Beranda / Romansa / The Playboy / Konseling Pribadi

Share

Konseling Pribadi

Penulis: Park Jun Hye
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di satu sisi Micko berusaha untuk merawat Farah, ia ingin Farah sembuh dan bisa pulang, ia merindukan masa-masa yang indah dengan dirinya, “Cepatlah sembuh.”kata Micko.

“Kau merindukanku?.”

“Bukan hanya merindukanmu. Aku ingin memasak makanan untukmu.”katanya yang mengakui.

“Toh makanan di sini juga enak.”

“Apanya yang enak, jangankan enak makanan rumah sakit itu hambar.”

“Tidak juga.”katanya yang mengakui.

“Kau ini! Perhatikan kesehatan anakmu juga.”

“Micko, kau ini kenapa?.”tanyanya dengan curiga.

Micko terdiam ia tak mau mengakuinya, namun Farah berhasil menebaknya. Ia melihat ke arah Micko, “Kau ingin main dengan aku ya?.”tanya iseng Farah. Micko cemberut mendenganya, ia memang sedikit terkejut namun mau bagaimana lagi apa yang dikatakan benar.

“Ya aku ingin bermain denganmu.”

“Jangan d

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Playboy     Bobby dan Felicia

    Micko akhirnya memutus telepon itu dan dia menghampiri Farah yang tengah tertidur. Ia membelai wajah cantik Farah. Ia kembali untuk melakukan pekerjaannya, namunya hatinya tak tenang. Ia merasakan ada yang mengganjal tentang Felicia. Ia keluar dari kamar rawat Farah dan menghubungi Felicia. Beberapa kali ia menelepon ke Felicia namun ia tak menjawab, “Felicia, kau dimana?.”katanya seorang diri. Ia beberapa kali mencoba menghubungi namun Felicia tidak memberikan responnya.Di suatu tempat Felicia baru saja selesai bekerja dan hendak pulang, ia melihat teleponnya enam panggilan tak terjawab dari Micko. Ia tersenyum dan memanggil ulang, Micko melihat layar teleponnya, “Felis.”“Kenapa?.”“Apa terjadi sesuatu?.”“Tak ada. Aku baru mau pulang ahh aku melihat Vicka di sini.”“Kau melihat Vicka?.”katanya yang terkejut.“Ya. Dia bersama dengan seorang pria, mereka mencari

  • The Playboy     Perjanjian yang Terikat

    Felicia akhirnya keluar dari gedung tersebut dan memperhatikan keadaan sekitarnya. Ia mengikuti arahan Jean. Ia pergi ke arah yang di beritahukan oleh Jean ia juga melihat ada salah seorang teman dari Bobby. Ia mengikutinya hingga menuju tempat yang sering mereka kunjungi.Pemuda tersebut mengetahui apa yang dilakukan oleh Felicia. Ia pergi ke arah yang salah, Felicia yang tak tahu bahwa ia sedang di jebak termakan oleh arah yang salah. Pemuda itu muncul di hadapan Felicia, “Apa yang kau lakukan?.”“Aku Felicia.”“Apa yang kau lakukan di sini?.”katanya dengan galak. Felicia tetap tidak menjawabnya, “Katakan.”“Aku sedang menyelidiki seseorang.”“Siapa?.”“Bobby.”katanya dengan kesal. “Kau kenal dengan teman-temannya?.”“Bobby!? Kau ada fotonya?.”katanya yang meminta petunjuk.Felicia memberikan foto Bobby kepada pem

  • The Playboy     Ketidak Percayaan Felicia.

    Felicia mau tak mau menerima kenyataan bahwa ia sedang melihat pemandangan yang menurutnya seperti ‘magic’. Ia masih tergiang-giang akan pemandangan yang baru ia lihat. Ia tak menyangka bahwa hal itu bukan lah mimpi melainkan kenyataan. Saking tak fokusnya ia di tegur oleh pemilik klub tersebut, “Felicia.”katanya yang sembari menepuk pundak Felicia.“Ya.”katanya yang terkejut.“Apa yang kau pikirkan?”“Entahlah. Aku sedang ada pikiran yang tak tahu ke arah mana.”“Hahahaha. Aku dari tadi memperhatikan kau seperti habis kena sambaran petir.”“Really?”“Yeah.”Felicia berusaha untuk tidak menutupinya. Ia ingin sekali menceritakannya tapi mana ada orang yang percaya dengan ceritanya. Ia berharap bahwa dia salah melihatnya namun pemandangan tersebut tetap membuatnya teringat terus menerus.Ia yang awalnya tidak mau mengambil pusing akhir

