Pagi hari yang cerah membangunkan Farah, ia melihat di sisinya Villareal yang masih tertidur dengan pulas. Ia membelainya dengan kasih sayang, “Mama,” gumamnya di dalam tidur. Matanya yang kecil dan sipit terbuka, ia melihat di sisinya seorang wanita yang cantik dengan senyum merah memandangi dirinya. Villa yang tak percaya, mengerjapkan kedua matanya, “Ini nggak bohong, kan?” katanya polos
Farah tertawa renyah membuat si kecil Villa tersenyum senang, “Tante Farah!” serunya kepada Farah dan memeluk Farah, “Villa kangen sama tante,” katanya yang ikut tersenyum dan memeluknya.
Micko yang mendengar suara ribut terbangun dari tidurnya, “Ada apa pagi-pagi sudah ribut?” tanyanya yang mengusap matanya. Ia terkejut melihat pemandangan dua orang wanita yang ia cintai saling berpelukan, “Papa ikutan donk kepengen di peluk,” katanya yang iri melihat Villa dan Farah berpelukan.
“Nggak boleh,&rdquo
Di toilet Micko menguap lebar sekali, ia merasa senang. Seumur hidupnya baru kali ini ia bisa merasakan kebersamaan dengan ketiga anaknya tanpa cek cok dan tangisan. Ia ingat betul bagaimana Nafa mengacaukan semuanya bahkan anak-anaknya menangis tak karuan. Farah melirik calon suaminya tersebut, ia melihat raut wajahnya yang berubah menjadi muram, “Kenapa?”Micko terkejut melihat Farah berada di sisinya,”Ah, sayang,”“Kamu kenapa? Kan baru kita senang-senang?” tanyanya curiga.“Aku cuman keinget masa lalu saja,”“Oh,” katanya pendek, “Sama kejadiannya apa gimana?” tanya Farah yang berusaha menyelidiki.“Beda,”“Ceritain donk,” Dengan manjanya Farah memeluk Micko dari belakang dan mengiringnya ke arah tempat tidur. Micko memberikan respon positifnya.“Biasa waktu sebelum sama kamu,” katanya yang terkenang, “Aku sudah ada re
Mereka semuanya keluar dari kamar dan menuju dapur. Pramuwisma tersebut memasakkan beberapa makanan untuk dapat mereka santap untuk makan siang, “Ayo semuanya makan,”“Wah, akhirnya kita bisa makan,” sahut Nicko.“Nicko kamu ini ya,” kata Micko.“Sudah lama banged, pa, bisa makan masak-masaka’kan bi Rini,” sahut Nicko yang sembari melahap makanan tersebut.Farah yang melihat Nicko mengeluarkan makanannya karena kepanasan mendekatinya dan mengambil tissue, “Pelan-pelan Nicko,” ia membantunya.“Panas,” erangnya dan mengibaskan mulutnya sendiri, “Bi Rin, minta air,” Bi Rin memberikan Nicko air. Nicko otomatis meminumnya ia akhirnya pelan-pelan untuk memakan makanannya sendiri.Micko duduk bersama dengan keluarga kecilnya. Ia memandangi Noer. Noer canggung bahwa Micko memperhatikan dirinya, “Iya, pak, saya pelakunya,” jawabnya yang sebelum di ta
Felicia masih ingat tugas yang di berikan oleh atasannya, Micko, ia menelepon Micko ketika dirinya sedang bersama dengan Farah. Bahkan ia juga ingat bahwa dirinya harus mencari tahu tentang seseorang, Beberapa kali ia menelepon Micko, namun Micko tidak menjawabnya sampai akhirnya Micko harus berhenti di salah satu pemberhentian dan melihat teleponnya. Ia meminta Farah untuk menunggunya barang sebentar untuk menerima panggilan telepon, “Felis, kenapa?”“Sepertinya kita harus bertemu ada sesuatu yang harus aku sampaikan kepadamu,”“Aku sedang bersama dengan Farah,”“Aku ada berita penting,”“Hubungi Angela atur waktunya dengan dia,”“Aku sudah bersama dengan Angela dan dia meminta aku untuk menghubungi secara langsung jika berhubungan dengan Farah,”Micko diam ia bingung, ia menghela nafasnya dengan berat, “Oke. Dua hari lagi kita ketemuan,”Felis bingun
Felicia akhirnya berusaha untuk tetap bangun. Di sampingnya ia melihat Micko yang masih tertidur, ia mengambil pakaiannya dan mengenakannya. Dirinya keluar mengendap-endap, ia tak ingin Micko tahu bahwa ia keluar dari ruangan tersebut. Felicia keluar namun aksinya tersebut terlihat oleh beberapa pria yang sudah mengincarnya, “Apa yang kalian inginkan?”“Kau manis,” goda salah satu dari mereka.“Siapa dirimu?”“Aku hanya wanita penghibur,”“Sepertinya bukan, jika, kau wanita penghibur harusnya kau melayani hampir seluruh laki-laki di sini,”“Aku memang melayani pria di sini,”“Siapa nama ‘mu?”“Felicia. Kalian sudah tahu nama ‘ku, biarkan aku pergi,”“Tak semudah yang kau kira,”Micko yang mendengar keributan dan jeritan akhirnya terbangun. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya dan keluar dari ruang karaoke
