekerja, kita dapatkan rumah ini!" Aku suka gaya optimisnya ini, dia selalu memenangkan banyak kasus, ya memang beliau cukup selektif, tidak semua kasus yang datang, mau ia tangani. Tapi untuk kasus-ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07

Bab terbaru

  • The Real Successor   59 | Bukan Menyerang Dahan, Tapi Akar #2

    Aku geram, Alex banyak sekali melontarkan alasan untuk ngotot ikut denganku di penangkaran. Sudah ku katakan keadaan di sana masih berbahaya. Sedangkan aku sangat membutuhkan dia di kantor pusat. Produk kosmetik tante ku sedang gencar-gencarnya dicari di pasaran. Bagaimana ia bisa mengabaikan begitu saja perintahku. Bersikap santai seolah-olah tidak terjadi bahaya yang mengintai di penangkaran kami."Siapa yang dari dari tadi mengikuti kita di belakang?" tanyaku heran, sudah lebih dari setengah jam mobil di belakangku mengekor tanpa henti bahkan kecepatan mobil itu menyesuaikan dengan mobil yang ku kendarai."Gondes, aku lihat mas Andrew kukuh tidak mau mengajakku jadi ya buat menambah kewaspadaan kita, aku membawa gondes beserta grupnya." cengenges Alex membanggakan apa yang telah dilakukannya."Lex, tau apa yang sudah kamu lakukan? Tindakanmu justru akan memancing kemarahan mereka! Kenapa kamu bisa seceroboh ini? Bantuan mereka aku abaikan, kita malah membawa bantuan semacam ini!"

  • The Real Successor   58 | Bukan Menyerang Dahan, Tapi Akar

    "Kamu harus makan dengan banyak, jangan lupakan makan siang! Musuhmu mudah melemahkanmu di saat kamu lapar!" sergah Tante Margareth mengagetkanku, beliau tiba-tiba berada di depan meja kerja ku sembari menyodorkan kotak makan bersusun yang terbuat dari kaca dengan ornamen indah pada tutup dan pegangannya."Terima kasih, Tante untuk makan siangnya! Maaf aku tidak ikut dalam peluncuran produk kita, aku malah menyerahkan semua kepada Tante!" aku mengiba karena wajah tanteku tampak lelah sekali siang ini."Aku paham kamu sedang banyak masalah di penangkaran. Mengurusi mutiara, mengurusi karyawan yang kena musibah, belum lagi perbaikan laboratoriummu. Justru aku senang bisa membantumu, Nak!""Apalah aku tanpa Tante! Tante sudah makan? Ayo makan bersamaku!""Setelah lounching produk kita, aku sangat bersemaangat karena respon masyarakat yang bagus kepada kita! Gabungan antara mutiara premium, bluberry dan yuju orange. Mereka sangat tertarik dengan kombinasi produk kita itu! Saking senangnya

  • The Real Successor   57 | Mereka Geng Yang Sama

    Aku segera mendatangi lokasi penangkaran yang diserang itu, "Berapa orang yang datang?" aku menanyai beberapa security yang bertugas siang ini. Mereka hanya bisa menunduk dan gemetar, ruang kemanan terlihat rusak parah. Kantor bagian depan dan tengah juga bernasib sama. Semua akuarium besar pun tak luput dari sepakan-tendangan dan penghancuran geng bengal itu. Pos penjagaan saja serusak itu, bisa ku bayangkan bagaimana keadaan orang-orang di dalamnya. Mereka sengaja terlebih dulu menghancurkan CCTV, sebelum menyerang ruang tengah sebagai sasaran utama mereka. Sengaja agar wajah dan tindak tanduk mereka tidak terbaca. Menurut cerita yang kudapat dari security yang bertugas, dengan sekali tebas menggunakan parang yang mereka bawa, mereka bisa meremukkan alat perekam itu hingga menjadi kepingan yang kini aku saksikan puingannya berceceran di atas lantai."Menurut rekan kami, mereka berjumlah sekitar lima puluhan orang, Pak! Menyerang dari depan dan memporak-porandakan semua, pak!" teran