  • The Playboy    Menghilangkan Penat

    Angela sudah mengatur waktunya supaya ia bisa bertemu dengan Felicia. Di akhir pekan mereka sudah akan bertemu di cafe yang biasanya mereka sering mengobrol. Felicia datang lebih awal di bandingkan dengan Angela. Ia memesan minuman favoritnya, tak berapa lama orang yang di tunggu tersebut datang, ia melihat Angela dari kejauhan dan melambaikan tangannya.“Kau sudah lama.”“Aku belum lama datang. Mau minum apa aku yang traktir.”“Okay.”Angela melihat menunya dan memesan minuman yang sama seperti Felicia. Mereka dua sahabat yang tidak pernah bisa terlepaskan di satu sisi, mereka juga saling menutupi pekerjaan mereka. Sehingga banyak orang yang tak tahu tentang hubungan mereka berdua.Felicia akhirnya mulai menceritakan apa yang terjad beberapa hari yang lalu kepada Angela di mulai dari penyelidikannya terhadap Bobby maupun kejadian aneh yang menimpa dirinya. Angela berusaha untuk memahami perasaan sahabatnya terse

  • The Playboy     Rasa Getir

    Jarvis akhirnya keluar dari ruang rawat Farah, ia pergi meninggalkan mereka berdua yang tengah di mabuk cinta. Ia tahu bahwa Farah akan segera keluar dari rumah sakit, ia tak menyangka bahwa bosnya akan secepat itu untuk melupakan istri pertamanya. Jarvis pergi meninggalkan rumah sakit dan menuju ke rumah Micko. Di dalam perjalanan ia hanya bisa membayangkan apa yang terjadi jika ia membawa keluar Vilareal namun, ia harus melakukan yang terbaik.Sesampainya di pekarangan rumah Micko, ia memarkirkan mobilnya tak jauh dari gerbang utama. Ia bisa melihat Nafa yang melihat ke arah mobil dirinya, “Haduh, Bos, bisa-bisanya gua yang kena imbasnya.”Jarvis turun dari mobilnya, ia bergegas untuk menemui Villa, anak dari bosnya tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Villareal anaknya yang kecil keluar dari dalam rumah bersama dengan pembantunya. Ia sudah tak melihat lagi Nafa, ia merasa jika melihat Nafa dunianya seakan runtuh tak bergeming, “Villa!”teria

  • The Playboy     Pengakuan Hana

    “Hana, apa yang terjadi?” tanya Micko terhadap anaknya. Hana yang mendengarnya memalingkan mukanya dan tak ingin melihat ke arah ayahnya sendiri. Micko tahu benar bahwa dia tak seperti biasanya, ia mendekati Hana dan membelai anaknya, “Sayang, cerita sama papa yuk, kenapa?”Hana masih diam, bibirnya tak mampu mengeluarkan kata, air matanya masih terus mengalir, Micko yang melihatnya memeluk putri kesayangannya tersebut, “Hana takut, pa,” katanya yang masih menangis.“Yuk kita ke kantin,” katanya yang sembari menenangkan anaknya yang paling tua. Sebelum itu Micko mendekati Farah, “Sayang, aku ngobrol sebentar ya sama Hana,”“Iya,” katanya sembari tersenyum. Micko membawa anaknya Hana keluar dari ruang perawatan dan turun ke bawah dalam diam. Hana takut-takut melirik ke ayahnya. Micko menggandeng Hana dan keluar dari dalam lift. Micko melihat beberapa makanan, “Papa, mau beli yang ini,&r

