Beranda / Romansa / The Poison Of Love / BAB 4 Jodohkan aku

Share

BAB 4 Jodohkan aku

Penulis: Littlegreen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 21:29:12

Setelah selesai mengobati Tyran, ada seorang yang terus saja mengikuti Ariadne dari tadi.

"Kenapa terus mengikutiku?" kata Ariadne dengan nada tegas, tetapi matanya menghindari tatapan pemuda di hadapannya.

"Karena aku suka padamu," balas Xylon tanpa ragu.

"Pergi sana! Aku tidak suka padamu," sahut Ariadne lagi, lebih keras kali ini, berusaha menahan emosi yang sudah mendidih dalam dadanya.

"Aku akan terus menempel padamu. Tidak peduli kau suka atau tidak," jawab Xylon mantap, senyumnya kecil tapi penuh makna.

Saat kegiatan nya mengekori Ariadne, Xyon dipanggil oleh serorang prajurit dan dinyatakan bahwa raja ingin berjumpa dengan Xylon. 

Namun, kedamaian momen itu segera terganggu ketika seorang prajurit datang tergopoh-gopoh. "Jenderal Xylon!" seru prajurit itu dengan suara tegas. "Raja memanggil Anda. Beliau ingin bertemu segera."

Xylon menghela napas berat, menatap Ariadne sekali lagi sebelum menoleh pada prajurit tersebut. “Hah, kenapa selalu di waktu yang salah?” gumamnya.

"Jenderal?" ulang prajurit itu, kebingungan melihat Xylon tidak bergerak.

“Ya!” balas Xylon. Xylon malas pergi, Xylon ingin terus bersama dengan Ariadne nya. 

Xylon mendengus. "Huh, baiklah. Tugas tetaplah tugas," katanya sambil melirik Ariadne untuk terakhir kalinya. Dalam hati, ia berjanji akan kembali nanti.

Sebelum ke  istana, Xylon menuju kediamannya yang besar. Sebagai jenderal, rumahnya memang megah, lengkap dengan pelayan-pelayan yang selalu siap siaga. Setelah mandi cepat, mengenakan pakaian kebesarannya, dan menyesuaikan pedangnya, Xylon pergi keistana. Di sana, raja sudah menunggunya dengan wajah serius.

Xylon berlutut dengan penuh formalitas. "Hormat, Paduka Raja. Saya, Jenderal Xylon, menghadap kepada Matahari Kekaisaran," ucapnya.

Raja mengangguk ringan. "Kau sudah lelah, Jenderal. Berdirilah."

Xylon bangkit perlahan, mencoba memasang ekspresi serius meski pikirannya masih di ruangan medis bersama Ariadne.

“Langsung saja ke intinya,” ujar raja dengan nada berat. “Aku ingin kau pergi ke wilayah Selatan. Kabar buruk datang dari sana. Jenderal yang memimpin pasukan telah mati, dan setengah pasukan kita telah habis. Aku ingin kau membawa pasukanmu untuk menyelesaikan pertempuran di sana. Jika memungkinkan, ekspansi wilayah musuh adalah prioritas.”

Xylon mendengar semua itu dengan setengah hati. "Selatan?" gumamnya pelan. "Kenapa harus aku?" pikirnya. Ia sudah membayangkan ia akan kembali berjauhan dengan Ariadne, sia sia sudah menempuh sampai mendapat gelar jendral tapi tetap saja tidak bisa bersama Ariadne. Namun ia tidak bisa langsung menolak.

Raja, yang melihat ekspresi malas Xylon, mendesah. "Baiklah, Jenderal. Apa yang kau inginkan? Aku akan mengabulkan permintaanmu."

Mendengar itu, Xylon tersenyum lebar. “Aku ingin dianugerahi gelar bangsawan tingkat atas, Paduka. Dan... satu permintaan lagi.”

Raja memicingkan matanya curiga. "Kau meminta dua permintaan ya?" tanyanya.

Xylon pura-pura merintih, memegang lengannya. "Aduh, sepertinya lengan saya terluka, Paduka Raja. Apakah Paduka tega mengirimkan prajurit yang terluka ke medan perang?"