  • The Real Successor   56 | Gangguan Datang

    Akhirnya aku bisa kembali ke kantorku. Masih lekat di ingatanku, betapa lucunya wajah Fenno menahan sakit. Tapi gadis itu, bagus juga pertahanan dirinya. Dia bisa membuat Fenno tak berkutik kepadanya. Lumayan untuk sebuah hiburan. Aku mulai melajukan mobilku keluar dari tempat parkir dan bersiap menuju jalan utama. Namun, ... Cyiiittt! Hampir saja aku menabrak seorang wanita yang melintas di depan mobilku tiba-tiba. Hijab hitam menutupi kepalanya. Dan gaun kuning emas itu, itu gadis yang sama yang tadi memberi pelajaran untuk Fenno. "Cepat lajukan mobilnya!" perintahnya setelah dengan cepat ia memasuki mobilku. Tanpa menengok ke arah belakang atau lainnya, aku menuruti saja permintaannya itu. Lagipula aku juga harus segera kembali ke kantor. Napas gadis itu berantakan, masih memandangi belakang dan spion. Ia terlihat resah jika masih ada yang mengikuti. Apa mungkin Fenno masih mengikutinya? "Kamu sudah aman!" entah mengapa aku keluarkan kata-kata itu. "Kamu nggak paham orang

  • The Real Successor   55 | Membela Diri

    "Hello kakak? Sedang bersantai di sini juga rupanya? Kebetulan sekali!" ujar Zico dengan senyuman miring angkuhnya, dengan langkah kakinya yang dibuat searogan mungkin, ia semakin mendekati aku. "Mari bergabung ke meja kami! Kami sedang mengadakan pertemuan dengan orang penting jadi mungkin Anda tertarik untuk menambah daftar kolega! Mumpung kami memberikan kesempatan!" ajak besar mulut Zico sembari menyerahkan minuman dingin berwarna putih bening itu kepadaku. "Kebetulan kami punya urusan yang harus diselesaikan, jadi lain waktu saja aku bergabung!" jawabku sembari memundurkan kursi hendak beranjak dari hadapan pemuda tengil ini. "Eits! Mengapa harus terburu-buru!" Zico menahan lenganku membuatku menghentikan langkah, "Tidak baik mengabaikan waktu pertemuan dengan saudara laki-lakimu, Kak. Lagi pula kita jarang punya waktu berbincang, ada baiknya Kakak ikut memberi saran dengan cara kerja kami mengelola perusahaan yang baru diberikan kepada kami ini." Lanjut Zico dengan

  • The Real Successor   54 | Siap Untuk Bertempur

    "Semua pembiayaan sudah siap, sample juga sudah lolos uji. Aku akan segera menghubungi ibu Margareth dengan kabar baik ini." terang Alex sumringah di sela-sela rapat tertutup kami membicarakan rencana besar ku untuk mulai meruntuhkan Fenno. "Lengkapi semua dokumen biar dia juga bisa mengecek kekurangan produk ini ada di mana. Kita akan siap bekerjasama dengan perusahaan tante ku itu, aku yakin beliau tidak akan menduga jika itu kita." timpalku sembari menandatangani dokumen yang terakhir. "Ya untungnya Belva menyambut baik teleponku, aku tidak menyangka dia bekerja di perusahaan Ibu Margareth," ada nada aneh saat Alex mengatakan ini, tapi aku rasa ada sesuatu terjadi dengannya dan Belva, "Tapi tidak mengapa, dengan begini kita mendapatkan jalan pintas dan kolega yang terpercaya." "Apapun itu yang terjadi padamu dan Belva jangan sampai mempengaruhi pekerjaan!" sindirku ku bubuhi dengan senyuman. "Ah, nggak masalah, aku hanya tidak menyangka bertemu lagi dengan kawan