Pagi harinya, Micko terbangun, ia melihat Farah sudah tidak ada di sisinya. Ia bangun dari tempat tidurnya dan turun ke lantai bawah, ia mendapati ketiga anak-anaknya sedang bermain dan bersenda gurau dengan Farah. Ia yang mendengarnya begitu senang, ia mendekati Farah dan mengecup pipinya, “Kalian yang membangun ‘kan mama Farah atau mama Farah yang mengajak kalian?” tanyanya kepada anak-anaknya, “Kalau aku yang ngajak gimana?” celetuk Farah. “Papa, kita mau kemana hari ini?” tanya Nicko. Micko berfikir, ia melihat ke arah kalender. Ia ingin mengajak mereka jalan-jalan namun karena hari minggu ia mengurungkan niatnya, “Sepertinya tidak bisa sayang,” jawabnya. Nicko yang mendengar ayahnya mengatakan hal tersebut cemberut. Farah melirik ke arah calon suaminya. Pelan-pelan ia juga memperhatikan ke arah kalender, ia mengerti dan paham akan perkataan Micko, “Nicko, sayang,” katanya tersenyum, “Sabtu depan saja ya. Hari ini hari Minggu dan besok papa perlu
“Kita mau ke mana sekarang?” tanya Farah. Ia menggendong Villa yang tertidur dan menggandeng tangan Nicko. Micko yang melihatnya membantu Farah untuk menggendong Villa, “Terima kasih sayang,” katanya yang akhirnya dia bisa melepaskan Villa.“Sejak kapan dia tidur?” tanya Micko.“Kayaknya waktu mama aku selesai kasih makan deh,”“Yuk kita harus cepet biar nanti malam aku bisa istirahat,”“Iya,”Micko membawa Farah untuk menemui beberapa vendor terkemuka. Mereka semua naik ke dalam mobil dan mereka menuju vendor-vendor tersebut. Hana yang kala itu sedang membuka handphonenya melihat di internet bahwa sedang di adakannya pameran pernikahan, “Papa,” katanya senang.“Kenapa? Kau terlihat bahagia,”“Aku baru lihat di sekitar sini lagi ada pameran pernikahan, mungkin saja ada beberapa vendor terkemuka,”Micko berfikir, di usiany
Micko akhirnya kembali melakukan rutinitasnya ia berusaha untuk bisa berfokus terhadap pekerjaannya. Namun hal itu menjadi omongan besar di kantornya, semasuknya ia ke dalam kantor ia mulai melihat beberapa orang berkumpul bahkan seperti mengunjingkan dirinya. Ia melihat atasannya, “Micko, masuk ke ruangan saya,”Micko mau tidak mau menuruti keinginan bosnya tersebut. Ia masuk ke ruangannya sebentar dan menaruh tas , ia melangkah kan kakinya masuk ke dalam ruang atasannya dan duduk di depan bosnya, “Kau ada apa dengan istrimu?”“Saya hendak bercerai,”Sontak kepala pimpinan tersebut terkejut mendengar kesaksian Micko yang mengatakan dia hendak menceraikan istrinya, “Kau yakin?”“Yakin, pak,”“Kau tahu ‘kan dia seperti apa? Apa kau tidak ingat waktu kejadian istrimu berusaha melabrak Farah di kantor?”“Saya ingat semuanya. Saya sampai malu mendengar dari Bu Ra
Hari itu jelas membuat Micko berfikir dua kali lagi untuk tidak berhubungan dengan Felicia. Ia berjalan mondar-mandir tak karuan ia ingin menemui Felicia dan mengakhiri hubungan terlarangnya tetapi ia tidak tega jika harus mengakhirinya sekarang. ia sudah terbelenggu dengan Felicia bahkan ia juga memintanya untuk melakukan sekali lagi.Micko kembali ke ruang kerjanya sebelum pulang. Ia menatap Angela lama sekali, “Bos..” tegurnya.“Aku tidak bisa mengakhirnya sekarang juga,”Angela sudah tahu bahwa Micko tidak bisa mengakhirinya entah Micko meminta bantuannya lagi atau bagaimana ia tidak bisa menyanggahnya. Ia mengsampirkan tas kerjanya dan pamit pulang. Micko melihat Angela menghilang hanya bisa memandangi tubuh moleknya dari belakang, ia mendengar bunyi bip tanda Angela sudah absen pulang. Ia ingin mengejar namun apa daya tak mampu mencegahnya untuk pulang dari kantor.Micko tertunduk pasrah beberapa anak kantor yang melihatnya m