“Pertama, kau bukan prajurit, kau jenderal. Kedua, lenganmu tadi baik-baik saja!” balas raja tajam. "Aku akan memberimu gelar bangsawan tingkat atas, tapi tidak untuk permintaan lainnya!"

Xylon berpikir cepat. “Tapi Paduka, aku malas pergi ke Selatan. Di sana dingin, dan... aku alergi dingin,” katanya tanpa rasa malu.

Raja menatapnya lama, mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Alergi dingin? Benar-benar alasan konyol."

“Tapi itu benar, Paduka. Hidung saya bisa merah, dan saya bersin-bersin sepanjang hari!” kata Xylon, mencoba terlihat serius.

Raja menatap Xylon dengan ekspresi lelah yang sudah tidak bisa disembunyikan lagi. “Kau sungguh tahu cara membuatku lelah, Jenderal,” ujarnya sambil menghela napas panjang. “Baiklah, pergi ke Selatan, atau aku akan mencabut semua gelar dan fasilitasmu!”

Namun, bukannya terlihat gentar, Xylon malah menyeringai kecil. “Aku masih punya fasilitas lain, hehehe,” jawabnya santai.

Raja mengangkat alis. “Apa maksudmu?”

“Yah, kalau soal kekayaan, Paduka, saya masih punya sedikit… warisan.” Xylon mengangkat bahu dengan nada pura-pura rendah hati. Padahal, semua orang tahu bahwa ‘warisan’ yang dimaksud adalah kekayaan melimpah hasil kerja keras ayahnya sebagai pedagang besar.

Raja menatapnya lama, lalu menggelengkan kepala. “Huh... kemampuanmu sebagai jenderal memang luar biasa, tapi sikapmu ini loh. Membuatku ingin pensiun dini.”

Xylon tertawa kecil, menikmati reaksinya. “Paduka Raja, sebelum saya pergi ke Selatan, ada satu permintaan lagi.”

Raja memijat pelipisnya. “Baiklah, apa lagi permintaanmu kali ini?”

“Aku ingin Paduka menjodohkan aku,” jawab Xylon sambil menyeringai lebar, seperti anak kecil yang meminta mainan baru.

Raja tersentak. “Apa?! Kau? Jodoh?!” Tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. “Bagaimana mungkin seorang jenderal yang selama ini dikenal tidak pernah bersinggungan dengan perempuan mana pun, dan lebih sering disebut penggila perang, tiba-tiba ingin dijodohkan?!”

Xylon menggaruk tengkuknya, sedikit malu. “Yah, hidup saya ini kan perlu keseimbangan, Paduka.”

Raja mencoba menahan tawanya. “Baiklah, dengan siapa kau ingin dijodohkan?”

Dengan malu-malu, Xylon menjawab, “Ariadne.”

Raja terdiam sesaat, kemudian tertawa lagi. Kali ini lebih keras. “Kau ini lucu sekali, Xylon! Biasanya kau tampak garang kalau membahas perang atau strategi. Tapi sekarang kau seperti remaja puber yang baru pertama kali jatuh cinta!”

Wajah Xylon memerah, tapi ia tetap mencoba terlihat tenang. “Siapa Ariadne itu? Anak siapa dia?” tanya Raja sambil mencoba meredakan tawanya.

“Masih rahasia kerajaan, Paduka,” jawab Xylon dengan nada serius dan misterius. “Nanti, setelah kemenangan, saya akan memberikan laporan lengkapnya.”

Raja menggelengkan kepala. “Aku benar-benar lelah menghadapi anak satu ini,” pikirnya sambil mengusap wajahnya. “Baiklah, kalau kau menang di Selatan, aku akan memberikan dia kepadamu. Tapi kalau kau kalah, jangan harap aku akan mendengarkan permintaan apapun!”

Xylon tampak sangat senang mendengar itu. Wajahnya langsung cerah seperti anak kecil yang diberi permen. “Terima kasih, Paduka! Saya sangat senang! Perlukah saya mencium tangan Paduka sebagai tanda terima kasih?” tanyanya dengan ekspresi polos yang terlalu dibuat-buat.

Raja langsung menepis dengan ekspresi jijik. “Pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar berubah pikiran!” serunya.

Xylon membungkuk hormat, tapi senyum nakalnya tidak bisa disembunyikan. Dengan langkah ringan, ia meninggalkan ruangan audiensi, sudah merencanakan strategi berikutnya—bukan untuk perang, tapi untuk mendekati Ariadne lebih jauh.