  • The Real Successor   53 | Auction

    Pagi ini di sinilah aku berada. Di ruang auction milik bank, untuk mengantongi properti pertamaku. "Aku masih tidak percaya Anda kukuh sekali dengan rumah ini, padahal aku sudah menawarkan lokasi lain yang lebih luas, tapi tetap saja pilihan Anda tidak berubah." keluh Pak Suherman begitu mengambil duduk di sebelahku. "Lokasi ini paling cocok dengan ku, Pak! Jaraknya cukup dekat dengan pasar besar, anak buahku dengan mudah bisa sampai ke sana setiap saat!" ujarku sambil menangkap keresahan di matanya. "Ayolah nak Andrew, pilihan yang ku berikan bahkan lebih dekat dengan pasar itu! Tapi sudahlah, aku percaya saja pada intuisi mu!" senyuman pungkas diberikan Pak Suherman padaku, akhirnya beliau menyerah sambil telunjuknya mengetuk di atas file properti yang akan dilelang hari ini, "Mari bekerja, kita dapatkan rumah ini!" Aku suka gaya optimisnya ini, dia selalu memenangkan banyak kasus, ya memang beliau cukup selektif, tidak semua kasus yang datang, mau ia tangani. Tapi untuk kasus-ka

  • The Real Successor   52 | Menagih Janji

    Pelatuk glock itu ditarik, mata pria itu berkedip, tatapannya seolah berbicara : menghentikanku ... atau mati. "Bajingan dari neraka mana kamu datang, hah?" pekau ku padanya. Benar, si bajingan itu adalah Mario. "Berandalan brengsek! Sudah begitu lama ku tunggu tapi kamu tidak juga menemuiku!!" balasnya kemudian, Aku meraba ada celah kelengahan di sela-sela ceracaunya itu, aku gunakan kesempatan sempit itu untuk menendanng sekuatnya pergelangan pria arogan itu karena hanya aku yang boleh arogan di ruangan ini, dan DARRR! Tembakan itu mengenai dinding di samping kananku. Shitt! Dia benar-benar ingin membakku! Saat ia hendak berbalik mengarah padaku, secepat kilat aku meraih leher dan tanganya yang lain. Aku lipat tangan kirinya ke belakang. Ku cekik leher pria ini dengan gemas di antara lipatan siku kananku dengan seluruh tenaga. Sedangkan ujung glock yang masih di pegangnya, ku jauhkan dari diriku. "Aku harus menghabisi mu!" ujar Mario dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan di

  • The Real Successor   51 | Jangan Meredup

    "Kemudian Andrew, bisa kamu jelaskan kepadaku tentang semua yang sudah kamu lakukan?" ini pasti karena laporan dari Alex, sehingga Tante Margareth siap mencecar penjabaran kepadaku. Senyum Tante kali ini membuat bulu kudukku merinding. "Aku?" tanyaku resah sembari menelan ludah. Lalu aku mengambil duduk di salah satu kursi di samping kanan Tanteku itu, "... Alex menceritakan apa saja kepada Tante?" sambungku bingung harus mulai dari mana. Karena sudah banyak yang terjadi semenjak kebebasan ku dari penjara. "Pertama geng-geng apa itu...? Aku mendengar dari Romi soal geng itu! Jelaskan kepadaku apa gunanya kamu bergabung dengan mereka!" tanya Tante Margaret dengan intonasi agak tinggi daan cepat, "Alex juga menceritakan banyak sekali hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidupmu itu! Apa kamu melakukan semuanya tanpa pikir panjang, hah?" sambil masih menggenggam garpunya, Tante mulai menggebrak jengkel ke atas meja. Kamu tidak lagi hidup di jalanan, kamu pasti paham itu kan,

DMCA.com Protection Status