Micko akhirnya kembali melakukan rutinitasnya ia berusaha untuk bisa berfokus terhadap pekerjaannya. Namun hal itu menjadi omongan besar di kantornya, semasuknya ia ke dalam kantor ia mulai melihat beberapa orang berkumpul bahkan seperti mengunjingkan dirinya. Ia melihat atasannya, “Micko, masuk ke ruangan saya,”
Micko mau tidak mau menuruti keinginan bosnya tersebut. Ia masuk ke ruangannya sebentar dan menaruh tas , ia melangkah kan kakinya masuk ke dalam ruang atasannya dan duduk di depan bosnya, “Kau ada apa dengan istrimu?”
“Saya hendak bercerai,”
Sontak kepala pimpinan tersebut terkejut mendengar kesaksian Micko yang mengatakan dia hendak menceraikan istrinya, “Kau yakin?”
“Yakin, pak,”
“Kau tahu ‘kan dia seperti apa? Apa kau tidak ingat waktu kejadian istrimu berusaha melabrak Farah di kantor?”
“Saya ingat semuanya. Saya sampai malu mendengar dari Bu Ra
Hari itu jelas membuat Micko berfikir dua kali lagi untuk tidak berhubungan dengan Felicia. Ia berjalan mondar-mandir tak karuan ia ingin menemui Felicia dan mengakhiri hubungan terlarangnya tetapi ia tidak tega jika harus mengakhirinya sekarang. ia sudah terbelenggu dengan Felicia bahkan ia juga memintanya untuk melakukan sekali lagi.Micko kembali ke ruang kerjanya sebelum pulang. Ia menatap Angela lama sekali, “Bos..” tegurnya.“Aku tidak bisa mengakhirnya sekarang juga,”Angela sudah tahu bahwa Micko tidak bisa mengakhirinya entah Micko meminta bantuannya lagi atau bagaimana ia tidak bisa menyanggahnya. Ia mengsampirkan tas kerjanya dan pamit pulang. Micko melihat Angela menghilang hanya bisa memandangi tubuh moleknya dari belakang, ia mendengar bunyi bip tanda Angela sudah absen pulang. Ia ingin mengejar namun apa daya tak mampu mencegahnya untuk pulang dari kantor.Micko tertunduk pasrah beberapa anak kantor yang melihatnya m
Selama di perjalanan Jarvis menghubungi Hakim yang mengatasi tentang dunia perceraian, ia menjelaskan bahwa ada temannya yang hendak bercerai. Malam itu juga Jarvis menemui hakim tersebut dan menjelaskan titik permasalahan bahkan memberikan dokumen tersebut, “Pastinya dia akan menikah lagi,” jelas Jarvis.“Dan, dia butuh surat cerai,”“Ya, karena kalau tidak ada itu pastinya dia tidak bisa menikahi calon istrinya,”“Okay. Kalau menurut ‘ku lebih baik langsung menggunakan jalan pintas saja. Itu yang tercepat,”“Itu dia yang dia ingin’kan,” katanya yang bisa membaca pikiran keinginan dirinya.“Tidak masalah, setidaknya akan aku lakukan yang terbaik. Serahkan kepada ‘ku,”“Okay,” katanya, “Aku pulang dulu,”Jarvis meninggalkan Hakim itu, sedangkan Hakim itu melakukan tugasnya. Ia membaca bahkan berusaha menganalisa kasus perc
“Bagaimana penampilanku tadi?” tanya Farah.“Kau bagus,”“Tidak terlihat gugup?”“Sama sekali tidak. Kau seperti sudah memahami kondisinya pada saat itu namun yang membuatku terkejut adalah kehadiran Bu Rachel dan Pak Adelard,”“Ya aku juga terkejut,”“Kita mau pulang atau bagaimana?”Farah berfikir, “Bagaimana kalau kita pulang? Karena menurutku ini hari pertama kau sidang cerai pastinya kau sangat berat.” katanya yang memberikan penjelasan singkat. Micko yang mendengarnya menggandeng tangan Farah dan tersenyum.“Ayo. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?”Farah sedikit menelengkan kepalanya dan melihat ke arah Micko, “Entalah, mungkin terlihat dari wajahmu itu,”“Bagaimana bisa?”Farah tertawa kecil, ia seakan sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Ia naik ke dalam mobil dan mengg