Di luar ruang audiensi, salah satu pengawal raja yang mendengar percakapan itu menatap Xylon dengan ekspresi bingung. “Jenderal, kau benar-benar meminta dijodohkan tadi?”

Xylon menoleh dengan santai, menepuk pundak pengawal itu. “Hei, hidup ini tidak selalu tentang perang. Kadang, kau harus memenangkan hati seseorang juga. Dan percayalah, itu lebih sulit daripada pertempuran mana pun.”

Pengawal itu menggeleng pelan. 

Xylon tertawa kecil sambil berjalan pergi. 

Dan dengan itu, Xylon melangkah keluar, membawa misi baru yang jauh lebih penting di hatinya daripada perang di Selatan: memenangkan hati Ariadne. Misi yang mungkin lebih menantang daripada apa pun yang pernah dihadapinya.

Bab terkait

  • The Poison Of Love   BAB 5 Kelicikan Xylon

    Baru saja Jenderal Xylon meninggalkan ruangan audiensi dengan senyum lebar, seorang pelayan kerajaan mengantar masuk tamu berikutnya: Duchess Riri. Wanita anggun itu memasuki ruangan dengan kepala tegak, meskipun hatinya berdebar-debar. Ada sesuatu dalam nada undangan Raja yang membuatnya tidak tenang.Duchess Riri membungkuk hormat di hadapan Raja. “Salam hormat, Paduka.”Raja mengangguk singkat, lalu langsung ke pokok pembicaraan. “Duchess Riri, aku memanggilmu karena ada tugas penting yang perlu segera ditangani. Kau tahu, perang di wilayah Selatan telah memakan korban besar, termasuk di kalangan tenaga medis. Bahkan pemimpin medis kita gugur di sana. Aku membutuhkan seseorang yang mampu mengemban tanggung jawab besar itu, dan aku yakin hanya kau yang memiliki kualifikasi untuk menunjuk penggantinya.”Duchess Riri mengerutkan dahi, firasat buruknya semakin menjadi. “Paduka, saya dan para tabib kerajaan selalu siap melayani, namun tugas seperti ini memerlukan pertimbangan matang.”R

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • The Poison Of Love   BAB 1 Ariadne Kecil

    "Kenapa terus mengikutiku?" kata Ariadne dengan nada tegas, tetapi matanya menghindari tatapan pemuda di hadapannya."Karena aku suka padamu," balas Xylon tanpa ragu."Pergi sana! Aku tidak suka padamu," sahut Ariadne lagi, lebih keras kali ini, berusaha menahan emosi yang sudah mendidih dalam dadanya."Aku akan terus menempel padamu. Tidak peduli kau suka atau tidak," jawab Xylon mantap, senyumnya kecil tapi penuh makna.Raut wajah Ariadne berubah masam. Ia memutar tubuh dan berjalan menjauh dengan langkah-langkah cepat. Namun, Xylon tidak bergeming. Ia hanya berdiri di tempatnya, memandangi punggung gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan—sebuah perpaduan antara kasih sayang yang meluap-luap dan obsesi yang berbahaya.Rasa suka yang Xylon miliki untuk Ariadne bukanlah cinta biasa. Itu lebih mirip obsesi, api yang ia kobarkan tanpa kendali. Xylon tahu segalanya tentang Ariadne. Ia mengenalnya sejak kecil, gadis yang tidak punya apa apa namun kini memiliki suatu yang penting dit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • The Poison Of Love   BAB 2 Demi nama baik keluarga