  • The Playboy     Keterbukaan

    “Jadi, kalian hanya makan satu hari dua kali?” tanya Micko yang tak percaya mendengar cerita anaknya tersebut. “Iya, pa,” katanya yang masih sembari mengunyah, “Kadang-kadang sehari satu, aku sama adik-adik yang lain berbagi makanan,” jelasnya.Micko terkejut mendengar pengakuan Hana, ia berfikir dengan kepergia diirnya bahkan ia berharap Nafa berubah malah membuat masalah dengan anaknya sendiri, “Mamamu gila,”“Tapi, papa paham maksud yang aku omongin?”“Iya, sayang, papa paham. Setidaknya kalian sudah keluar dari rumah, papa lega lihat kalian,”katanya yang senyum yang di paksa.“Aku masih lapar, pa,” katanya mengakui.“Hahahaha, pilih papa sudah lama nggak bayarin kalian makan, pesen buat adik-adik kamu,”“Sekalian sama tante Farah ya,” pintanya kepada ayahnya.“Ya, kamu yang pilih,” Micko menghembusk

  • The Playboy    Jalan-Jalan

    Pagi hari yang cerah membangunkan Farah, ia melihat di sisinya Villareal yang masih tertidur dengan pulas. Ia membelainya dengan kasih sayang, “Mama,” gumamnya di dalam tidur. Matanya yang kecil dan sipit terbuka, ia melihat di sisinya seorang wanita yang cantik dengan senyum merah memandangi dirinya. Villa yang tak percaya, mengerjapkan kedua matanya, “Ini nggak bohong, kan?” katanya polosFarah tertawa renyah membuat si kecil Villa tersenyum senang, “Tante Farah!” serunya kepada Farah dan memeluk Farah, “Villa kangen sama tante,” katanya yang ikut tersenyum dan memeluknya.Micko yang mendengar suara ribut terbangun dari tidurnya, “Ada apa pagi-pagi sudah ribut?” tanyanya yang mengusap matanya. Ia terkejut melihat pemandangan dua orang wanita yang ia cintai saling berpelukan, “Papa ikutan donk kepengen di peluk,” katanya yang iri melihat Villa dan Farah berpelukan.“Nggak boleh,&rdquo

Bab terbaru

  • The Playboy    Pemungutan Suara

    “Kau bisa bertindak gila juga,” ledek Anneta yang berjalan beriringan dengan Louis.“Terkadang orang-orang yang seperti itu harus kita gertak. Aah, karena aku lupaan tolong beritahu aku untuk mengingatkan pemungutan suara. Aku sudah meyakinkan beberapa pihak luar untuk tetap memilih Vicka,” kata Louis yang memberitahu Anneta akan rencananya.Mendengar pengakuan Lousi wajah Anneta seakan penuh kemenangan. “Kau tak bisa di tebak,” aku Anneta terhadap Louis.“Kau baru melihat pertama kalinya, namun aku pastikan kalian akan menang. Kau tidak tahu bagaimana aku bekerja, tapi di luar sana orang-orang mengatai aku si ‘raja negosiator’,” akunya kepada Anneta.Anneta tertawa mendengar banyolan Louis. “Pantas saja, dia langsung bertekuk lutut,” kekeh Anneta.“Setidaknya untuk sementara kita lakukan hal itu,” timpal Louis.“Apa mereka bisa melakukan tindakan yang aneh lagi?” tanya Anneta yang sembari berjalan.“Seharusnya tidak. Biasanya jika di luar mereka yang aku ancam akan terus mengingatnya

  • The Playboy    Adu Pendapatan

    Kedua mata Micko dan Farah saling mengerjap sama-sama terkejut bukan main bahwa Louis kembali untuk membayar kesalahannya di masa lalu. “Ha…hawai?” Micko terkejut mengetahui bahwa Louis memberikan dua ticket secara cuman-cuma kepada mereka berdua.“Sepertinya dia yakin akan menebusnya,” celoteh Farah. Farah sedikit tersenyum melihat punggung ayahnya sendiri yang sudah menjauh.“Sepertinya,” balas Micko. Micko memasukkan dua ticket tersebut ke dalam sarung jaketnya dan melenggang bersama Farah masuk ke dalam ruang kamar make-up.Anneta melihat kedatangan pasangan baru tersebut. “Bagaimana? Apakah dia menerimanya? Lalu, apa yang kalian lakukan?” berondong Anneta dengan banyak pertanyaan kepada kedua pasangan yang belum lama mengikat janji.“Semua berjalan dengan lancar, bahkan di luar dugaan kami.” Micko mengeluarkan dua buah ticket dari sakunya, “Dia memberikan kami ini, supaya kami bisa berbulan madu,” imbuh Micko.Anneta memegang kedua ticket tersebut, wajahnya juga ikut terperanjat