Sore itu Farah terbangun dari tidurnya dan melihat dirinya ada di dalam kamar, siapa yang membawa aku ke kamar? Tanya Farah di dalam hatinya. Farah menguap secara lebar, ia turun dari tempat tidurnya dan mencari Micko sang calon suami. Farah yang turun ke lantai satu melihat Micko dan mamaku tengah mengobrol, “Kamu sudah bangun sayang?” tanya Micko.Dengan masih menguap lebar, “Kamu yang bawa aku ke kamar?”“Iya, sayang,”Aku menghampiri Micko, “Ada apa ini?”“Mama baru omongin pendidikan Hana, Nicko dan Villa,” kata mamaku sendiri.“Oh yang kamu bilang sama aku tadi siang?”“Iya, sayang, aku sih mau pindahin Hana sama Nicko ke sekolah baru jadi biar mereka juga bisa belajar lagi,”“Memang mau di pindahin kemana?”“Daerah sini juga ada yang bagus, sayang, mama sering lewat.”“Mama, sering lihat?&rdqu
Farah pulang dengan keadaan yang masih kesal, seumur-umur dalam hidupnya baru kali ini ia melakukan perbuatan keji terhadap orang lain. Ia bahkan tidak pandai dalam menutupi perasaannya. Ia ingin lari dari kenyataan tersebut dan dia berharap kenyataan tersebut hanya terjadi cukup hari ini saja.Farah yang kembali dengan muka masam, menjadi sasaran empuk bagi Hana, Hana yang melihat Farah lemah lesu bertanya-tanya, “Mama, kenapa?”“Hah! Nggak apa-apa, sayang,”“Yakin?”“Mama yakin. Kamu sudah makan apa belum?”“Sudah, ma,”“Sayang, mama mau ngomong sama kamu,”“Kenapa, ma?”“Mulai bulan depan kamu sama Nicko sekolah lagi. Mama baru tadi dari sekolah baru sudah lihat-lihat palingan besok kamu sama Nicko ada test masuk nggak masalah ‘kan?” katanya yang menjelaskan kepada Hana.“Oh iya sekolah,” katanya yang teri
Farah yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami kontraksi berusaha untuk lebih hati-hati lagi. Ia tidak ingin merepotkan semua orang, ia mulai dengan gerakan yang halus yang sudah dia baca kemarin malam bersama dengan Micko hingga dirinya jatuh tertidur. Farah sudah bersiap akan mengantar Hana dan Nicko yang akan melakukan test masuk sekolah.Dia yang sudah menunggu anak-anaknya, “Hana, Nicko, kalian sudah siap?”“Sudah, ma,” kata Hana.“Ayo, jalan,” sahut Nicko.“Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Farah.“Nggak, ma,” sahut mereka berdua secara bersamaan. Mereka semua keluar dari rumah dan menuju sekolah yang sudah di pilihkan oleh Farah. Hana duduk di samping Farah sedangkan Nicko duduk di belakang mobil, selama di perjalanan Hana dan Nicko mencoba mengulang apa saja yang sudah mereka pelajari selama ini.Farah akhirnya sampai di sekolah mereka yang baru, dia mengantarkan Hana
Farah kembali pulang dan memberitahukan kepada Vicka bahwa Hana mendapatkan beasiswa. Mereka yang mendengarnya cukup senang, bahkan mereka berencana untuk merayakannya dengan sebuah pesta kecil. Farah menghubungi Micko yang tengah di jalan entah menemui siapa, “Sayang, ada apa?” kata Micko.“Kamu kapan pulang?”“Mungkin rada malam karena aku perlu ke tempat lain dulu. Hanya sebentar saja,” katanya dengan tertawa.“Mau kemana?”“Ada yang perlu aku selesaikan dengan orang tersebut dan setelah itu pulang, memang kenapa sayang?”“Anak kamu Hana.”“Kenapa sama Hana?”“Dia dapat beasiswa,” katanya yang memberitahukan. Micko yang mendengarnya spontan membanting setir mobilnya dan mengerem dengan mendadak hingga menabrak mobil depan, ia mengigit bibir bawahnya.“Kamu serius?! Dia selama ini nggak pernah dapat beasiswa, Hunn,”
Micko yang sudah terlanjur kesal, turun dari mobilnya, ia mencoba untuk menahan emosinya namun akhirnya ia melihat bahwa mobil tersebut sudah tidak mengikuti mereka lagi. Ia masuk kembali ke dalam mobilnya dan memutar arah menuju rumah sakit yang biasa mereka kunjungi, “Kamu tahu siapa?” tanya Vicka.“Aku nggak tahu, ma,”“Lho, bukannya kamu bilang tadi sama aku kalau kamu mau pergi ke suatu tempat katanya mau menyelesaikan apa gitu?” tanya Farah yang penasaran.“Awalnya iya tapi waktu kamu kabarin kalau Hana dapat beasiswa dan aku nabrak mobil orang, akhirnya aku batalin aku minta ketemuan besok,” jelasnya kepada mereka berdua.“Jadi, kamu nggak tahu donk siapa yang mengikuti kita tadi?” tanya Farah.“Jelas aku juga nggak tahu sama sekali,”Farah dan Vicka sama-sama menelan salivanya, mereka berdua juga bertanya-tanya siapa yang baru saja mengikuti mereka, “Kau ti