    Sembilan bulan berlalu sejak Duchess Riri pertama kali mengetahui kehamilan pelayan di rumah besarnya. Sepanjang waktu itu, pelayan yang hamil itu tetap berada di bawah pengawasan ketat. Riri memastikan setiap kebutuhan dasar wanita itu terpenuhi, tetapi tanpa ada empati atau perhatian. Tidak ada yang diizinkan mendekatinya kecuali pelayan-pelayan tertentu yang dipercaya oleh Riri untuk menjaga rahasia ini.Ketika waktu persalinan tiba, suasana di rumah besar itu terasa semakin sunyi dan menegangkan. Pelayan tersebut melahirkan seorang putri yang manis di bawah pengawasan bidan dan pelayan khusus. Ketika tangis pertama bayi itu menggema, suasana yang sebelumnya dingin seakan mencair sesaat. Riri memutuskan untuk melihat bayi itu. Dengan ragu, ia melangkah masuk ke kamar tempat bayi itu berada. Riri berhenti di tepi tempat tidur, memandang bayi itu dengan tatapan sulit dibaca. Ia menoleh pada bidan yang berdiri di sudut ruangan. "Dia sehat?" tanyanya dingin.Bidan itu mengangguk cepat.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • The Poison Of Love   BAB 3 Delapan belas tahun kemudian

    Walaupun melihat kejadian seorang anak perempuan kecil dicambuk, Xylon tidak bisa berbuat apa apa. Xylon kecil hanya bisa diam, tubuhnya bersembunyi di balik pintu. Ia menyaksikan kejadian itu dengan dada bergemuruh. Xylon ingin berbuat sesuatu. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Keluarganya hanyalah pedagang besar, tanpa gelar bangsawan, meskipun ayahnya cukup dihormati karena menguasai tambang dan perdagangan rempah-rempah.Saat ingin pergi Kaki Xylon yang gemetar tanpa sengaja menyenggol vas kaca. Suara pecahan kaca itu membuat semua orang menoleh, termasuk Duchess Riri. Mata gadis itu memicing, seolah menangkap keberadaan anak laki-laki itu. Namun, sebelum ada yang bertindak, Duke Arton tiba tiba muncul, menarik tangan Xylon.Arton membawa Xylon ke hadapan ayahnya. " bocah kecil," ujarnya dengan nada ancaman. "Jangan pernah ceritakan apa yang kau lihat hari ini. Jika kau ingin keluargamu tetap kaya, dan ayahmu tetap hidup, tutup mulutmu.”Xylon kecil hanya mengangguk. Bagaimana mungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • The Poison Of Love   BAB 5 Kelicikan Xylon

    Baru saja Jenderal Xylon meninggalkan ruangan audiensi dengan senyum lebar, seorang pelayan kerajaan mengantar masuk tamu berikutnya: Duchess Riri. Wanita anggun itu memasuki ruangan dengan kepala tegak, meskipun hatinya berdebar-debar. Ada sesuatu dalam nada undangan Raja yang membuatnya tidak tenang.Duchess Riri membungkuk hormat di hadapan Raja. “Salam hormat, Paduka.”Raja mengangguk singkat, lalu langsung ke pokok pembicaraan. “Duchess Riri, aku memanggilmu karena ada tugas penting yang perlu segera ditangani. Kau tahu, perang di wilayah Selatan telah memakan korban besar, termasuk di kalangan tenaga medis. Bahkan pemimpin medis kita gugur di sana. Aku membutuhkan seseorang yang mampu mengemban tanggung jawab besar itu, dan aku yakin hanya kau yang memiliki kualifikasi untuk menunjuk penggantinya.”Duchess Riri mengerutkan dahi, firasat buruknya semakin menjadi. “Paduka, saya dan para tabib kerajaan selalu siap melayani, namun tugas seperti ini memerlukan pertimbangan matang.”R

  • The Poison Of Love   BAB 4 Jodohkan aku

    Setelah selesai mengobati Tyran, ada seorang yang terus saja mengikuti Ariadne dari tadi."Kenapa terus mengikutiku?" kata Ariadne dengan nada tegas, tetapi matanya menghindari tatapan pemuda di hadapannya."Karena aku suka padamu," balas Xylon tanpa ragu."Pergi sana! Aku tidak suka padamu," sahut Ariadne lagi, lebih keras kali ini, berusaha menahan emosi yang sudah mendidih dalam dadanya."Aku akan terus menempel padamu. Tidak peduli kau suka atau tidak," jawab Xylon mantap, senyumnya kecil tapi penuh makna.Saat kegiatan nya mengekori Ariadne, Xyon dipanggil oleh serorang prajurit dan dinyatakan bahwa raja ingin berjumpa dengan Xylon. Namun, kedamaian momen itu segera terganggu ketika seorang prajurit datang tergopoh-gopoh. "Jenderal Xylon!" seru prajurit itu dengan suara tegas. "Raja memanggil Anda. Beliau ingin bertemu segera."Xylon menghela napas berat, menatap Ariadne sekali lagi sebelum menoleh pada prajurit tersebut. “Hah, kenapa selalu di waktu yang salah?” gumamnya."Jend