  • The Playboy    Kesempatan Kedua

    Beberapa pengunjung mulai merasa rishi dengan keributan yang hampir terjadi. Farah duduk untuk tidak memancing orang-orang mendekat ke lokasi mereka. “Tolong, jelaskan kepada kami!” sindir Farah. Micko juga akhirnya ikut duduk untuk mendengar penjelasan yang akan dikatakan Louis.“Maaf, jika sudah terlalu lama, aku juga awalnya tidak ingin ini terjadi namun mungkin kau sudah tahu banyak tentang kejadian yang menimpa hubungan antara Ibumu. Memang benar akulah pelakunya,” aku Louis pada akhirnya. Farah menutup matanya, ia sudah tahu bahwa Louis akan mengatakan hal tersebut. “Kenapa kau melakukan hal itu?” celetuk Farah dengan kesal.“Aku sangat menyukai Ibumu, hingga akhirnya malam itu aku hilang akal. Aku meminta Bobby untuk berpura-pura menggantikan aku sementara aku menjalani pengobatan.”Mendengar hal tersebut wajah Farah dan Micko yang sedari tadi sudah kesal melemaskan pundak mereka, seakan mereka harus mendengar penjelasan mengapa ia harus menghilang setelah sekian lama.Louis

  • The Playboy    Penghinaan

    Setelah pernikahan mereka berjalan dengan lancar, Anneta kembali bersama dengan Farah. Anneta membantunya melepas gaun pengantin yang dikenakan oleh Farah sementara Vicka sedang berdiskusi dengan para pegawai yang berada di tempat tersebut.Suasana hati Anneta sangat senang, ia bisa melihat Micko untuk menikah dengan wanita yang tepat apalagi setelah melihat bahwa ayah kandung Farah merupakan orang yang terpandang juga. “Sepertinya rencana kita berjalan dengan lancar,” ungkap Anneta senang.Farah yang mendengarnya menghembuskan nafasnya dengan berat. “Tapi, ada yang tak senang, seseorang yang mengatakan aku ‘pelakor’,” komen Farah.“Kata siapa kau seorang pelakor?” sebut Anneta.“Alice Dianora dan Nafa,” sebut Farah dengan nada sinis. “Mereka benar-benar merendahkan diri ‘ku, seakan mereka tidak puas dengan perbuatan yang sudah mereka lakukan,” sentak Farah yang masih ingat bagaimana diam-diam Nafa memanggilnya.“Yang mana? Alice atau Nafa?” tanya Anneta penasaran.“Nafa.” Suara Farah

  • The Playboy    Pernikahan

    Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang, mereka semua sudah mulai sibuk dengan pernikahan yang mereka gadang-gadangkan sebagai sebuah strategi termuktahir dari segalanya. Rencana Anneta dan Vicka berhasil, beberapa tamu sudah mulai hadir terutama dari kalangan atas.Terutama para petinggi di tempat Vicka bekerja juga ikut datang. Adelard yang di tunjuk oleh Anneta untuk yang meneguhkan acara pernikahan tersebut juga sudah datang, ia mengenakan jas abu-abu dengan dalaman kemeja putih terlihat membuat dirinya lebih wibawa.Di samping Adelard berdiri istrinya, Rachel. “Sepertinya aku kenal dengan wanita itu,” batin Vicka.Vicka melenggang menghampiri Rachel namun hal itu di hadang oleh Anneta. “Mau kemana?” tanya Anneta.“Aku kenal dengan wanita itu,” gumamnya sementara jari telunjuknya menunjuk pada Rachel kakak iparnya.Mata Anneta melotot lebar. “Bagaimana kau bisa mengenal kakak iparku?” tanyanya yang terkejut.“Ka..kakak iparmu!” seru Vicka.“Kita memang berjodoh,” seloroh Anneta