  • The Poison Of Love   BAB 3 Delapan belas tahun kemudian

    Walaupun melihat kejadian seorang anak perempuan kecil dicambuk, Xylon tidak bisa berbuat apa apa. Xylon kecil hanya bisa diam, tubuhnya bersembunyi di balik pintu. Ia menyaksikan kejadian itu dengan dada bergemuruh. Xylon ingin berbuat sesuatu. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Keluarganya hanyalah pedagang besar, tanpa gelar bangsawan, meskipun ayahnya cukup dihormati karena menguasai tambang dan perdagangan rempah-rempah.Saat ingin pergi Kaki Xylon yang gemetar tanpa sengaja menyenggol vas kaca. Suara pecahan kaca itu membuat semua orang menoleh, termasuk Duchess Riri. Mata gadis itu memicing, seolah menangkap keberadaan anak laki-laki itu. Namun, sebelum ada yang bertindak, Duke Arton tiba tiba muncul, menarik tangan Xylon.Arton membawa Xylon ke hadapan ayahnya. " bocah kecil," ujarnya dengan nada ancaman. "Jangan pernah ceritakan apa yang kau lihat hari ini. Jika kau ingin keluargamu tetap kaya, dan ayahmu tetap hidup, tutup mulutmu.”Xylon kecil hanya mengangguk. Bagaimana mungk

  • The Poison Of Love   BAB 2 Demi nama baik keluarga

    Sembilan bulan berlalu sejak Duchess Riri pertama kali mengetahui kehamilan pelayan di rumah besarnya. Sepanjang waktu itu, pelayan yang hamil itu tetap berada di bawah pengawasan ketat. Riri memastikan setiap kebutuhan dasar wanita itu terpenuhi, tetapi tanpa ada empati atau perhatian. Tidak ada yang diizinkan mendekatinya kecuali pelayan-pelayan tertentu yang dipercaya oleh Riri untuk menjaga rahasia ini.Ketika waktu persalinan tiba, suasana di rumah besar itu terasa semakin sunyi dan menegangkan. Pelayan tersebut melahirkan seorang putri yang manis di bawah pengawasan bidan dan pelayan khusus. Ketika tangis pertama bayi itu menggema, suasana yang sebelumnya dingin seakan mencair sesaat. Riri memutuskan untuk melihat bayi itu. Dengan ragu, ia melangkah masuk ke kamar tempat bayi itu berada. Riri berhenti di tepi tempat tidur, memandang bayi itu dengan tatapan sulit dibaca. Ia menoleh pada bidan yang berdiri di sudut ruangan. "Dia sehat?" tanyanya dingin.Bidan itu mengangguk cepat.

  • The Poison Of Love   BAB 1 Ariadne Kecil

    "Kenapa terus mengikutiku?" kata Ariadne dengan nada tegas, tetapi matanya menghindari tatapan pemuda di hadapannya."Karena aku suka padamu," balas Xylon tanpa ragu."Pergi sana! Aku tidak suka padamu," sahut Ariadne lagi, lebih keras kali ini, berusaha menahan emosi yang sudah mendidih dalam dadanya."Aku akan terus menempel padamu. Tidak peduli kau suka atau tidak," jawab Xylon mantap, senyumnya kecil tapi penuh makna.Raut wajah Ariadne berubah masam. Ia memutar tubuh dan berjalan menjauh dengan langkah-langkah cepat. Namun, Xylon tidak bergeming. Ia hanya berdiri di tempatnya, memandangi punggung gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan—sebuah perpaduan antara kasih sayang yang meluap-luap dan obsesi yang berbahaya.Rasa suka yang Xylon miliki untuk Ariadne bukanlah cinta biasa. Itu lebih mirip obsesi, api yang ia kobarkan tanpa kendali. Xylon tahu segalanya tentang Ariadne. Ia mengenalnya sejak kecil, gadis yang tidak punya apa apa namun kini memiliki suatu yang penting dit

DMCA.com Protection Status