  • The Playboy    Sudah Jatuh Ke Timpa Tangga Pula

    Anneta dan Micko keluar dari took tersebut, kaki mereka melangkah menuju restaurant cepat saji. Anneta ingat bahwa terakhir kalinya ia keluar membeli makanan beberapa tahun yang lalu. Dia juga masih ingat restaurant yang sama pula dengan yang pernah ia mampir.Anneta memesankan makanan yang akan di makan di tempat, ia juga memesankan beberapa makanan yang hendak di bawa pulang oleh Micko. “Bu, tambahkan McFlurry untuk Villa,” celetuknya.“Ibu, kangen Villa,” imbuhnya yang teringat akan Villa. “Tolong pesankan satu McFlurry Oreo,” sambungnya.“Baik,” jawab petugas itu. Petugas itu memesankan pesanan tersebut untuk di bawa pulang. Mereka menunggu pesanan yang di peruntukkan untuk Villa sementara mereka menunggu pesanan tersebut Anneta melihat kepada anaknya tersebut.Micko canggung akan perasaannya itu tiba-tiba saja, ia menerima telepon dari Farah. “Kamu dimana?” gerung Farah yang menahan kesakita

  • The Playboy    Undangan Pernikahan

    Kaki Anneta melangkah keluar dari kantor Vicka, ia dengan Micko menuju tempat pernikahan. Anneta yang sudah membuat janji harus menepatinya, ia bukan orang yang tidak menepati janjinya.“Kita mau kemana, bu?” tanya Micko.“Mengatur pernikahanmu,” jawabnya sembari tersenyum.Micko memberitahu Ibunya bahwa ia sudah melakukan pembyaran untuk di awal-awal, ia juga sedikit menyinggung akan melakukan pernikahan di sekitar indoor. “Kau booking dimana?” tanya Anneta.“Kenapa, bu?” tanya Micko.“Ibu, akan mengaturnya menjadi outdoor,” imbuhnya, “Dengan cara itu kita bisa mengetahui seberapa banyak orang yang akan melihat pernikahan dirimu. Beberapa orang adalah para pemegang saham dari orang Vicka,” sambungnya.Micko tercengang mendengarnya. “Wah, Ibu, memang yang terbaik,” jawabnya sembari mengacungkan jempolnya kepada Ibunya sendiri.“Jadi, sisanya Ibu

  • The Playboy    Perjanjian Dua Belah Pihak

    Mobil yang di bawa kabur oleh Alice berhenti tiba-tiba, ia hampir saja menabrak seseorang yang tepat berada di depannya. “Apa aku tak salah dengar?” tanya Alice kepada dirinya sendiri.Saking senangnya, ia tidak menyadari bahwa James tepat berada di belakang mobilnya. Dengan segera ia membayar taksi tersebut dan naik ke dalam mobilnya, ia memaksa Alice untuk membukanya. “Kau gila atau apa!” pekiknya marah.James masuk ke dalam mobilnya, ia meninggalkan Alice di tepi jalan. Namun, saking senangnya Alice dia tertawa sendiri saking mengetahui bahwa Vicka Sudelard telah menyerahkan kekuasaannya.Taksi yang di tumpangi oleh James sendiri juga belum pergi, ia berniat untuk kembali ke kantor Vicka. Hatinya yang senang itu tidak melihat ke depan bahwa seseorang tengah terburu-buru. Pengemudi itu berteriak kea rah Alice. “Kau mau mati!”Alice terkejut mendengarnya. “Siapa juga yang mau mati!” makinya balik kepada pen

  • The Playboy    Vicka Mengundurkan Diri

    Wanita itu tersenyum kepadanya kehadirannya membuat Micko juga merasa tidak nyaman. “Untuk apa kau ke rumah?” serang Micko.Nafa tersenyum melihat Micko yang berbicara, Micko berdiri di hadapan Farah untuk tidak membiarkannya menyentuh Nafa sekecil apapun itu ia juga tidak akan segan-segan meminta petugas keamanan untuk mengusir dari rumah Farah.“Kenapa kita tidak bicara di dalam?” ajaknya. Nafa sudah menebak bahwa mungkin saja mereka menolak ajakan dirinya yang sudah datang ke rumah Farah. “Biarkan aku masuk,” pintanya.Micko melangkah satu langkah ke depan menahan Nafa yang hendak masuk ke dalam rumah Farah. “Bicara di luar!” teriaknya kasar.Nafa menghela nafasnya berat, ia tahu hal itu akan terjadi cepat atau pun lambat. “Aku sudah mendengarnya bahwa kalian akan menikah,” terkanya.“Lalu, maumu apa? Toh aku juga tidak akan memberikan dirimu undangan,” sindir Micko.

DMCA.com Protection Status